Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PANEMBAHAN Reso hadir lagi. Drama karya WS Rendra itu kembali dipentaskan di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Minggu (25/1) lalu.
Berbeda dengan pementasan di Istora Senayan pada 1986 silam yang berdurasi 6 jam, kali ini Whani Dharmawan dan She Ine Febriyanti meringkas lakon tersebut selama 3 jam.
Kendati begitu, versi singkat lakon yang telah berusia 34 tahun karya ‘sang Burung Merak’ ini berhasil disajikan secara apik oleh para pemain tanpa mengurangi substansi ide yang terkandung di dalamnya.
Panembahan Reso merupakan epos yang berkisah mengenai drama kekuasaan penuh intrik. Kisah ini akan selalu kontekstual di setiap zaman karena memiliki unsur reflektif. Kekuatan dari lakon ini bertumpu pada narasi tokoh utamanya yang bernama Panji Reso. Agar tidak menjadi sebuah pertunjukan kata-kata, padu padan dengan tarian dan live music pun disajikan oleh Hanindawan, selaku sutradara yang ditunjuk langsung oleh Ken Zuraida, mantan istri Rendra, sebagai pembedah dari yang pernah dipertunjukkan oleh suaminya.
“Naskah yang bercerita tentang suksesi ini akan selalu kontekstual dan universal karena bisa terjadi di mana pun dan kapan pun,” tulis Ken Zuraida dalam pengantar pementasan Panembahan Reso, Sabtu (25/1).
Reso (Whani Dharmawan) ialah seorang lurah prajurit (panji) yang berpangkat rendah, tapi memiliki keinginan besar menjadi raja di kerajaan tempatnya mengabdi. Ia ingin menggantikan Raja Tua yang telah uzur dimakan usia. Kemelut pun terjadi di kerajaan. Para pangeran saling bertikai dan Panji Reso pun segera atur siasat untuk melenggang di medan laga. Ia mulai aksinya dengan menghasut seorang panji lain untuk memberontak terhadap sang Raja, lalu menghasut para panji kerajaan agar mendukung politik adu dombanya.
Tak hanya itu, Reso pun menyiapkan banyak siasat untuk melenyapkan para pangeran penerus takhta kerajaan. Selain itu, main belakang dengan salah satu selir raja yang bernama Ratu Dara (Sha Ine Febriyanti) yang juga punya niat sama, yaitu mendapatkan takhta sang raja.
Singkat cerita, Panji Reso dan Ratu Dara berhasil menyingkirkan Raja Tua dengan meracuni minumannya. Sang raja tewas. Takhta pun jatuh kepada Pangeran Rebo (Jamaludin Latief), putra Ratu Dara, yang masih kekanak-kanakan dan tak punya pendirian. Dengan mudah, ia disetir oleh Reso. Reso pun diangkat menjadi Pemangku Raja dengan gelar Panembahan dan dinikahkan dengan sang Ibunda, Ratu Dara.
Narasi kehidupan yang penuh tipu muslihat dari sang Panembahan Reso inilah yang dipotret Rendra dalam kritik kolosal nan agung yang pernah ia tampilkan di Istora Senayan, pada 34 tahun silam. Kritik itu tak pernah lekang oleh waktu dari masa ke masa. Ketika Hanindawan mengaransemen kembali ke dalam versi singkat, tamparan keras yang ditinggalkan ‘sang Burung Merak’ dalam lakon itu tetap masih terasa pedas ketika ditujukan kepada para penguasa tamak takhta.
Faktor stamina
Selain Whani Dharmawan dan Sha Ine Febriyanti, lakon ini juga melibatkan nama-nama besar panggung teater Indonesia, seperti Gigok Anurogo, Sruti Respati, Maryam Supraba, Ruth Marini, Jamaludin Latif, Joko, Dedek Witranto, Bambang Dyodie, Kelono Gambuh, Budi Riyanto, Meong Purwanto, Edi Haryono, Djarot B Darsono, Ibnu Sukodok, Faiz Hasiroto, Didik Panji, Rudolf Puspa, hingga Gendut Dalang Berijasah.
Whani menjelaskan, kesulitan utama yang ia hadapi ketika memainkan lakon ini ialah masalah stamina. Para aktor pemeran utama wajib memiliki stamina yang prima karena mereka harus tampil maraton babak per babaknya, meskipun telah dipadatkan dalam versi singkat yang berdurasi tiga jam.
“Setelah membaca teks (Panembahan Reso) itu, saya jadi tahu ternyata Rendra memang menuliskan yang seharusnya memang tersurat, tetapi dia tidak menuliskan yang tersirat. Tantangan aktor untuk memainkan Panembahan Reso ialah menerjemahkan hal-hal yang tidak tersirat itu,” Terang Whani dalam wawancara setelah geladi resik pementasan kepada Media Indonesia, Sabtu (24/1).
“Bagian tersulit memerankan Panembahan Reso ini ada di staminanya karena tokoh Panembahan Reso ini sendiri kan sekitar 70% keluar dalam pentas. Kesulitan yang kedua adalah peta emosi. Saat Reso berhadapan dengan raja seperti apa, Reso berhadapan dengan istrinya seperti apa, peta emosi itu yang susah, yang kemudian menunjukkan keculasan si Reso ini, itu yang susah,” pungkas aktor peraih Piala Citra 2019 itu. (M-4)
Di dalam pameran, pengunjung diajak untuk merenungkan bentuk-bentuk kehidupan baru melalui kacamata kepedulian dan welas asih.
Pameran ini membentangkan riset panjang sang seniman ke dalam praktik distilasi sebagai analogi visual atas ragam sejarah ekstraksi kolonial Indonesia.
Artjog 2024 menjadi wadah bagi seniman mengekspresikan imajinasi. Mengikuti tema tahun ini, ramalan disebut sebagai daya prediksi yang menggerakkan kreativitas dalam proses mencipta.
Agar tidak terlupakan dan terlewatkan, sebuah gerakan bernama Cipta Kawasan menghadirkan program bertajuk Tur Telusur.
Pulau Lombok terpengaruh oleh tradisi Majapahit, sementara Pulau Sumbawa ialah persemakmuran Kerajaan Gowa, Sulawesi.
Pameran Warna-Warna Kopi menampilkan 35 lukisan yang menggunakan pewarna dari ampas kopi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved