Untuk Seniman Berkarya

Fario Untung Tanu
14/2/2016 12:27
Untuk Seniman Berkarya
(Foto: MI/Adam Dwi/Dok. Azzahra Putri)

BAYANG-BAYANG yang berubah seiring degnan hari bisa menjadi keunikan sebuah hunian. Itulah yang terlihat dari karya Azzahra Putri Dartaman yang ditampilkan di Architecture UI Fair (Afair) 2016.

Dalam acara tahunan Ikatan Mahasiswa Arsitektur dan Departemen Arsitektur Universitas Indonesia itu Azzahra menampilkan model rumah bertajuk The Chamber of Shadow. Wujudnya ialah rumah dua lantai dengan dinding-dinding putih miring dan ada beberapa yang saling mengiris di tengah ruangan.

Bangunan itu juga memiliki tiang-tiang kayu yang membentuk berbagai sudut. Saat terkena cahaya, bayangan tiang-tiang kayu menghasilkan efek yang indah. Begitu pula dari dinding-dinding miring.

Azzahra yang mendesain rumah itu dengan inspirasi untuk Dolorosa Sinaga menjelaskan konsep The Chamber of Shadow didefinisikan ketika seluruh ruang yang ada di dalam sebuah hunian bisa menjadikan dirinya sebagai bayangan yang memberi naungan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan ruang. "Jadi, bangunan ini memang banyak menggunakan sumber cahaya matahari sebagai alat yang memproyeksikan bayangan ke dalam ruangan dengan berbagai campuran elemen utama di dalam ruang seperti bidang miring, area kontras, elemen tumpang-tindih, dan perluasan area yang tertutup," tutur Azzahra kepada Media Indonesia, Kamis (4/2).

Hunian yang direncanakan seluas 70 meter persegi itu memiliki tiga ruangan utama. Di antaranya ada ruang publik, ruang semiprivat, dan ruang privat.

"Cahaya matahari yang masuk ke dalamnya akan menghasilkan bayangan yang berbeda pada beberapa tempat dalam satu ruang kerja, yang menghasilkan kualitas ruang yang kontras saat melakukan aktivitas pada jam-jam tertentu," tambah Azzahra. Material kayu dominan dipilih untuk menciptakan nuansa alami dan membuat intervensi sesedikit mungkin pada alam bebas. Hal terakhir itu pula yang dikatakan Azzahra dipahaminya sebagai kesukaan Dolorosa.

Rumah Kaca
Karya yang juga memanfaatkan curahan sinar matahari ialah milik Safira Permatasari. Dengan mengusung konsep reflective space, ia membuat model rumah yang terinspirasi dari seniman Sujiwo Tejo. Dengan membayangkan kesibukan Sujiwo dalam membuat karya dan kecintaannya pada alam, Safira yang merupakan mahasiswa jurusan arsitektur interior menawarkan hunian di tengah hutan.

Seluruh dinding menggunakan material kaca agar pemandangan alam dapat dilihat penghuninya. Dalam keadaan apa pun dan di mana pun dalam ruangan tersebut, Sujiwo dapat dengan leluasa mencari dan mendapatkan sebuah inspirasi bagi karyanya. "Jadi, konsep ini memang secara sederhana menghadirkan sebuah view alam yang berbeda-beda dari setiap sisi bangunan. Walaupun seniman hanya berdiri pada satu spot," ungkap Safira.

Hunian yang direncanakan berdiri di atas tanah seluas 260 meter persegi itu direncanakan terdiri dari tiga bangunan yang menyambung. Bangunan untuk tempat berkarya atau mencari inspirasi berada di atas sebuah pohon.

Ada pula bangunan seluas sekitar 32 meter persegi yang berfungsi sebagai tempat beristirahat, makan, dan beribadah. Terkait dengan kenyamanan, Safira yakin bangunan dengan seluruh dinding kaca itu tidak akan terasa panas.

"Penggunaan kaca di sini karena konsep bangunan berada di tengah pepohonan sehingga tidak perlu takut panas karena terik matahari. Justru banyaknya pepohonan semakin membuat bangunan menjadi lebih sejuk meski menggunakan material kaca untuk pengganti dinding bangunan tersebut," tegasnya. Ia pun menambahkan, bukaan jendela ada di setiap ruang. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya