Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
DI akun Twitter miliknya, Alfi, 26, tadinya biasa berkicau untuk mencari tumpangan kendaraan setiap hendak pergi dan pulang kerja.
Pegawai swasta di Jakarta itu termasuk salah satu yang beberapa tahun silam merasa terbantu dengan adanya gerakan #nebengers yang diprakarsai Andreas Aditya Swasti bersama kawan-kawannya pada 2012.
Seperti Alfi, Fauzan Damha, 24, sejak awal 2014 hingga kini masih setiap menggunakan Nebengers.
Walaupun kini aplikasi tersedia, Fauzan belum menggunakannya.
"Sudah download, tapi belum pakai karena banyak rute yang tidak searah," ujarnya.
Namun, pegawai swasta itu senang dengan aplikasi itu karena data penebeng dan pemberi tebengan lebih detail jika dibandingkan dengan di Twitter.
Gerakan #nebengers sempat mendapat banyak popularitas.
Idenya ialah, dengan semakin banyak orang berbagi kendaraan, kemacetan di perkotaan akan berkurang.
Dari volume kendaraan yang setiap hari memenuhi jalanan, banyak yang hanya diisi seorang, jauh dari kapasitas maksimal kendaraan.
Gerakan mereka semakin unik karena mengajari orang untuk berbagi. Orang yang 'nebeng' lazimnya tidak harus membayar ongkos, tapi berbagi bensin atau sekadar camilan di perjalanan.
Nah, semenjak banyak moda transportasi daring terutama Gojek dan Grab yang banyak digandrungi, kabar nebengers pun redup.
Ternyata, gerakan yang berawal dari niat menanggulangi masalah perkotaan itu sudah bertransformasi.
Mereka tak lagi menggunakan Twitter sebagai platformnya, tapi aplikasi.
Tak hanya itu, mereka pun terdorong untuk berubah, tidak lagi berlandaskan sosial, tapi mulai sedikit komersial.
Hal itu diakui Andreas, Chief Information Officers Nebengers yang dijumpai Media Indonesia dalam acara Gerakan Nasional 1.000 Start-up Digital di Yogyakarta, Sabtu (13/8).
Meski pedih untuk diakui, ternyata para pengguna Nebengers yang dulu pun kebanyakan tidak berbagi visi idealis yang sama.
"Mereka ternyata tidak peduli dengan pengurangan kemacetan, hanya butuh alat transportasi yang nyaman dan bisa cepat sampai tujuan, dengan harga terjangkau," ujarnya.
Tak mengherankan jika aplikasi transportasi yang rajin menawarkan promo pun sangat digandrungi.
Mau tak mau, untuk tetap eksis, nebengers harus menyesuaikan.
Kini pemberi tumpangan bisa mencantumkan tarif atau tetap free.
Kini tak semuanya berbasis sukarela atau berbagi seikhlasnya.
"Ternyata orang kita cenderung sungkan kalau tidak ditetapkan harus berbagi berapa, patungan bensin seikhlasnya malah bikin canggung," ungkap Andreas.
Lantas apa bedanya aplikasi Nebengers dengan moda transportasi berbasis aplikasi yang lain?
Saat ini Nebengers mulai menjadi favorit sebagai pilihan transportasi antarkota, semisal dari Jakarta-Bandung dan sebaliknya.
Utamanya dipilih bagi yang kehabisan tiket travel, tiket kereta, atau pesawat.
Asalkan ada yang menginstal aplikasinya dan menawarkan tumpangan, aplikasi itu bisa digunakan di kota mana pun di Indonesia.
Dari Jakarta ke Bandung, rata-rata pemberi tumpangan memasok tarif Rp50 ribu.
Itu nyaris setengah ongkos naik mobil travel.
Terpantau
Seorang pemberi tumpangan dari Jakarta ke Bandung menjawab chat dengan calon nebengers,
"Maaf saya keluarnya Pasteur, kejauhan kalau lewat sana."
Dia memberikan sinyal kemungkinan tidak bisa kasih tumpangan.
Semua percakapan demikian kini bisa dipantau Andreas dan timnya yang menggawangi aplikasi Nebengers.
Berbeda dengan dulu ketika gerakan mereka berbasis Twitter.
Hal itu membuatnya tidak terpantau.
"Meski belum pernah terjadi insiden, tapi kami belajar cara untuk bisa mempertanggungjawabkan aktivitasnya, kalau lewat chat di aplikasi jadi terpantau," jelas Andreas.
Di sisi lain, pengguna aplikasi baik yang menumpang maupun diberi tumpangan juga harus memberikan data, termasuk foto dan data KTP. Semua itu merupakan langkah antisipatif.
Sejauh ini sudah 49.643 orang sudah menggunakan aplikasi yang baru tersedia sejak Maret 2016 itu.
Lewat fitur chat-nya, tak kurang dari 25 percakapan terjadi hingga awal Agustus dan pada akhirnya ada 2.500 tebengan yang benar-benar terlaksana.
"Kalau dulu pakai Twitter, kami tak kan pernah punya database begini," ungkap Andreas semangat.
Nah, Anda mau ke luar kota tapi kehabisan tiket kereta?
Tak ada salahnya jika Anda mencoba aplikasi Nebengers.
Aplikasinya sudah tersedia untuk Android maupun IOS. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved