Habis Kemo, Anak Rumah Anyo Tetap Tersenyum

Farasya Ninda, siswa SMA HighScope Indonesia/M-1
14/2/2016 09:00
Habis Kemo, Anak Rumah Anyo Tetap Tersenyum
(DOK WANDARI)

KUE ulang tahun cantik itu dipajang di atas meja. Anak-anak pun mulai berkumpul dan salah satu orangtua dari mereka mulai menyalakan lilin. Seorang anak laki-laki muncul dari dalam kamar dan anak-anak yang lain mulai menyanyikan lagu ulang tahun.

"Sekarang aku umur 12 tahun!" Kata Furkon, anak yang menderita penyakit kanker saraf itu. Furkon sudah tinggal di Rumah Anyo selama lebih dari satu tahun. Walaupun penyakitnya terbilang serius, Furkon menikmati tinggal bersama dengan teman-temannya di sana. Mau tahu kehidupan mereka seperti apa? Yuk cari tahu!

Rumah Anyo ialah tempat tinggal untuk pasien kanker anak dan penyakit jantung yang membutuhkan tempat menginap selama mereka berobat. Rumah itu dikelola Yayasan Anyo Indonesia yang juga berjuang untuk meningkatkan kesadaran terhadap kanker anak.

Di sini anak-anak dan orangtua mereka tinggal bersama. "Rumah ini bisa menampung 24 orang," kata Ester, pengelola Rumah Anyo.

"Sampai sekarang panti ini sudah menampung total 175 orang." Syarat utama menjadi penghuni Rumah Anyo ialah berasal dari daerah. "Aku dari Serang," kata Furkon, "Bedanya di sini sama di Serang, di sana banyak debu!" kata Furkon lagi.

Kehidupan anak-anak Rumah Anyo tidak jauh berbeda dengan kita-kita lo Sobat Medi, tetap senang bermain. Mereka pergi ke rumah sakit, minum obat, dan menjalani aneka terapi, tapi tetap suka bercanda dengan teman-temannya. Namun, karena sibuk pergi ke rumah sakit, mereka tidak sekolah. "Mereka terlalu sibuk dengan pengobatan. Jadinya enggak sempat sekolah," ujar Sutiyati, ibu salah satu anak Rumah Anyo.

Salah satu perawatan utama untuk anak kanker ialah kemoterapi untuk mencegah sel kanker tidak tumbuh kembali. Anak-anak di Rumah Anyo menjalaninya di Rumah Sakit Kanker Dharmais atau Rumah Sakit Harapan Kita. Kedua rumah sakit itu tak jauh dari Rumah Anyo.

"Kalau trombositku turun, aku harus kemo," sahut Fariz, penderita kanker darah.

"Aku diinfus pas kemo. Rasanya geli, kayak digelitikin!" lanjut Fariz.

Sehabis terapi, mereka kerap meluangkan waktu bertemu teman-teman yang juga tengah menjalani perawatan di rumah sakit. "Kami suka keliling-keliling, juga main-main di kamar" ujar Furkon. Sementara itu, Fariz memilih tidur. "Terus habis tidur langsung main, hehe."Kamu pasti penasaran dong. Kalau mereka tidak sekolah, belajarnya bagaimana? Medi menanyakannya pada anak-anak itu.

"Kakak-kakak dari luar suka datang ngajarin kita," sahut Fariz. Kakak-kakak yang dimaksud Fariz ialah relawan. Relawan itu berasal dari berbagai organisasi, termasuk anak-anak sekolah seperti kamu.

Kanker memang penyakit yang serius, apalagi jika menimpa anak-anak. Pada anak-anak, kanker tidak bisa dicegah. Walaupun demikian, anak-anak dan orangtua di Rumah Anyo tetap kuat lo menghadapi cobaan ini.

Ibu Suroha, ibunda dari Furkon, harus pindah jauh-jauh dari Serang untuk berobat di Jakarta. "Saya sudah bolak-balik dari Serang ke Jakarta untuk minta dirawat, tapi rumah sakitnya tidak pernah menjawab. Kondisi Furkon semakin parah dan saya tidak tahu harus bagimana. Lalu dokter dari Serang bawa saya dan Furkon ke Jakarta lagi dan menempatkan kami di Rumah Anyo." Setelah berobat selama 1,5 tahun, kondisi Furkon semakin membaik. "Dokter bilang teknologi di Jakarta lebih maju. Dokternya juga banyak. Jadi, pengobatan kankernya bisa rutin," kata Suroha.

Menjaga anak-anak kanker butuh kesabaran. Anak-anak yang kanker mempunyai daya tahan tubuh rendah. Jadi, kondisi kesehatan mereka sangat rentan. "Kalau mereka capek atau sedih, mereka bisa langsung drop," kata Suroha.

Ibu Suroha mencontohkan Furkon pernah demam tinggi karena ada masalah di kampung. Hal seperti itu juga dialami Al Qoimah, ibu Haikal.

"Haikal masih satu tahun, tapi sudah dapat kanker ginjal. Kalau habis kemo dia bisa rewel, kena panas, dan mual-mual." Namun, kerja keras dan kasih sayang ibu selalu terbayar. Buktinya, Haikal dan Furkon kini bertahan dan bahkan Medi lihat asyik bermain di Rumah Anyo.

Walau kini tengah menjalani berbagai pengobatan, mereka juga punya minat dan mimpi setinggi langit seperti kita.

"Aku ingin jadi ustaz kayak di TV," sahut Furkon. "Aku mau ngajarin anak-anak baca Alquran. Sama nanti kalau mama sudah enggak ada, aku mau ziarahin dia setiap hari," lanjutnya.

Sehat dan semangat terus ya anak-anak Rumah Anyo!



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya