Kolaborasi Teater dan Musik Kontemporer

Abdillah M Marzuqi/M-2
11/6/2017 04:01
Kolaborasi Teater dan Musik Kontemporer
(MI/ABDILLAH M MARZUQI)

PERTUNJUKAN ini memang lain dari biasanya. Sepintas pertunjukan itu mirip seni peran, tetapi di sisi lain, pertunjukan itu mirip dengan konser musik. Bukan keduanya, sebab itu ialah teater musik. Pementasan itu memang berada di luar koridor teater musikal yang biasanya, entah itu opera, operette, musikal, singspiels, ataupun dramma per musica.

Bentuk garapan karya ini cenderung memanfaatkan ruang yang kerap disebut teater-musik (dari bahasa Jerman: muziktheatei). Ruang ini mengelompokkan olah kerja teater yang bertumpu pada musik secara lebih liat dan terbuka. Meng­olah bentuk pertunjukan teater yang bertumpu pada musik.

Pengolahan musik dan pertunjukan Menara Ingatan, selain berdasarkan sejarah dan lirik-lirik ­Gandrung, juga berpijak pada refleksi atas situasi Indonesia hari-hari ini serta sejarah personal komposer dan kolaborator karya.

Itulah pertunjukan Teater Garasi berjudul Menara Ingatan di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta pada 24 Mei 2017.

Menurut sutradara pertunjukan Yennu Ariendra, awalnya Menara Ingatan sebuah proyek musik kontemporer yang menggali sejarah-sejarah kelam Indonesia, sejarah yang membangkitkan trauma. Nama proyek ini muncul pada 2008.

Nama menara mengacu pada pe­ngumpulan dan pengolahan arsip-arsip sejarah tersebut. ­Menara Ingatan kemudian berkembang menjadi semacam platform yang meng­olah sejarah kelam yang ­kemudian menyejajar karya dengan asumsi asumsi alas pola kekerasan yang terjadi di masa sekarang.

Menara Ingatan adalah pertunjukan teater-musik (muziktheater) berdasarkan karya komposisi Yennu Arlendra. Produksi teranyar Teater Garasi/Garasi Performance Institute ini adalah pengolahan lanjutan dari pertunjukan yang dipentaskan pertama kali pada April 2016 lalu, di Yogyakarta.

Gandrung Banyuwangi

Karya ini berangkat dari sejarah dan ingatan atas Indonesia yang dilihat dari sudut pandang sejarah Gandrung Banyuwangi, suatu bentuk pertunjukan tradisi di timur Pulau Jawa.

Refleksi personal komposer dan kolaborator karya kemudian melihat bahwa Gandrung dan masyarakat Osing pendukungnya ialah perihal perlawanan yang keras kepala dalam menghadapi kekuasaan-kekuasaan yang ingin meringkusnya.

Komposisi musik dan pemanggungan Menara Ingatan meminjam struktur pertunjukan Gandrung Banyuwangi, yang terbagi dalam tiga babak, Jejer, Poju, dan Sebiang Subuh.

Proses penciptaan komposisi musik Menara Ingatan, dan proses pemanggungan serta visualisasinya bertumpu pada logika kerja, pendekatan, serta fungsi-fungsi teater. Karya ini bertolak dari pembacaan serta refleksi atau suatu isu atau tema tertentu, yang kemudian diterjemahkan dalam komposisi-komposisi musik yang menimbang keterwakilan naratif atas tema tersebut dan efek dramatik yang ingin diciptakan.

Proyek ini melibatkan berbagai seniman lintas disiplin dari ­khazanah musik tradisi, musik digital, teater, hingga seni rupa kontemporer. Yanu menciptakan komposisi musik Menara Ingatan berkolaborasi dengan Andi Meinl, Asa Rahmana, Nadya Hatta, dan Silir Pujiwati, sedangkan dalam perwujudannya di panggung Yennu Ariendra berkolaborasi dengan lebih banyak lagi seniman dari berbagai disiplin. (Abdillah M Marzuqi/M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya