Tukang Kemas Naik Gaji

22/3/2015 00:00
Tukang Kemas Naik Gaji
(MI/RAMDANI)
SIAPA sangka seorang buruh pabrik bisa menghasilkan naskah cerita yang dinikmati jutaan pemirsa. Nyatanya tidak semua pekerja kasar tidak bisa menggunakan imajinasi mereka, bahkan berhasil merang­kumnya dalam sebuah kisah cerita fantasi.

Unasih, 24, seorang buruh pabrik kemasan di kawasan Jababeka, Cikarang, lah yang kini beralih menjadi penulis skenario sinetron stripping. Akhir tahun lalu merupakan masa kedua kalinya Una, begitu ia akrab disapa, kembali bekerja menjadi buruh pabrik setelah hampir dua tahun menganggur.

Selang tiga minggu bekerja, lulusan SMA 3 Karawang itu mendapat tawaran untuk menjadi tim penulis di tempat Yanti Puspitasari. Enam bulan sebelumnya, ia memang sempat mengajukan diri untuk terlibat, tapi Yanti belum meresponsnya.

Komunitas penulis skenario dan sutradara Indonesia di Facebook menjadi gerbang awal perkenalan Una dengan Bunda, Yanti. Ia yang pernah kursus film di Karnos Film (2011-2012) kemudian aktif mengikuti forum lingkar pena. "Awal November tahun lalu Bunda (panggilan Yanti) kirim pesan di Facebook menawarkan pekerjaan ini, langsung saya setuju," kenangnya.

Tawaran itu merupakan kesempatan yang langka. Ia akhirnya putuskan untuk meninggalkan pekerjaan sebagai buruh pabrik. "Aku putusin tinggal di tempat kerja Bunda untuk belajar dan cari pengalaman. Alhamdulillah kerasan tinggal dan kerja di sini," ungkap anak sulung pasangan Kikim dan Idah itu.

Awalnya ia kesulitan menyesuaikan ritme kerja Yanti karena berpacu dengan waktu. Selain itu, ia harus bisa merancang dialog yang bagus dengan merisetnya terlebih dahulu, karena ada unsur dakwah di sinetron perdananya yang digarap, Jilbab In Love. "Pertamanya nyoba satu-dua adegan, terus bertambah sampai akhirnya bisa menulis satu episode," tuturnya.

Seminggu menulis Jibab In Love, Una lantas diberikan tanggung jawab baru untuk genre sinetron yang berbeda, 7 Manusia Harimau. Ia mengaku sempat menangis waktu mengerjakan sinetron fantasi le­genda tersebut karena merasa bukan di zona nyamannya untuk menulis. Akhirnya pekerjaan tetap harus dilakukan karena ia menganggap sebagai tantangan baru untuk menulis, "Waktu awal bergabung niatnya memang belajar dan cari pengalaman," akunya.

Memaklumi dan mendukung
Rasa lelah sudah pasti menghinggapi Una dan teman-teman, tapi itu risiko yang harus mereka hadapi. Bahkan untuk bertemu keluarga, Una hanya sempat selama sekali sebulan. Itu pun ia harus tetap menulis di rumah karena sinetron tayang setiap hari.

Ia menyadari konsekuensi kehilangan kehidupan sebagai orang normal. Bahkan awalnya keluarga sempat menanyakan waktu istirahatnya. Namun, pada akhirnya orangtua Una memaklumi dan mendukung pekerjaannya karena hasil yang didapatkan Una bisa untuk membantu keluarga.

Pendapatan materinya memang berbeda jauh lebih baik daripada upah sebagai pekerja buruh. "Tidak menyangka pertama dapat honor kerja dalam dua minggu Rp4 juta. Bersyukur banget dapat ilmu dan dibayar juga," ungkapnya.

Di tempat itu, Una belajar mengo­lah ide cerita dan adegan. Hati kecilnya ingin sekali kelak dapat membuat sebuah karya film layar lebar, "Jadi kalau ingin bikin film layar lebar sudah tahu bagaimana membuat cerita yang menarik," ungkap Una yang berencana membuat film kolosal, anak-anak, dan sejarah.

Selama tinggal di tempat kerja Yanti, Una banyak mendapatkan momen menyenangkan.  Saat buntu dengan ide cerita, Una dan teman-teman selalu meminta pencerahan kepada Yanti dan setelahnya berdiskusi. Atmosfer kerja seperti itu rasa­nya yang membuatnya kerasan.

Bukan tidak mungkin menjadi seorang penulis dapat mengubah jalan dan kebiasaan hidupnya. Pilihan menjadi bahagia dengan caranya ialah urusan personal masing-masing.

Bagi penulis bertalenta dan bernasib seperti Una, gaji yang nilainya lumayan dapat memberikan penghidupan untuk keluarganya di kampung merupakan sebuah kebahagiaan yang hakiki.

Selama menggarap naskah si­netron, ia memiliki kebanggaan tersendiri karena naskahnya dibaca artis dan ditonton banyak orang. "Bunda selalu memberikan semangat, meskipun tayangan sinetron setiap hari, yang penting tunjukkan kualitas dialognya," pungkasnya. (Fik/M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya