Kaum Urban Melawan Teror

Hera Khaerani
17/1/2016 13:11
Kaum Urban Melawan Teror
(Berbagai Sumber)

KESIBUKAN Demas Kevin Audy Putra terhenti saat melihat pemberitaan teror di Jalan MH Thamrin di televisi. Desainer grafis itu menyingkirkan pekerjaannya dan menggambar hal lain. Gambarnya sederhana. Ia menggambar tugu Monas di dalam lingkaran hitam.

"Terlintas iseng untuk buat social campaign dengan visual yang menceritakan Kota Jakarta itu aman dan nyaman, tidak seperti yang dilihat di TV penuh ancaman dan teror," jelasnya kepada Media Indonesia di Jakarta, kemarin. Gambar itu kemudian diunggah ke akun Instagram-nya. Meski hingga Sabtu pagi gambar di akun @demaskvn itu baru mendapat 91 likes, nyatanya di media sosial gambar itu tersebar luas walau tanpa mencantumkan nama pembuatnya.

Demas termasuk netizen yang menggunakan tanda pagar (tagar) #prayforjakarta karena ditujukan untuk mendoakan para korban. Kendati begitu, dia sependapat tagar #kamitidaktakut lebih mencitrakan warga Jakarta dan Indonesia yang mempunyai sifat dan sikap berani, tidak takut terhadap ancaman ancaman teror bom.

Tagar #prayforjakarta, #kamitidaktakut, dan #Jakartaberani ramai di berbagai media sosial tak lama pascateror. Dari tanda tagar itu, netizen memutuskan berkumpul di lokasi pengeboman pada Jumat (15/1) sore.

Saat ditemui di lokasi, aktivis media Ulin Yusron mengatakan aksi itu berawal dari obrolan di grup Whatsapp. "Teman-teman ingin menyambut isu ini kalau #kamitidaktakut dengan teror. Setelah itu, karena mobilisasi dari media sosial, ratusan orang berkumpul," ungkap Ulin yang terkejut dengan antusias warga yang cukup besar.

"Ini murni aksi media sosial. Sebelumnya, di on air (media sosial), ini off air (kopi darat). Ini bukan tagar pertama. Dulu pernah dipakai di bom JW Marriott dan Pandji Pragiwaksono bikin lagu Kami tidak Takut. Ini kopdar (kopi darat) dari seluruh netizen. Hashtag, online, dan berujung dengan offline," tambahnya.

Gerakan melalui tagar, menurut pakar teknologi informasi dan media sosial Nukman Luthfie, sudah ada sejak 2009. Namun, dari peristiwa kemarin, ia melihat ada tiga tahapan. Tahap pertama, informasi masih kacau balau. Semua orang berlomba mengabarkan hingga kerap tidak valid. Tahap selanjutnya menyatakan simpati, doa, dan dukungan.

Selanjutnya, tahap ketiga ialah publik mulai lebih santai dan membuat lelucon mengenai peristiwa tersebut. "Awalnya banyak yang takut ikut-ikutan karena dianggap kurang pantas di momen berduka, tapi setelahnya parodi lebih terbuka," terangnya.

Aman

Semangat tidak takut teroris juga ditunjukkan sejumlah warga negara asing, seperti Lynda dari Inggris yang sudah delapan tahun menetap di Jakarta. "Penting untuk datang ke sini (Sarinah) bersatu dengan Indonesia. Dunia harus tahu bahwa aksi teroris tidak membuat kami (masyarakat) takut. Terosis telah melakukan aksi yang sia-sia," ujarnya yang datang bersama seorang teman dari Australia.

Sikap yang sama juga ditunjukkan Cysbi Sean, 52, asal Hongaria. Pria yang sudah 10 kali berkunjung ke Jakarta itu mengaku tidak takut ke Jakarta meski ada teror karena reaksi cepat dari polisi dan TNI yang membuat dirinya merasa aman.

"Kemarin (Kamis, 14/1) waktu kejadian saya sedang makan di lantai dua gedung ini. Saya kaget, tapi tidak takut," ungkap Cysbi.

Merasa aman di Ibu Kota juga ditunjukkan Sacha Stevenson, 33. Perempuan asal Kanada itu bahkan menolak permintaan keluarga suaminya Angga Prasetya untuk meninggalkan Jakarta. Menurutnya, itu tidak perlu didengarkan, kalaupun sampai ada 'travel warning'. "Rugi kalau dengerin 'travel warning' karena Indonesia luar biasa. Indonesia aman-aman saja," tukasnya.

Meski menolak memasang tagar di akun media sosialnya, Stevenson mengaku terhibur dengan perkembangan di media sosial. "Mulai kejadian, penangkapan, lalu cepat sekali ada bahasan soal polisi ganteng," sebutnya.

Perempuan yang terkenal dengan video Youtube itu mengaku tidak akan membuat parodi tentang teroris. "Aku juga tidak akan buat video soal terorisme karena aku tidak suka iklanin seperti itu. Orang bisa jadi terkenal, mungkin itu yang mereka mau," pikirnya.

Masyarakat memang kembali beraktivitas normal pascateror, baik yang berkantor di kawasan Thamrin atau yang berkunjung ke lokasi. Hari ini pun kegiatan hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) atau car free day (CFD) Sudirman-Thamrin tetap berjalan. Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Yani Wahyu, mengungkapkan hasil koordinasi dengan pihak kepolisian belum ada petunjuk untuk menyetop. "Acara tetap berjalan seperti biasa, tapi keamanan dan kewaspadaan tetap menjadi prioritas," tukas Yani.

Fazri Muharrom, anggota Sweet Iron Lowrider, mengaku tetap beraktivitas seperti biasa mulai pukul 07.00 WIB hingga CFD ditutup. Pria yang kerap disapa Iko itu mengetahui komunitasnya akan tetap gowes melalui grup Whatsapp. "Kan sudah dijamin oleh pihak keamanan, yang penting waspada dan jangan selfie di tempat kejadian. Kasihan keluarga korban," ujar Iko.

Meskipun basis kumpul berada di Bundaran Hotel Indonesia, para anggota datang dari berbagai sisi, termasuk pelintasan Sarinah. Namun, diimbau sebisa mungkin warga tidak mengerumuni atau berfoto diri di tempat tersebut. (Fik/Wnd/Rio/M-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya