Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
PULAU Papua menjadi salah satu daerah di gugusan Nusantara yang terletak paling timur. Beragam kekayaan alam membuat Papua dikenal hingga mancanegara. Belum lagi pulau yang berukuran tiga kali luas Pulau Jawa itu punya beragam adat istiadat dan kebudayaan yang unik. Tujuh wilayah adatnya punya kekhasan tersendiri, yakni adat pesta bakar batu yang ada di Papua, khususnya di wilayah Pegunungan Papua.
Tradisi itu disebut bakar batu karena sebenarnya lebih pada proses pemasakan seluruh bahan makanan mulai dari daging (biasanya babi dan ayam), umbi-umbian hingga sayuran, seluruhnya dimatangkan dengan menggunakan media batu yang panas.
Pesta bakar batu mempunyai makna tradisi bersyukur yang unik dan khas dan merupakan sebuah ritual tradisional Papua yang dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan tamu agung, dan juga sebagai upacara kematian. Selain itu, upacara ini dilakukan sebagai bukti perdamaian setelah terjadi perang antarsuku.
Pesta bakar batu juga merupakan ajang untuk berkumpul bagi warga. Dalam pesta itu, akan terlihat betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua. Makna lain dari pesta ini ialah sebagai ungkapan saling memaafkan antarwarga.
Acara ini dulunya lebih dilakukan hanya untuk ritual sebelum pergi berperang, setelahnya, dan saat melakukan perdamaian. Seiring dengan berjalan waktu, kini bakar batu juga dilakukan dalam acara syukuran atau pesta.
Tergantung dari kesanggupan dan keinginan yang punya hajatan.
Proses awalnya, para prialah akan menggali sebuah lubang relatif besar, biasanya dengan diameter 2x2 m. Lalu pencarian kayu bakar dan batu yang akan dipergunakan untuk memasak.
Batu dan kayu bakar disusun dengan urutan sebagai berikut, pada bagian paling bawah ditata batu-batu berukuran besar, di atasnya ditutupi dengan kayu bakar, kemudian ditata lagi batuan yang ukurannya lebih kecil, dan seterusnya hingga bagian teratas ditutupi kayu.
Kemudian, tumpukan itu dibakar hingga kayu habis terbakar dan batuan menjadi panas. Semua itu umumnya dikerjakan kaum pria.
Batu yang panas itulah yang menjadi media pembakaran dengan dimasukan ke lubang yang sudah lebih dulu disiapkan.
Dalam lubang itu, rerumputan dan dedaunan disusun rapi, lalu tumpukan batu yang panas ditaruh dan kembali dilapisi dedaunan dan jenis rumput khusus. Setelah itu, daging mulai dimasukkan, dilapisi rumput, batu panas kembali di atasnya, umbi-umbian, dan sayuran lalu lapisan dedaunan dan tumpukan rerumputan lagi di atasnya.
Gotong royong
Sementara itu, kaum ibu mulai duduk bergerombol dalam kelompok-kelompok mengupas umbian yang sudah disiapkan berupa keladi, petatas. Tidak ketinggalan membersihkan sayuran yang akan dimasak pula.
Biasanya, setelah mereka terkumpul prosesi bakar batu selesai, makanan yang sudah matang itu tidak langsung dimakan. Mereka duduk bersama untuk mendengar petuah, arahan, atau mengambil suatu kesepakatan.
Seperti tradisi suku lainnya di Indonesia, tradisi bakar batu dilakukan secara gotong royong. Para lelaki bertugas menyiapkan kayu bakar dan perempuan terlibat dari awal hingga akhir proses tradisi ini.
Kerja sama sebagai satu kesatuan utuh tampak jelas. Kaum muda dan anak-anak tampak berlari riang menyiapkan rumput dan dedaunan yang mereka peroleh dari hutan sekitar. Itu akan tampak seperti sebuah gundukan yang lumayan besar jika kita memperhatikan proses pembakarannya.
Gubernur Papua Lukas Enembe dalam satu kesempatan pernah berujar, dengan bakar batu dan makan bersama itu, seluruh persoalan yang ada selesai. Itulah mengapa dalam proses perdamain, khususnya di wilayah pegunungan Papua, selalu diakhiri degan bakar batu.
Sebagai pria asli pegunungan tengah, menurut Lukas, ritual itu sudah turun-temurun dalam kehidupan mereka sehari-hari. Bahkan, terkadang mereka yang memiliki atau menyumbangkan ternaknya untuk dijadikan makan bersama dalam bakar batu, dengan iklhas tak makan hasil bakar batu sampai seluruh undangan atau hadirin yang ada memperoleh jatah makan dan puas.
"Mereka bahkan sudah puas bila meelihat semua yang datang bisa senang dan makan dengan baik. Yang punya ternak cukup mengoles lemak ternak bakar batu itu ditubuhnya saja sudah jadi suatu kehormatan dan puas secara moriil," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Jayawijaya John R Banua menjawab bakar batu merupakan pesta adat yang dilakukan masyarakat pegunungan baik itu dalam acara pernikahan, syukuran maupun bayar denda adat. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved