Volunteer dan Sahabat KAA

Lis Pratiwi, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
13/4/2015 00:00
Volunteer dan Sahabat KAA
(Saksi Sejarah KAA 1955 Augusdin Aminoedin (kiri)--Lis Pratiwi)
TAK hanya sebagai peserta seminar, anak muda juga turut berperan aktif membantu sebagai relawan dan menyukseskan peringatan KAA ke-60. Relawan dibutuhkan dalam salah satu rangkaian acara, yaitu Asian-African Carnival yang diselenggarakan Pemerintah Kota Bandung.

''Selain menambah teman dan pengalaman, saya juga ingin berkontribusi untuk negara dengan membantu berjalannya peringatan KAA dengan lancar. Karena ini acara internasional, kalau pekerjaan tidak benar nanti turis dan pengunjung akan berpandangan buruk terhadap KAA dan Bandung,'' ujar Mutia Lysia, relawan karnaval KAA.

Meskipun tinggal di Depok, Mutia tetap mendaftar untuk rangkaian acara yang akan digelar pada 21-27 April di Bandung ini. Mahasiswa Politeknik Swadharma ini mengaku mendapat informasi pembukaan relawan dari temannya. Pendaftaran dilakukan dengan mengisi formulir secara daring. Setelah melengkapi data pribadi dan mengirim foto, calon relawan harus melakukan konfirmasi ulang dan menghadiri technical meeting sebelum karnaval dimulai.

''Saya memilih relawan sebagai participant event. Sampai saat ini, saya belum tahu persis tugas dan waktu mulai kerja, karena belum ada pemberitahuan lagi. Mungkin setelah technical meeting pada 12 April nanti akan diberitahu,'' ujarnya.

Sahabat Museum KAA
Sejarah KAA 1955 selalu berdampingan dengan museum KAA di Bandung. Sejak 2011, museum ini punya komunitas bernama Sahabat Museum KAA (SMKAA).

''Saat ini aktivitas SMKAA adalah membantu menyukseskan beberapa event museum KAA dalam rangka peringatan KAA ke-60 di Bandung. Salah satunya ialah parade saat kami menjadi panitia dan kami memastikan semua berjalan lancar,'' ujar Yovita Omega, koordinator eksekutif SMKAA.

SMKAA memiliki sekitar 200 anggota aktif yang semua bermukim di Bandung. Selain parade, sebelumnya SMKAA juga menyelenggarakan beberapa acara terkait KAA, misalnya, konferensi mahasiswa Asia-Afrika dan Asian-African Night. Di antaranya paguyuban sepeda baheula, donor darah, dan jalan-jalan budaya.

''Karena kita belajar dari KAA, kita harus ingat apa yang diciptakan KAA, yaitu Dasasila Bandung. Dari sepuluh sila, jika diperas menjadi ekasila, hasilnya ialah gotong royong. Inilah esensi dasasila yang ingin dibangun oleh SMKAA. Praktiknya kami tuangkan dalam 15 klab yang ada di dalam SMKAA,'' tambah mahasiswa Universitas Pasundan ini.

Sebagai tuan rumah, Pemerintah Kota Bandung juga berencana memecahkan rekor MURI dengan menampilkan angklung terbanyak yang melibatkan 20 ribu pemain. Bandung juga akan memproklamasikan <>Smart City of Bandung yang berbasis teknologi sekaligus kota anak muda kreatif yang turut diinisisasi oleh generasi muda Bandung. Hebat euy! (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya