Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
TENUN memang bukan kain adati yang asing di panggung fesyen Tanah Air. Meski begitu, tenun sengkang yang berasal dari Kota Singkang (Sengkang) di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, belum akrab di telinga masyarakat.
Padahal, keindahannya tidak kalah dengan tenun dari wilayah lain Indonesia. Sekilas pola tenun sengkang mirip dengan tenun rangrang asal Bali. Namun, jika tenun rangrang berpola rangkaian wajik, tenun sengkang berpola zig-zag. Selain itu, ada pula pola bergelombang.
Itulah yang terlihat dalam peragaan busana koleksi label Elgaandrina di Plataran Menteng, Jakarta, Kamis (2/5). Label ini sengaja didirikan oleh dua sahabat Elga Naldy dan Rina Saud untuk mengangkat tenun sengkang.
"Kami berdua ingin melestarikan kekayaan kain tradisional yang kita punya, yaitu tenun sengkang yang warnanya strong atau bold," kata Elga. Sementara itu, Rina mengaku jukga memiliki alasan personal untuk mengangkat tenun tersebut. "Ayah saya berasal dari Sengkang. Keinginan untuk lebih meningkatkan nilai jual tenun sengkang sudah ada sejak 10 tahun lalu. Baru sekarang terwujud," paparnya.
Dua sahabat ini berbagi tugas dalam proses pengerjaan koleksi. Jika Elga bertanggung jawab terhadap desain busana, Rina dipercaya untuk memberikan detail pada busana. Bahkan, Rina juga diberi tambahan tugas mengembangkan perusahaan.
Proses dimulai dari menentukan warna dan motif kain tenun yang diinginkan. Mereka memerlukan waktu hampir 1 tahun untuk berdiskusi dengan para penenun. "Trial and error kami alami, tapi itulah tantangannya," ujar Elga yang juga memiliki label Elga Hariani untuk pasar di Mumbai, India. "Kami tetap memakai pewarna alami," tambah Rina.
Tiga lini
Ada tiga lini brand Elgaandrina yang ditawarkan, yaitu Elgaandrina Couture, Elgaandrina Ready to Wear Deluxe, dan Elgaandrina Ready to Wear. Dalam ketiga lini itu tenun sengkang tidak hadir sebagai material tunggal, tetapi dipadukan dengan bahan lainnya, baik sebagai materi utama maupun aplikasi.
Misalnya gaun koktail bersiluet A dengan tenun sengkang berpola gelombang dalam warga hitam-emas. Gaun itu tampak makin glamor dengan aplikasi renda emas di bagian tepi busana.
Tidak hanya gaun, label ini juga banyak menyajikan padanan blus dengan celana. Tenun sengkang diolah menjadi blus bergaya asimetris maupun dengan aksen obi di bagian pinggang. Menyambut momen Lebaran, Elgaandrina juga mengeluarkan koleksi kaftan.
Dalam kesempatan tersebut Elga dan Rina juga mengungkapkan proses pembuatan tenun sengkang masih mengandalkan tangan para penenun. Dari tangan-tangan yang terampil dan kesabaran yang tinggi dihasilkan tenun ikat, polos, dan variasi.
Tenun sutra polos tidak bermotif karena hanya memawakai satu warna benang. Tenun ikat memakai dua hingga tiga warna benang yang disatukan.
Ada beberapa motif tenun sengkang, yaitu motif 'Balo Tettong' alias bergaris atau tegak dan motif 'Makkalu' atau melingkar. Selain itu, ada motif 'Mallobang' atau berkotak kosong, dan motif 'Balo Renni' alias berkotak kecil. Bahkan masih ada motif lainnya, yaitu 'Wennang Sau' dan motif 'Bali Are'.
Satu lagi yang terkenal dari sengkang ialah kain tenun lagosi. Kain ini memiliki ciri motif bunga loppo dan warna mencolok seperti krusitik (tusuk silang). Karena pembuatannya lebih rumit, harga lipa sabbe lagosi cukup mahal. Diperlukan rumus atau hitungan agar tak salah menyelipkan benang agar sesuai dengan hasil yang dikehendaki. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved