Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Beragama dengan Lebih Adem

Ardi Teristi
31/3/2019 02:40
Beragama dengan Lebih Adem
Jendela Buku(MI)

PADA Senin (11/3) malam, saya menerima buku Saring sebelum Sharing dari Penerbit Bentang Pustaka di Toko Buku Toga Mas, Jalan Affandi, Sleman. Buku ini saya terima setelah pada pagi harinya terlebih dulu saya mengikuti diskusi dan wawancara dengan sang penulisnya, Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Dalam perbincangan dengan pria yang akrab disapa Gus Nadir siang itu, lahirnya buku Saring sebelum Sharing berasal dari keresahannya akan isu-isu agama yang membuat gaduh Indonesia dalam dua dekade terakhir.

Menurut pria yang menyandang dua gelar S-3 untuk ilmu syariah dan ilmu hukum ini, ada krisis yang tengah terjadi pada masyarakat muslim Indonesia saat ini. Dia menyebut adanya kecenderungan orang muslim yang memilih jalan instan dalam beragama, membabi buta dalam memaknai pesan agama, gemar menuduh dan menyalahkan sesama, mudahnya memproduksi dan mendistribusi hoaks di media massa, dan sikap eksklusif kepada sesama muslim maupun nonmuslim.

Buku Saring sebelum Sharing dijadikan sebagai media untuk mengonter wacana terhadap kecenderungan belajar agama secara instan. Sang profesor pengajar ilmu hukum di Universitas Monash, Australia, ini ingin menyampaikan sekaligus mengajak umat muslim untuk senantiasa berhati-hati dalam beragama dan bermuamalah kepada sesama.

Membaca kata pengantar dalam buku itu, tersirat kritik Gus Nadir terhadap perilaku sehari-hari kita dalam memanfaatkan teknologi informasi, terutama media sosial. “Saring sebelum Sharing. Kecepatan jempol kita mengklik tombol share membuat kita khilaf, tidak melakukan verifikasi atau bertanya dulu kepada yang lebih paham. Tabayun di medsos menjadi terlupakan sehingga berita hoaks menyebar dengan cepat,” tulis Gus Nadir dalam bagian kata pengantarnya.

Membaca kata pengantar tersebut, saya lalu teringat sosok futuro­log asal Amerika Serikat, Alvin Eugene Toffler. Ia telah memprediksi perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat pada sekitar 1980 lewat buku Gelombang Ketiga (Third Wave). Pada gelombang ketiga ini, persebaran informasi jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan dengan dua gelombang sebelumnya, yaitu pertanian dan industri.

Setelah sekitar 40 tahun buku Gelombang Ketiga terbit dan kematian sang futurolog pada Juni 2016, hingga kini dunia masih terus berevolusi dalam dunia teknologi informasi. Teknologi informasi masih terus berkembang hingga sekarang dan memengaruhi semua sendi kehidupan, dari rumah tangga hingga urusan ke­agamaan. Sekat-sekat ruang dan waktu telah direduksi.

Namun, di tengah kamajuan teknologi informasi yang sedang terjadi, tetap saja ada peran manusia di dalamnya. Tidak semua teks, gambar, data, dan video yang ditampilkan benar, tidak semua yang ditampilkan bertujuan baik. Bahkan, teks-teks dan dakwah keagamaan yang seharusnya bertujuan untuk kebaikan digunakan untuk kebencian.


Jelas dan ringkas

Buku Saring sebelum Sharing ditulis Gus Nadir dengan jelas dan ringkas. Ada delapan bagian, yang tiap-tiap bagian berisi 7-9 tulisan ringkas. Kedelapan bagian tersebut, yaitu Nabi Muhammad SAW dalam Kitab Hadis, Relasi Nabi Muhammad SAW dan Sahabat, Saat Nabi Muhammad SAW Mengambil Keputusan, Nabi Muhammad SAW dan Problematika Umat, Hadis Nabi Muhammad SAW dan Masalah Ibadah, Nabi Muhammad SAW dan Nonmuslim, Cinta Nabi Muhammad SAW, dan Nabi Muhammad SAW dan Dakwah.

Membaca buku ini, mengingatkan saya dengan buku-buku karya Prof M Quraish Shihab. Walau ditulis dalam artikel-artikel ringkas, buku ini memberi penjelasan yang jelas karena pembahasannya runut dengan disertai bukti-bukti yang kuat. Bahasanya pun mudah dipahami.

Gus Nadir menyebut, artikel dalam buku tersebut singkat, tidak bertele-tele, dan menyodorkan penjelasan para ulama dari literatur keislaman yang otoritatif. “Kesederhanaan pembahasan seharusnya memang tidak menurunkan kualitas kajian kita,” tulis Gus Nadir dalam bukunya.

Kerunutan pembahasan dalam buku ini terlihat dalam bab pertama artikel pertama dengan judul Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW? Artikel ini membahas sembilan kitab hadis utama atau primer (al-kutub al-tis’ah), cara memahaminya, menunjukkan adanya perbedaan hadis-hadis tersebut beserta penjelasannya, dan cara menyikapi atas perbedaan ter­sebut.

“Sebelum kita terburu-buru mengecam dan membid'ahkan saudara kita, maukah kita barang sejenak menahan diri sambil mempelajari argumen kawan-kawan kita yang berbeda pandangan? Kalaupun setelah kita menelaah argumentasi mereka dan kita tetap tidak sepakat sehingga menganggap argumen kita lebih kuat, masihkah kita tega menganggap mereka berbuat bidah padahal mereka melakukan itu berdasarkan pemahaman mereka akan riwayat (yang kebetulan tidak kita terima) dari Nabi sebagai ekspresi kecintaan mereka terhadap Nabi?” (halaman 12).

Gus Nadir tidak hanya membahas hal-hal yang mengawang-awang, tetapi dia juga hal-hal berkembang saat ini, dari yang membatalkan wudu, bacaan dan gerakan dalam salat, sikap Nabi Muhammad kalau agama Allah dihina, memahami bid'ah, bendera khilafah, tabayun pada era media sosial, hingga memahami tasyabbuh.

Putra bungsu dari almarhum Prof KH Ibrahim Hosen, seorang ulama besar ahli fikih dan fatwa yang juga pendiri dan Rektor Pertama Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) dan Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) ini menyebut, Saring sebelum Sharing menjadi jalannya berkhidmat untuk ilmu dan umat. Tidak ada kesan menghakimi yang mana yang benar dan yang mana yang salah dalam hal-hal yang dibahas. Gus Nadir menghadirkan penjelasan secara jernih sehingga pembaca diharapkan bisa mengambil intisari sendiri dari tulisan-tulsan yang disajikan.

Buku Saring sebelum Sharing mendapat berbagai tanggapan positif. KH Cholil Nafis PhD, Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, menulis visualisasi Alquran tecermin dari kehidupan Rasulullah SAW. Perbuatan, ucapan, dan restu Nabi SAW menjadi teladan bagi umat muslim yang hendak menggapai sukses, yaitu mengamalkan apa yang diucapkan, tegas saat mengambil kebijakan, ramah dalam bergaul, bersahaja dalam kesehari­an, dan santun saat memberi tuntunan dan bimbingan. Inilah yang dikisahkan dalam buku ini.

Prof Dr H Jimly Asshiddiqie, Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) mengaku sungguh menikmati buku karya Nadirsyah Hosen. “Ia bertutur dengan sangat fasih tentang Nabi Muhammad SAW, teladan agung bagi kita semua. Isinya sangat padat laksana buku teks, tapi sangat ringan dibaca seperti novel.

Ridho Hafiedz, gitaris Slank menulis, sosok Nabi Muhammad yang meneduhkan dan membuat kita selalu merasa nyaman tergambar jelas dalam buku Gus Nadir, sahabat saya ini.

Dari berbagai segi buku ini memang memiliki banyak kelebihan, terutama data-data pendukung yang disajikan, baik ayat-ayat dalam Alquran, hadis-hadis, hingga pandangan-pandangan para ulama. Akan lebih lengkap kiranya jika penulis dan penerbit juga memasukkan data pustaka dan indeks agar pembaca lebih mudah dalam melacak data-data yang disajikan dalam buku ini. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya