Mahasiswa Unpad, Delegasi Zimbabwe

Prita Kusuma, Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
08/3/2015 00:00
Mahasiswa Unpad, Delegasi Zimbabwe
(Dok. Unpad)
Mewakili Zimbabwe, dan masuk ke Komite World Health Organization (WHO) Ryan Rachmad Nugaraha, mahasiswa jurusan Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), mesti mendalami diabetes serta pengaruhnya dalam isu kesehatan nasional dan global.

"Saya mengajukan solusi, usulan peningkatan akses negara tertinggal dalam mencari penyelesaian masalah diabetes, serta peranan penelitian di negara maju. Usulan saya mendapat tanggapan, baik dari peserta forum maupun pemimpin debat, resolusi saya dianggap mencakup semua aspek," kata Ryan pada Muda tentang aktivitasnya di Konferensi London Internationsal Model United Nations (LIMUN), 27 Februari hingga 1 Maret 2015, di Imperial College, London, Inggris.

LIMUN merupakan salah satu kompetisi model united nations (MUN) atau simulasi sidang PBB ternama di dunia. Pada LIMUN, selain bersimulasi menjadi diplomat dari negara Afrika itu, Ryan juga berperan sebagai head delegate atau Kepala Delegasi bagi para mahasiswa di kampusnya.

"Seneng banget karena lewat konferensi ini, aku jadi dapat banyak sekali teman dari berbagai negara. Konferensi ini pun mengajarkan aku mengasah percaya diri, dalam konteks persaingan global. Bikin aku jadi orang yang berpegang pada bukti, karena apa pun yang kita diskusikan dalam debat, harus memaparkan bukti dan data," ujar Ryan.

Ryan dan timnya melakukan persiapan selama empat bulan, sejak September 2014, dengan rentetan agenda. Mereka mengadakan diskusi, wawancara, hingga simulasi konferensi menurut standar MUN.

"Untuk jadi delegasi, kami harus mengikuti serangkaian seleksi. Setelah lolos, baru kami akan di-review faculty advisors (FA) yang berperan sebagai supervisor dan pembimbing, dan kemudian dipertimbangkan untuk menjadi delegasi," jelas Ryan.

Cari sponsor
Pada LIMUN 2015, juga hadir 'diplomat' muda dari Universitas Diponegoro, dipimpin ketua delegasinya, Estu Sarwo Mukti, mahasiswi jurusan hubungan internasional.

"Sebelum berangkat ke London, kami mencari sponsor, pengurusan proposal dan perizinan ke berbagai pihak terkait, melakukan perencanaan perjalanan, mulai membeli tiket, akomodasi hostel dan potensi transportasi selama di London. Semua kami urus langsung," kata Estu.

Jika Ryan masuk ke komite kesehatan, Estu tergabung dalam Disarmament and Internationsal Security (DISEC), yang membahas isu Convention in Certain Conventional Weapon atau konvensi senjata konvensional tertentu.

"Saya ajukan solusi, semua negara berhak memberi keputusan apakah akan memberikan ratifikasi perjanjian atau tidak berdasarkan kedaulatan negara masing-masing. Forum setuju, mereka memang pada dasarnya nggak mau memaksa negara-negara itu, akhirnya kami tetap buat resolusi yang mendorong tapi tidak memaksa ratifikasi," ujar Estu.

Meski tak semua pengalaman di LIMUN menyenangkan, lanjut Estu, ini adalah pengalaman mengesankan. "Biaya secara garis besar, memang harus ditanggung sendiri. Makanya kami cari sponsor. Ada pengalaman soal fasilitas tak sesuai biaya, minimnya pemandu, hingga sertifikat yang harus dicetak sendiri. Tapi, tetap saja pengorbanan itu sepadan dengan pengalamannya," kata Estu.

Mengasah aneka keterampilan
MUN, yang menjadi salah satu wahana mengasah aneka keterampilan, berargumentasi, berkompromi, berbicara di depan umum dan tentunya bahasa Inggris, digelar di berbagai negara. Namanya, biasanya sesuai tempat diselenggarakan, seperti The European Internationsal MUN (TEIMUN), London International MUN (LIMUN) serta Oxford Internationsal MUN (OXIMUN). Namun, ada juga MUN yang setiap tahun lokasinya berpindah, seperti Global MUN (GMUN) dan World MUN (WMUN).

Di Indonesia, kompetisi serupa juga digelar di Universitas Indonesia serta sekolah HighScope Indonesia, namanya HighScope MUN (HSMUN). Peserta yang disasar pada kompetisi ini, mahasiswa serta siswa SMA.

Golkan resolusi
Kisah tentang MUN, juga MI Muda dapat dari Vinno Zahran, Kepala Delegasi Unpad untuk Harvard National MUN (HNMUN), digelar 12-15 Februari 2015, di Boston Marriott Copley Place, Amerika Serikat. "HNMUN ini salah satu MUN yang sangat prestisius walaupun semua MUN pastinya bagus," jelas Vinno saat dijumpai di Bintaro, Tangerang, Banten, Selasa (3/3).

Vinno mewakili negara Cyprus, dalam komite DISEC, membahas topik Reaksi Internasional untuk Krisis Etnik. "Sempat terjadi deadlock akibat begitu banyaknya negara bergabung, solusi akhirnya selesai lewat tiga langkah yang ditekankan pada pencegahan, perlindungan, dan solusi pasca konflik. Saya mengusulkan Peace Building Negotiator, berhasil masuk dalam salah satu konsep resolusi," kata Vinno.

Senada dengan Estu, Vinno mesti mengupayakan ongkos perjalanannya sendiri. "Sempat mencari sponsor untuk pribadi maupun tim, berhasil membantu biaya sekitar Rp15 juta rupiah dari total Rp40 juta rupiah yang harus dibayar oleh setiap delegasi. Sebenarnya biaya secara total itu keluar dari dana pribadi, full sendiri. Sponsor kita sempat cari untuk kelompok dan pribadi, tapi agak susah karena merasa tidak ada keuntungan timbal balik," ujar Vinno.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya