Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
BEBERAPA waktu lalu, banyak beredar kabar tentang penculikan di berbagai daerah di Tanah Air. Wajah seseorang yang diduga pelaku sudah disebar di media sosial. Itu menjadikan masyarakat makin awas dan waspada. Ternyata sosok yang fotonya disebarluaskan itu bukanlah penculik sehingga nama baiknya sudah dicemarkan.
Celakanya lagi, ketakutan soal maraknya penculikan itu kadung menyebar. Ketika ada orang tak dikenal yang dianggap mencurigakan, mudah saja masyarakat memutuskan main hakim sendiri, mengeroyok tanpa membuktikan kebenarannya lebih dulu. Itulah harga yang mesti dibayar dari beredarnya hoax alias kabar palsu.
Tak hanya nama baik, kadang nyawa pun menjadi taruhannya. Tak hanya itu, di bidang kesehatan beredar informasi bila seseorang mengalami stroke, dia bisa diselamatkan dengan menusukkan jarum ke jari atau telinganya hingga mengeluarkan beberapa tetes darah.
Informasi palsu itu membuat pertolongan pertama tertunda dan membuang waktu yang berharga yang sebaiknya dipakai untuk melarikan korban ke rumah sakit.
Sepengetahuan Ketua Dewan Pers Yoseph Adi Prasetyo, hoax itu ditelan mentah-mentah sejumlah orang hingga menyebabkan kematian.
Berbicara dalam acara diskusi SMART UP bertema Jurus jitu menangkis hoax pada Sabtu (25/3) di Universitas Pertamina, Jakarta, Yoseph menilai berkembangnya hoax tidak terlepas dari bergesernya fungsi media sosial yang dulunya hanya untuk silaturahmi.
Meski internet dan media sosial mempercepat peredaran informasi palsu, pakar komunikasi Universitas Pertamina Fitria Andayani menegaskan hoax sudah ada dari zaman dulu.
Insaf Albert Tarigan dari Ikatan Jurnalis Online juga sependapat dengan Fitria. Meski istilah hoax baru marak dipakai belakangan, pola kebohongannya sebenarnya bukan barang baru.
"Manusia pada dasarnya kepo, ingin tahu apa yang terjadi," cetusnya soal mengapa hoax bisa demikian marak.
Ditambah lagi, kini informasi palsu terbukti bisa menjadi barang komoditas. Ketua Dewan Pers menyebutkan ada banyak media abal-abal yang mencari uang dengan memproduksi hoax.
Contohnya Posmetro.com yang sempat berubah menjadi Posmetro.net lalu Posmetro.info, situs itu ternyata dibuat seorang mahasiswa asal Padang yang mengambil informasi dari berbagai media massa, tapi memutarbalikkan faktanya.
Pelaku akhirnya ditangkap pihak yang berwajib. "Dari membuat berita hoax itu dia bisa dapat Rp30 juta-Rp60 juta per bulan," ungkap Yoseph menambahkan bahwa pelaku mengelola lima situs. Jadi, secara kasar, penghasilannya per bulan dikalikan lima.
Ironisnya, situs media abal-abal yang memproduksi hoax justru viral di media sosial. "Berita hoax lebih tinggi (pendapatan) like and share-nya ketimbang tulisan bantahan," keluh Albert.
Selanjutnya, hal itu menciptakan apa yang disebut Yoseph sebagai 'lingkaran setan', yakni ketika media resmi menangkap fenomena di media sosial itu dan memberitakannya tanpa verifikasi yang memadai. Kebanyakan wartawan media daring dituntut memberitakan secepat mungkin dan mengejar banyaknya klik.
Cari sumber pertama
Lantas dengan merebaknya hoax baik oleh individu, media abal-abal, maupun media arus utama. Adakah cara jitu untuk menangkis hoax?
Indria Purnama Hadi Sekjen Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia yang berbicara dalam kesempatan sama menekankan pentingnya masyarakat selalu berusaha mencari sumber pertamanya. "Kalau sumbernya meragukan atau tidak masuk akal, jangan disebarkan!" tegasnya.
Bahkan, ketika sumbernya bisa dipercaya dan informasinya benar, tidak semua harus disebarluaskan. "Kalau tidak bermanfaat dan berpotensi meresahkan, jangan sebarkan," sarannya.
Ada beberapa hal yang bisa diperhatikan agar tidak terpancing hoax, yakni cek judul dan isi berita, lihat alamat situsnya, cek fakta, cek foto di Google, lalu ikut komunitas anti-hoax.
Selain memeriksa situs media apakah masuk ke daftar perusahaan pers yang sudah diverifikasi, Ketua Dewan Pers menyatakan ada beberapa cara yang bisa dilakukan masyarakat untuk menghindari penyebaran hoax.
Dia menyarankan untuk ikut komunitas anti-hoax, memeriksa kebenaran informasi di Data.turnbackhoax.id, dan memantau temuan drone emprit yang rutin melacak siapa saja pembuat hoax di Tanah Air.
Nah, sudah siapkah turut memerangi hoax? Mari ita mulai dengan tak terburu-buru menyebar informasi dan menahan jari.(M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved