Jangan Menjadi Eksklusif

MI
07/2/2016 14:55
Jangan Menjadi Eksklusif
(MI/Barry Fathahillah)

SISI positif hunian komunitas juga disadari pengamat tata kota Nirwono Joga dan pengamat sosial Devie Rahmawati. Keduanya sama-sama menyatakan bentuk hunian itu dapat menumbuhkan kepedulian orang akan lingkungannya. Semua penghuni didorong berpartisipasi untuk membuat lingkungan yang nyaman.

Di sisi lain, di wawancara terpisah, keduanya juga mengingatkan agar bentuk hunian itu tidak mengeksklusifkan diri. "Jika eksklusif dikhawatirkan, bila nanti ada peristiwa seperti 1998, akan mudah menjadi sasaran," tutur Nirwono kepada Media Indonesia, kemarin.

Pria yang juga penulis arsitektur dan lanskap itu kemudian menunjuk model zona hunian campuran. Di Jakarta, zona tersebut sudah termuat dalam Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.

"Lebih kepada percampuran, bukan hanya yang memiliki kesamaan satu hal saja. Semua bisa bergabung, baik si kaya ataupun si kurang mampu, hingga pekerja, dan wirausaha," tambah Nirwono.

Meski mungkin sulit dibayangkan, hunian yang mencampurkan berbagai kelas masyarakat, menurut Nirwono, bisa tetap nyaman dengan adanya jalan atau jembatan penghubung. Jalan itulah yang menyatukan area rumah yang berbeda kelas.

Dengan lahan sempit di perkotaan, hunian campuran juga bisa berwujud kompleks rumah susun (rusun). Nirwono juga mengingatkan agar hunian komunitas tetap memperhatikan aturan ruang terbuka hijau sebesar 30% dari total lahan.

Sementara itu, Devie Rahmawati menekankan keeksklusifan harus dihindari untuk menghilangkan pandangan negatif masyarakat sekitar.

Lebih dari itu, dengan keterbukaan, hunian komunitas justru bisa menjadi inspirasi. Keguyuban yang ada di hunian itu dapat menjadi contoh bagi masyarakat sekitar.
"Akan lebih baik kalau komunitas bisa menularkan sesuatu yang baik bagi masyarakat sekitar. Ini inisiatif yang sangat baik, membangun komunikasi sosial yang baik," tukas pengajar Vokasi Komunikasi Universitas Indonesia (UI) itu.

Mengurangi stres
Lebih lanjut Devie menuturkan hunian komunitas dapat berperan menurunkan stres. Meski bukan dalam bentuk bantuan langsung, hubungan sosial di hubungan itu dapat bersifat meringankan beban karena adanya komunikasi antartetangga. Sebuah kondisi yang sebenarnya merupakan tradisi Indonesia.

"Ini (hunian komunitas) sangat baik, mengembalikan tradisi permukiman tradisional. Harus didukung," tambah Devie.

Sayang, seiring dengan waktu dan gaya hidup, tradisi itu menjadi renggang bahkan menjadi asing. Padahal, dengan kesibukan para orangtua sekarang ini, kedekatan bertetangga sebenarnya penting dipertahankan. Hubungan bertetangga yang baik bisa menghadirkan lingkungan yang nyaman bagi tumbuh kembang anak dan tidak kalah penting ialah menjaga keamanan lingkungan. (Wnd/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya