Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Pesan Lingkungan dari Panggung Busana

Suryani Wandari
05/5/2019 05:20
Pesan Lingkungan dari Panggung Busana
Koleksi yang terinspirasi dari unsur alam(MI/Susanto)

TANAH yang tandus dengan hiasan pepohonan kering menjadi panggung peragaan busana yang merupakan praacara Harmoni Bumi. Fashion Raphsody digelar pada Selasa (30/4) di Jakarta, peragaan busana tersebut memang mengusung isu kelestarian lingkungan.

Ada empat perancang yang ambil bagian, yakni Yulia Fandy, Ariy Arka, Ayu Dyah Andari dan juga aktris senior Chintami Atmanagara. Keempatnya juga merupakan pendiri Fashion Raphsody.

Meski tampilan panggung bernuansa muram, koleksi yang mereka hadirnya nyatanya busana siap pakai yang tetap mencerminkan optimisme masa depan. Tampilan chic mendominasi.

Contohnya adalah koleksi Yulia Fandu yang menghadirkan palet warna sejuk, seperti hijau mint dan krem. Bertajuk Gaia atau dalam bahasa Yunani bermakna 'ibu bumi', koleksi itu menampilkan busana-busana yang menonjolkan kenyamanan seperti celana plazzo, jumpsuit, dan juga berbagai luaran.

Yulia menjelaskan jika garis rancangannya sengaja tidak mengumbar kemewahan sebagai bentuk kedekatan dengan bumi. Meski begitu tetap saja tampilan artistik dan elegan, yang memang merupakan ruh dunia fesyen, tidak ia tinggalkan.

"Untuk masuk pada temanya, saya semata-mata hanya mengandalkan kekuatan detail dan garis desainnya tanpa menambahkan detail mewah," kata Yulia dalam konfrensi pers.

Mewah
Lain halnya dengan Chintami dan Ayu Dyah yang tetap menonjolkan sisi kemewahan. Chintami menghadirkan gaun berpotongan maksi dan midi dengan potongan lengan lebar dan detail ruffle. Chintami melengkapi kemewahan itu dengan penggunaan bahan sutera, taffeta, dan Thai silk yang dihiasi lagi dengan sematan batuan dan payet. Meski begitu, nuansa alam tetap dihadirkan lewat warna-warna natural.

Chintami menjelaskan jika palet warna hijau hingga merah bata itu hadir dari inspirasi warna-warna batuan. Tidak ketinggalan Chintami juga memasukkan unsur adati.

"Motif abstak diaplikasikan sebagai motif di atas tenun berbahan organdi yang dipesan dari penenun Garut. Garut dipilih karena saya merasa perlu untuk mengangkat kearifan lokal," kata Chintami.

Lebih mewah lagi ialah gaun-gaun dari Ayu Dyah. Ia juga menyuguhkan koleksi busana pengantin berpotongan ballgown.

Sementara itu, Ariy Arka menampilkan busana pria yang diolah dari rasa mirisnya terhadap hutan. Nuansa hijau, cokelat, hitam dan putih menjadi hal yang menonjol pada koleksi yang terdiri dari atasan, celana dan outer ini sebagai terjemahan ketika hutan masih hijau dan rimbun.

Ariy juga menambahkan unsur plastik beberapa bajunya yang menyiratkan limbah plastik sebisa mungkin dimanfaatkan kembali sebagai bentuk peduli lingkungan.

Di sisi lain, meski sudah menonjolkan nuansa alam, peragaan yang menjadi awalan dari acara sesungguhnya pada Agustus tersebut, belum benar-benar menampilkan konsep nyata untuk kelestarian lingkungan. Akan lebih baik jika para desainer juga berupaya untuk memastikan jika material yang digunakan diproses dengan cara yang ramah bagi lingkungan. (M-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya