Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DIANGKATNYA Gundala, komik karya Hasmi ke layar lebar menarik perhatian masyarakat. Melalui jagat sinema Bumilangkit, setelah Gundala beberapa karakter komik lainnya akan difilmkan.
Diangkatnya komik menjadi film dinilai Seno Gumira Ajidarma sebagai karya visual dan budaya khas kota. Ia mengutip buku bertajuk Comics and The City yang ditulis Arno Meteling, menyebut bahwa komik ditempatkan sebagai jendela untuk melihat kota.
"Lahir dari komik strip, yang hanya muncul ketika saat itu ada persaingan 100 tahun lebih yang lalu, antara Pulitzer dan Hearts. Mereka menggunakan komik strip supaya masing-masing laku. Maka dipakai komik strip yang paling mudah dibaca masyarakat yang kebanyakan saat itu merupakan imigran. Dengan bahasa pas-pasan, dan koran juga mengacu pada imigran, tokoh yang ada di komik stripnya pun belum bisa bahasa Inggris secara utuh. Ini dengan sendirinya para penggambar komik mengacu lingkungan untuk gambar tokoh sampai fisik, melihat kota dia sendiri," terang Seno dalam diskusi Jakarta Center for Cultural Studies (JCCS) bertajuk Gundala di Tengah Kota: Antara Urbanisme dan Heroisme, di Atelir Ceremai, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (16/10).
Penulis buku biografi pencipta karakter Gundala Harya Suraminata (Hasmi), Henry Ismono menyebutkan sebelum Gundala dipublikasikan, Hasmi telah lebih dulu membuat karakter Aquanus, yang merupakan pesanan dari salah satu penerbit di Bandung. Namun, saat itu Hasmi merasa belum puas.
"Ketika tumbuh tren superhero dan Hasmi berpikir bagaimana untuk membuat karya sendiri. Hasmi mulai membuat Gundala, yang terinspirasi dari The Flash. Hasmi mencoba membuat Gundala dengan spirit lokal. Bahwa ia punya kekuatan petir yang terinspirasi dari kisah Ki Ageng Selo, dan tokoh Sancaka yang berasal dari pewayangan. Gundala juga ditempatkan dalam latar Yogyakarta. Lokasi perjalanannya ada salah satunya di Parangtritis, dan mengejar musuh ke pertunjukkan wayang wong," ujar Henry.
Seri Gundala yang berjalan pada medio 1969 hingga era 80-an menurut Henry ialah periodesasi yang kedua. Sebab tahun 1954 pernah muncul komik dengan napas hero. Namun, saat itu karena dianggap kebarat-baratan, komik superhero menjadi tenggelam hingga tahun 1960-an. Muncul kembali setelahnya.
Seno pun melihat Gundala yang difilmkan Joko Anwar sebagai jendela melihat kota. Pasalnya versi Hasmi dan Joko Anwar berbeda.
"Pertama masalah kelas, itu hanya ada di kota, bukan Yogyakarta. Saya enggak peduli apakah persis sama dengan komiknya, melihatnya menarik. Justru ini memunculkan wacana. Film yang berwacana itu yang mencerdaskan. Kalau semua bilang bagus ya jadi tidak bermakna. Kalau jadi perbincangan maka menjadi bermakna," papar rektor IKJ ini yang juga mempertanyakan kekuatan super yang dimiliki Gundala masih terkesan nanggung akibat kendala biaya dan teknologi.
Di sempat yang sama, Lily Tjahjandari dari JCCS melihat, film Gundala yang pertama diluncurkan pada masa komik Gundala tengah moncer, sehingga tidak terlalu berdampak pada film. Sedangkan saat difilmkan kembali, penonton sudah banyak yang dengan komiknya, malah terjadi hype.
"Momennya berbeda. Saat film yang pertama, itu ketika momentumnya komik Gundala tengah booming. Sementara yang kedua momen enggak ada, lebih dicari momentumnya."
Lilawati Kurnia mempertanyakan ideologi yang diusung filmmaker terhadap karakter Gundala. Seperti Superman yang mengusung wacana white supermacy.
"Jadi superhero ini yang kritik berkaitan dengan ideologi mainstream. Mereka yang berkuasa. Di Gundala, ideologi mana yang diusung? Ketika dalam film yang digambarkan ialah bukan ilmuwan melainkan buruh, ada ideologi apa yang diusung dari film itu?" Tanya Lilawati.
Gundala versi Joko Anwar memunculkan wacana, sejak tayang hingga kini usai turun layar di bioskop. Beberapa kalangan yang turut membaca versi komik, menganggap tidak ada kelekatan narasi di filmnya. Di samping juga Joko menawarkan karakter yang cukup konkret dan lebih realistis pada konteks saat ini.
"Normal saja. Yang dipikirkan ialah kita ambil pasarnya. Tak lebih tak kurang, ini dagangan dengan hal-hal yang disukai. Ya inilah proses demokratis kita. Berpolitik secara konsisten. Penonton tidak bisa pasif minta terus. Siapa yang menang dalam pertarungan, begitulah kebudayaan. Yang enggak mau kalah ya yang berjuang. Faktor paling penting dalam mendorong kebudayaan ialah ekonomi," papar Seno. (M-3)
Baca juga : Iksaka Banu Kembali Jawarai Kusala Sastra Khatulistiwa
Oakwood Hotel & Apartments Taman Mini Jakarta telah mendapatkan reputasi sebagai salah satu hotel ramah keluarga terbaik di Jakarta Timur.
Pada 2023, Spotify mencatat lebih dari 70% total royalti berasal dari artis atau label independen.
Akhir pekan merupakan waktu yang dinantikan banyak orang untuk bersantai dan melepaskan diri dari rutinitas harian.
Apakah kamu pernah merasa penasaran tentang inisial nama yang bisa membuat kehidupan cintamu selalu bahagia?
Membaca novel tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga memberikan banyak manfaat bagi kita. Dengan membaca novel, kita dapat memperkaya kosakata
Masa remaja adalah periode penting dalam kehidupan yang dipenuhi dengan pembelajaran dan penemuan jati diri.
Dari sekian banyak karakter rahasia yang dimunculkan di Deadpool & Wolverine, salah satu yang sangat mencuri perhatian adalah Johnny Storm.
Ultraman pertama kali muncul di layar kaca pada 1966 dan sejak saat itu menjadi ikon budaya pop yang menginspirasi jutaan anak-anak di seluruh dunia.
Tidak ada motivasi yang lebih baik untuk sembuh selain keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan.
Menurut Nolan, Snyder memiliki pengaruh kuat dalam industri film, terutama yang bergenre fiksi ilmiah dan dan tema pahlawan super.
Film ini menjadi seperti rekonsiliasi hubungan saudara yang rapuh yang dicoba dijahit kembali demi tujuan yang lebih besar.
Sutradara dan Produser film Joko Anwar selau berusaha mempertahankan benang merah dalam membangun cerita, yaitu berpijak pada mitologi, folklore, maupun dongeng yang ada di tanah air.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved