Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Anda yang gemar mengonsumsi daging merah kini barangkali perlu memikirkan ulang menu favorit tersebut. Sebab, penelitian terbaru dari Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern Feinberg School of Medicine, Amerika Serikat menunjukan bahwa makanan tersebut turut meningkatkan risiko serangan kardiovaskular sebanyak 3% hingga 7%.
Adapun yang dimaksud daging merah itu sendiri tidak meliputi unggas dan ikan --yang biasa disebut 'daging putih'-- melainkan daging sapi, kambing, domba, dan kuda.
Lebih lanjut, salah satu penulis laporan penelitian tersebut, Norrina Allen menjelaskan, peningkatan risiko biasa ditemukan pada mereka yang setidaknya mengonsumsi dua porsi daging merah (dan olahan) dalam seminggu.
Temuan baru ini yang didasarkan pada riset dengan 29.682 responden itu juga menjadi tandingan penelitian sebelumnya, yang menganjurkan sesorang untuk tidak mengurangi konsumsi daging merah.
"Semua orang menafsirkan bahwa tidak masalah mengonsumsi daging merah. Tetapi saya berpikir hal seperti itu harus didukung ilmu pengetahun. Dan temuan ini, meskipun hanya membuat perbedaan kecil, tetapi ada baiknya orang-orang mencoba mengurangi daging merah, karena secara konsisten ia juga berkaitan dengan masalah lain, kanker," tuturnya, seperti dilansir situs Sciendaily.
Makalah ini juga pernah terbit di Jama Internal Medicine pada 3 Februari lalu. Pemimpin Penelitian Daging Merah, Victor Zhong kemudian menambahkan bahwa modifikasi asupan makanan protein hewani menjadi strategi penting untuk membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan kematian dini yang mengancam tingkat populasi.
"Studi kami menunjukkan hubungan yang kuat antara kardiovaskular dan mortalitas. Ikan, makanan laut, dan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan dan polong-polongan adalah alternatif yang sangat baik untuk menggantikan daging merah," kata dia. (M-2)
Metabolomik merupakan metode analisis komprehensif semua metabolit pada sampel yang berasal dari makhluk hidup.
Pew Research Center mengungkapkan bahwa 57% orang dewasa di Amerika Serikat yang berusia di bawah 50 tahun menyatakan tidak berencana memiliki anak.
INDONESIA disebut masih tertinggal di dalam bidang sains dan teknologi, baik komitmen investasi maupun orkestrasi. Salah satu penyebab adalah masih kurangnya riset dan pengembangan (R&D)
Jika penyakit diketahui lebih awal, pasien akan mendapatkan manfaat lebih optimal dari pengobatan.
SAAT ini tak sedikit dari kalangan generasi Z atau Gen Z yang gemar membuat konten bertema olahraga di media sosial. Ini alasannya menurut riset.
UNIVERSITAS Mulia Balikpapan bersama BRIN bekerja sama dalam melakukan riset untuk mencari solusi soal kelangkaan air bersih di kawasan Kota Balikpapan dan IKN.
Apabila orangtua tidak biasa mengenalkan variasi makanan kepada anak maka anak akan cenderung memilih mengonsumsi makanan tertentu.
Mengonsumsi pepaya sangat baik untuk kesehatan, namun hindari mengonsumsi makanan ini bersamaan dengan pepaya.
PROGRAM makan bergizi gratis (MBG) seharusnya didudukkan dalam porsi yang benar dan tepat. Masalah kesehatan anak Indonesia tidak hanya soal gizi tetapi juga penyakit tidak menular (PTM).
Istilah picky eater (memilih-milih makanan) adalah kondisi ketika anak hanya memakan makanan yang monoton sehingga dikhawatirkan mengalami kekurangan zat gizi tertentu bila berlanjut.
Mungkin anak suka menu nasi dan telur setiap hari tanpa buah atau sayur. Dari segi zat karbohidrat dan protein mungkin sudah terpenuhi, namun vitamin dan mineral bisa kurang.
KH Luthfi Bashori menjelaskan bahwa jarang sekali ada di kalangan umat Islam dewasa ini yang menjaga istikamah berwudu setiap kali akan makan dan sesudahnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved