Dari Blue Mountain hingga Bondi Beach

Hillarius U Gani
07/2/2016 08:51
Dari Blue Mountain hingga Bondi Beach
(Dok. Syney Boutique/AFP/Peter Parks)

PARIWISATA telah berkembang menjadi industri yang menjanjikan. Banyak negara, termasuk Indonesia, mencurahkan perhatian besar terhadap sektor yang satu itu karena diyakini dapat menjadi andalan devisa negara. Tidak mengherankan apabila persaingan di sektor kepariwisataan menjadi sangat kompetitif. Setiap negara berlomba untuk mengeksplorasi potensi wisata yang ada di negara masing-masing dengan beragam cara.

Berkaitan dengan hal itu, Indonesia Air Asia X menjalin kerja sama dengan Destination New South Wales (DNSW) yang bermarkas di Sydney, Australia. Kerja sama itu bertujuan membuka akses hubungan saling menguntungkan antara Indonesia dan Australia ke depan, khususnya di bidang kepariwisataan.

Untuk mempermudah akses dan mobilitas masyarakat kedua negara, sejak Oktober 2015 Indonesia Air Asia X membuka jalur penerbangan langsung Bali-Sydney menggunakan Airbus A-330 seri 300, lima kali seminggu.

Dalam rangka kerja sama itu pula, pada 16-22 Januari lalu Air Asia X mengundang sembilan jur­nalis Indonesia untuk melakukan perjalanan ke sejumlah objek wisata di NSW, khususnya di Sydney. Perjalanan yang menyenangkan dan penuh warna itu berawal dari Blue Mountain dan berakhir di Bondi Beach.

Ikon Australia
Kekaguman akan keindahan dan keunikan destinasi wisata menjadi pengalaman rutin selama perjalanan karena Sydney telah dikenal luas sebagai kota wisata dunia yang memesona. Di kota itu terdapat Sydney Harbour Bridge dan Opera House yang menjadi ikon Australia. Di pusat kota terdapat menara 309 meter, Sydney Tower Eye. Dari menara pencakar langit itu pengunjung dapat melihat seluruh penjuru kota yang didirikan Arthur Phillip pada 1788.

Gedung Sydney Opera House, bangunan abad ke-20 (dibangun pada 1973), menjadi objek favorit yang selalu menyedot perhatian setiap orang yang datang ke Sydney. Letaknya yang strategis di Bennelong Point, berhadapan dengan Sydney Harbour Bridge, dan berbentuk seperti cangkang, terasa menyihir imajinasi para pelancong.

Selain sebagai objek wisata, gedung itu juga menjadi tempat istimewa untuk pertunjukan teater, balet, dan berbagai seni lainnya. Gedung tersebut dikelola oleh Opera House Trust dan menjadi markas bagi Opera Australia, Sydney Theatre Company, dan Sydney Symphony Orchestra.

Selain itu, NSW punya taman nasional luar biasa, yakni Blue Mountains yang terhampar di area sejuta hektare, di barat Sydney.

Di kawasan yang memiliki lanskap eksotik itu terdapat hamparan lembah hijau kebiruan yang dipagari dinding-dinding batu warna cokelat yang curam. Tempat itu merupakan bekas tambang batu bara abad ke-18.

Kekaguman terhadap kawasan yang terdaftar sebagai World Heritage UNESCO itu semakin lengkap dengan adanya legenda Three Sisters berupa tiga bongkah­an batu yang berdiri tegak di tepi jurang. Legenda itu menjadi salah satu kiblat ritual dan peradaban suku Aborigin. Di taman nasional itu juga pengunjung bisa menikmati aneka wahana rekreasi yang menantang adrenalin seperti skyway, railway, dan cableway di ketinggian lebih dari 250 meter.

Kesibukan para petani apel dalam menanam, merawat, memanen, dan bagaimana mereka memasarkan hasil perkebunan menjadi objek disinggahi. “Silakan mencicipi buah apel yang sudah siap panen itu,” ucap John, 65, petani yang mengelola 40 hektare perkebunan apel.

Atraksi lempar bumerang dan pencukuran bulu domba di Tobruk Sheep Station menjadi pertunjukan yang penuh tawa, terutama ketika melihat aksi dua anjing genius yang terampil menggiring kawanan domba menuju ruang pencukuran.

Belajar dari NSW
Dalam hal pengembangan sektor kepariwisataan, kita perlu banyak belajar dari NSW, khususnya dari otoritas Kota Sydney. Pemerintah kota itu melalui depertemen kepariwisataan seakan tidak pernah jenuh untuk mempromosikan segala objek wisata yang ada, termasuk objek yang sudah dikenal luas oleh masyarakat dunia seperti Opera House dan The Sydney Harbor Bridge (terus tebar pesona). Itu barangkali yang membedakan Sydney dengan kota-kota besar lain di dunia dalam hal perhatian terhadap objek wisata.

“Kami menyadari bahwa sesuatu yang sudah terkenal sekalipun, apbila tidak dirawat, cepat atau lambat akan lenyap dari memori publik,” ujar Margot Cuthill, yang juga staf DNSW.

Dari sekian banyak objek wisata yang ada di NSW, tercatat lima destinasi paling banyak dikunjungi wisatawan mancanegara dalam beberapa tahun terakhir. Kelima destinasi itu ialah Opera House, Sydney Harbour Bridge, Darling Harbour, Bondi Beach, dan China Town. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Pariwisata, Perdagangan, dan Acara Utama Negara Bagian NSW, Stuart Ayres.

Berdasarkan data kunjug­an wisata ke NSW pada 2015 hingga bulan September, tercatat lima besar negara pengunjung, yakni Tiongkok, disusul Selandia Baru, Amerika Serikat, Inggris, dan Korea Selatan. “Hingga September 2015 tercatat 3,3 juta pengunjung yang datang ke NSW. Angka ini naik 5,8% dari periode yang sama 2014,” jelas Stuart.

Pengunjung asal Indonesia dalam periode yang sama mencapai 60 ribu orang.

Pasar penting
Menurut CEO Indonesia Air Asia X Dendy Kurniawan, Australia merupakan pasar penting bagi Indonesia Air Asia X sehingga pihaknya memutuskan untuk membangun hubungan pertama di Bali untuk melayani penerbangan ke Melbourne serta Sydney. “Kami berharap kehadiran Indonesia Air Asia X dapat membuat perjalanan antara Bali dan Australia semakin mudah, hemat, dan berkualitas bagi traveller maupun pebisnis, serta lebih dari itu dapat meningkatkan hubungan Indonesia-Australia,” katanya. Indonesia Air Asia X juga, kata Dendy, menjalin kerja sama dengan DNSW untuk memperkenalkan Sydney kepada masyarakat Indonesia, yang salah satu bentuk kolaborasinya melalui Familiarization Trip yang diikuti para jurnalis Indonesia.

“Hubungan kami di Bali membuat Indonesia Air Asia X memiliki daya saing karena Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai sangat menarik dan memiliki kapasitas cukup untuk mengakomodasi jumlah penumpang yang banyak,” paparnya.

Perjalan berujung di Bondi Beach pada 21 Januari petang, disambut hujan deras, angin kencang, dan gelombang laut yang agak mengganas. Padahal, negara itu sedang dalam musim panas. Alam Sydney seolah ingin mengatakan selamat jalan kepada peserta Familiarization Trip.

Keramahan Margot Cuthill, tour guide; keterampilan Edmond Tsang, pengemudi yang membawa rombongan ke mana-mana; serta kesabaran Nadya
Rahmaesya Natahadibrata, Communications Executive PT Indonesia Air Asia, turut melengkapi lika-liku perjalan selama lima hari berturut-turut di ‘Negeri Kanguru’. Mari ke Aussie! (M-1)

miweekend@mediaindonesia.com




Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya