Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
"KONSEP yang sederhana itu tetap bisa seru," ujar Setiagiri Agung membuka percakapan saat Media Indonesia berkunjung ke sebuah kafe di kawasan Pamulang, Tangerang, Banten, pekan lalu. Kafe milik pasangan musikus Endah N Rhesa itu kerap dijadikan tempat sejumlah anak muda berkumpul, terutama yang menyukai musik.
Giri, demikian pria itu kerap disapa, memang musikus. Bersama Bubu, sahabatnya, mereka membentuk duo dengan format akustik pada 2010 lalu. Nama Bubugiri diambil dari nama mereka berdua.
Kedua sahabat yang telah saling kenal sejak SMA itu tak pernah menduga bisa bergabung menjadi sebuah duo. Giri yang saat itu bermain gitar dari satu kafe ke kafe lain terkadang mengajak Bubu untuk mengisi vokal. Awalnya, ujar Bubu, proses penyatuan warna musiknya dengan warna musik Giri berlangsung sangat natural.
Bubu yang punya karakter funk bertemu Giri yang memetik gitar dengan groovy. Gabungan dua karakter itu mengerucut dan pada akhirnya menemukan pola sendiri. Lambat laun mereka berdua merasa terhubung satu sama lain. Mereka merasa mendapatkan energi baru saat bermain musik bersama. "Giri pengiring yang asik. Dia seperti tahu aku mau ke mana. Ikatannya dapat banget," ungkap Bubu.
Enam tahun lalu hijrahlah mereka dari kota asal, Bandung, untuk menapaki karier bermusik di Jakarta. Mereka mencuri perhatian khalayak lewat aksi dengan menggarap ulang lagu-lagu yang tengah populer di telinga umum. Lagu-lagu seperti Mau Dibawa Kemana, Cinta Satu Malam, dan Malam Biru pernah disentuh ulang dengan gaya mereka. Musik yang disajikan Bubugiri tak muluk-muluk. Mereka menyusun aransemen gitar dan vokal sedemikian rupa. Di atas panggung, lantunan suara Bubu yang tebal dan empuk menyatu dengan permainan gitar Giri yang rancak nan renyah.
Hasilnya sebuah pengalaman audio yang mantap. Lebih-lebih Bubugiri juga lincah, berenergi, dan eksresif saat menyajikan musik mereka dalam setiap penampilan. "Aku juga sangat menikmati cara Giri bermain gitar. Jadi, bisa asyik banget kalau di atas panggung," tutur Bubu. Bagi Giri, sebuah penampilan memerlukan unsur kejutan. Salah satu cara untuk mewujudkan elemen itu ialah membuat medley menggabungkan beberapa lagu menjadi satu. Memang Bubugiri juga populer karena kemampuan medley itu. Lagu-lagu yang kerap mereka satukan ialah milik Michael Jackson.
Album perdana
Perlahan tapi pasti. Bubugiri mulai menemukan jalan sendiri. Dalam waktu lima tahun sejak terbentuk, mereka akhirnya merilis album perdana berjudul Music Everyday. Album itu rilis pada Oktober tahun lalu.
Penggarapan album perdana itu dibantu Endah N Rhesa. Duo itu berperan sebagai produser eksekutif. Bubu dan Giri merasa teberkati saat nasib baik mempertemukan mereka dengan Endah N Rhesa.
"Saat bertemu, Rhesa langsung tanya soal rencana album kami. Terus terang, waktu itu kami memang lagi mentok. Materi untuk albumnya sudah lengkap, tapi seperti tidak tahu harus berbuat apa lagi," kisah Bubu.
Di album perdana, Bubugiri menjelajahi beragam bebunyian dan kecakapan vokal. Ada sentuhan rap juga beatbox. Kolaborasi juga dilakukan dengan memasukan suling Sunda demi mengangkat identitas tempat kelahiran mereka, lalu ada cajon, shaker, dan tamborin. Ini menjadi warna sendiri. Komposisi itu menciptakan aksen yang rumit tapi dengan kemasan yang sebenarnya sederhana.
Dalam penulisan lirik, Bubugiri menjajaki tema-tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Problematika kota, persoalan asmara, juga kisah-kisah pertemanan ditulis dengan ringan dan mudah dimengerti.
Di album ini, ada sebuah lagu yang judulnya memakai bahasa Sunda, yakni Kagagas. Lagu itu kental bernuansa Sunda, komplet dengan alunan suling. Liriknya ditulis dalam format bahasa Inggris,'I still can recall the sound of birds and bugs. They were singing all morning. Play mates all around the corner. Hide and seek. We never got enough of laughing'. Lagu itu bercerita tentang kerinduan masa kanak-kanak di kampung halaman. Cukup mudah dipahami, bukan?
Proses penciptaan satu lagu bisa bervariasi. Ada yang hanya memakan waktu satu hari, ada juga yang lebih. Giri bercerita lagu yang memakan proses paling lama berjudul Copycat. Maklum lagu itu digunakan sebagai representasi musikalitas Bubugiri. "Karena gimmick-nya banyak di lagu itu. Sampai pernah ganti lirik, ganti kontennya," ujar Giri.
Sebagai duo, tentu saja ada saja percikan-percikan konflik yang muncul. Namun, hal itu senantiasa ditanggapi secara bijak oleh mereka berdua. "Namanya konflik itu pasti ada lah ya," kata Giri. "Kita sama-sama sadar bahwa ini bagian proses yang harus dilewati," timpal Bubu.
Bahkan, salah satu single terbaru mereka yang berjudul What About Us lahir dari sebuah konflik. "Waktu itu kita berantem satu sama lain. Kamu ini kerjanya makan terus ya!" kisah Giri sambil berkelakar. Bagi Bubu, lagu itu menandai perdamaian mereka.
Giri semacam menemukan pola dalam membuat sebuah karya. "Kuncinya kematangan konsep dari karya itu. Konsep yang sudah matang tentu akan berpengaruh pada efektivitas waktu penggarapan sebuah album. Kami belajar banyak lewat album pertama ini untuk membuat album-album selanjutnya," terangnya.
Lantas bagaimana proses kreatif mereka secara detail? Saksikan wawancara eksklusif dan aksi panggung mereka bersama Kotak Musik akhir Januari nanti. Unduh aplikasi Media Indonesia di Appstore dan Google Playstore sekarang juga. (Isw/M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved