Solusi Berbentuk Koridor

MI/Big/M-1
05/4/2015 00:00
Solusi Berbentuk Koridor
(Sumber WWF Indonesia)
LINGKARAN-LINGKARAN merah tergambar di atas peta Provinsi Riau. Lingkaran itu merupakan daerah kantong gajah sumatra (Elephas maximus sumatrensis). Namun, banyak dari kantong itu yang berada di atas wilayah yang diwarnai putih. Artinya itu bukan merupakan wilayah hutan. Kantong berjumlah 17 itu pun terpisah-pisah dalam jarak cukup luas. "Ya itulah karena hutan terus hilang jadi kantong gajah terpisah-pisah. Yang tadinya menyatu, kini daerah jelajah mereka (gajah) jadi sempit dan terpisah-pisah," tutur Koordinator Konservasi Gajah dan Harimau WWF Indonesia Sunarto di Pekan Baru, Riau, Senin (23/3). Kritisnya tutupan hutan alam bahkan juga terjadi di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN). Pada 2009, sebagaimana tertuang dalam SK Menhut No 663/Menhut-II/2009, TNTN diperluas dari 38.576 ha menjadi 83 ribu ha.

Perluasan itu dilakukan untuk peningkatan konservasi keanekaragaman hayati dan termasuk alternatif pemecahan masalah konflik manusia dan satwa liar. Meski begitu, berdasarkan pendataan dengan sistem informasi geografis (GIS) yang dilakukan WWF, tutupan hutan di taman nasional itu hanya 23.223 ha. Sunarto pun mengibaratkan taman nasional itu seperti terkena penyakit kanker stadium 3. Tutupan hutan yang sempit jelas tidak cukup bagi gajah yang memiliki sangat luas. Pemantauan WWF pernah menemukan kawanan gajah yang menjelajah dari Tesso Nilo ke Pekan baru. Jarak kedua tempat tersebut sekitar 180 km. Namun, berapa luas jelajah gajah selama hidup belum diketahui. Sunarti sendiri memperkirakan jelajah itu sangat luas karena gajah bisa baru kembali ke wilayah yang sama bertahun-tahun kemudian.

Menjelajah dengan trek yang itu-itu saja merupakan sifat alamiah gajah. Sembari berjalan, mereka ikut menyebarkan benih tanaman. Sebab itu pula gajah disebut sebagai perawat alam. Agar gajah tetap dapat menjelajah di treknya, Kepala Bidang Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau Supartono menilai perlu dilakukan rekayasa lahan. Pada daerah perkebunan atau permukiman yang merupakan daerah jelajah gajah, koridor jelalah itu harus dipertahankan. "Agar gajah tetap pada koridornya, di trek itu harus ditanami tumbuhan makanan gajah," ujarnya. Cara itu pula yang didorong WWF melalui konsep best management practice di perusahaan perkebunan. Sayang belum terlihat wujud nyata di lapangan.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya