Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Daur Ulang Spanduk Kampanye

(Zuq/M-1)
04/5/2019 19:32
Daur Ulang Spanduk Kampanye
Seorang anggota Parongpong Recycle and Waste Management, berdiri di samping kantong sampah yang dibuat dari bekas spanduk kampanye(DOK. PARONGPONG RECYCLE AND WASTE MANAGEMENT)

 TIGA truk berisikan spanduk bekas kampanye berada di bengkel kerja Parongpong Recycle and Waste Management di Bandung, Jawa Barat. Sesuai namanya, mereka bukanlah pengepul barang bekas, melainkan usaha daur ulang yang kini tengah fokus pada alat peraga kampanye (APK).

Spanduk yang dikumpulkan dari beragam tempat itu didaur ulang menjadi kantong sampah (trash bag). Ditemui di Bandung, pendiri Parongpong, Rendy Aditya Wachid, menjelaskan jika ide itu bermula ketika Parongpong diminta untuk mengolah sampah di Happiness Festival 2019 yang bakal diselenggarakan pada 27-28 April 2019.

Festival itu memakai konsep zero waste to landfill yang artinya tidak ada sampah yang sama sekali berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah akan didaur ulang dan diolah hingga tidak lagi sempat ke TPA. Ironisnya, niatan baik itu akan tercoreng ketika proses pengumpulan sampah malah menggunakan plastik sekali pakai.

"Lalu kami berpikir gimana caranya cari alternatif dari kantong plastik sekali pakai. Waktu itu momentum kampanye, sehingga kami pikir daripada dia terbuang sia-sia ke TPA, lebih baik kita manfaatkan jadi sesuatu yang bermanfaat. Akhirnya kita buat menjadi trash bag," terang Rendy kepada Media Indonesia, Rabu (24/4).

Parongpong lalu mengumumkan penerimaan sisa APK lewat media sosial mereka. Hasilnya, warganet menyambut baik inisiatif itu. Meski demikian, jumlah APK yang terkumpul tidak sebanyak dengan apresiasi di media sosial. Selama tiga hari pengumpulan, yakni 17-20 April, didapat tiga truk sisa APK.

"Spanduk terkumpul 3 truk, saat ini baru setengah truk yang diolah. Jumlahnya ada 30 spanduk yang diolah menjadi 30 trash bag," ujarnya. Perbandingan trash bag dan spanduk yang 1:1 karena tiap spanduk dilipat menjadi dua sehingga menghasilkan lapisan yang tebal.

Teknik pembuatan kantong sampah dari APK memperhatikan 3 hal. Pertama ialah ukuran APK tidak terlalu kecil. Jika APK terlalu kecil, akan banyak jahitan yang diperlukan untuk menyambungkannya. Dikhawatirkan, jahitan itu bisa robek.

"Kalau banyak sambungan kemungkinan rusak atau bocornya besar," tambah Rendy.

Kedua, Parongpong juga mensyaratkan APK yang tidak bolong atau sobek. Ketiga, bahan APK tidak mudah bolong atau sobek. Oleh karena itu, dipilih APK berbahan tahan air.

"Jadi, kalau spanduk kain atau spanduk yang plastik tipis mungkin gak kita terima. Jadi, yang kita terima adalah ukurannya cukup besar, tidak robek, dan waterproof bahannya," tambahnya.

Bahan-bahan itu lalu dijahit untuk menjadi sebuah kantong sampah dengan dua lapisan untuk menambah kekuatan. Proses itu tidak menggunakan lem.

"Sebenarnya sih kita dijahit biasa. Kebetulan memang di Parongpong sendiri ada unit bisnis yang memang bergerak di bidang fashion. Jadi, unit bisnis ini nanti yang mengubah spanduk-spanduk itu jadi tas (kantong sampah)," ujarnya.

Rendy juga menjelaskan jika tidak diperlukan banyak bahan tambahan untuk membuat kantong sampah dari sisa APK. Pihaknya hanya menambahkan stiker berisi informasi soal peruntukan jenis sampah untuk kantong itu. Sementara itu, biaya yang dibutuhkan untuk proses penjahitan juga sebesar Rp80 ribu/kantong.

Komposter dan fesyen

Program kantong sampah dari APK tidak hanya diperuntukkan acara Happines Festival 2019. Parompong juga sedang melakukan kampanye untuk membuat komposter dari sisa APK. Rencananya komposter itu akan dibagi ke daerah yang kesulitan mengelola sampah.

"Jadi, kalau jadi komposter, kita bisa cari sponsor. Nanti sponsor itu yang membiayai jahitnya sehingga nanti komposter ini kita bagi-bagi di area-area yang warga sebetulnya kesulitan tentang pengolahan sampah. Minimal kalau komposter, sampah organik bisa mereka kelola sendiri," ujar Rendy.

Komposter merupakan alat pembantu untuk mengubah sampah menjadi kompos. Pada dasarnya, semua wadah bisa digunakan sebagai komposter, asal kering dan cukup besar untuk menampung sampah sehari-hari. Bahkan spanduk APK mempunyai keunggulan, yakni material yang tahan lama.

"Jadi, sebenarnya spanduk ini cocok banget untuk dijadikan komposter," tambahnya.

Gerakan pemanfaatan lagi APK, juga dilakukan seniman muda, Harits Alfadri Dewanto Tejet. Aksinya berangkat dari keprihatinan melihat banyaknya APK.

"Resah saja sih lihat alat peraga kampanye yang tahun ini aku rasa berlebihan untuk pengaplikasiannya. Ini kok sampai kebangetan ya menutupi fasilitas umum," ujar laki-laki yang akrab disapa Tejet.

Keresahan itu ditambah lagi pengalaman pemilu sebelumnya, Tejet melihat masih ada APK yang tidak terbereskan dan terbengkalai. Apalagi penempatan alat peraga kampanye yang kurang mengindahkan kepentingan publik.

"Mereka saja masangnya sudah ngasal, apalagi membereskannya ya," begitu pikir Tejet.

Tejet lalu mengekspresikan keprihatinannya dalam bentuk karya. Ia membuat jaket dari sisa APK. Pertimbangan untuk mengubah limbah sisa APK, menjadi barang berfungsi, bisa dipakai, serta tidak mengotori lingkungan.

"Niatnya itu dari limbah dan konten limbahnya, terus biar dinamis, gak cuma dipajang, jadi aku pikirkan biar berfungsi, biar bisa dipakai," ujarnya saat dihubungi via telepon, Selasa (30/4).

Tejet membutuhkan spanduk dengan panjang sekira 2 meter x 4 meter untuk satu jaket. Ia memotong spanduk sesuai pola jaket lalu menjahitnya. Ia juga butuh puring, kancing, dan karet. Karet ditempatkan di bagian ujung lengan jaket, sedangkan puring dipasang di seluruh bagian badan dan lengan agar kulit tidak langsung bersentuhan dengan tekstur spanduk.

"Dalamannya aku pakai puring, biar nyaman dipakainya," tambahnya.

Tejet mengaku tidak mematok harga untuk jaket, tetapi ia juga tidak menutup kemungkinan untuk memaharkan karyanya. Tejet beralasan bahwa niatan awal membuat jaket dari sisa APK ialah untuk berekspresi dan menyikapi kondisi lingkungan sekitar.

"Kayaknya lewat karya ini saya bisa mempersatukan koalisi kanan-kiri. Jadi, aku gak di pihak siapa-siapa, aku di tengah, aku masyarakat," pungkasnya. (Zuq/M-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya