Bantu Dunia Lebih Bahagia dengan Gim

Suryani Wandari Putri
11/8/2016 05:00
Bantu Dunia Lebih Bahagia dengan Gim
(MI/BARY FATHAHILAH)

PAPAN tulis berisi informasi karyawan serta beragam piala penghargaan mengisi ruang tunggu. Alas kaki yang dipakai pun harus dilepas, saat memasuki beberapa ruangan di kantor Agate Studio, Bandung.

Sebelum melakukan wawancara, Kamis (4/8), Media Indonesia sempat diajak berkeliling ke semua area.

Selain ruang rapat, ada pula ruangan yang dikhususkan untuk karyawan melepas penat bekerja lengkap dengan gim di kantor yang belum rampung semua itu.

"Baru dua bulanan pindah ke sini, jadi belum selesai semua," kata Arief Widhiyasa, CEO of Agate Studio, membuka percakapan.

Beda dengan kantornya yang dulu, suasana layaknya di rumah bahkan beberapa karyawan terlihat mengenakan kaus dan celana pendek saat bekerja.

Rasanya seperti tak ada aturan tertentu.

Di kantor berlantai tiga itu pula, para karyawan yang masih muda tersebut serius membuat gim (permainan) untuk digunakan para penggemar pada perangkat komputer (PC) atau perangkat mobile.

Bahkan beberapa gimnya telah mendunia, seperti Football Saga, gim sepak bola yang telah diunduh dan dimainkan di berbagai negara.

Saat ditanya perihal alasannya terjun ke dunia bisnis gim, jawabannya sangat simpel, yakni karena ia suka sekali main gim.

Arief, begitu sapaan akrabnya, mengatakan saat kecil ia bisa memainkan gim hingga 20 jam setiap hari.

"Dari kecil saya keranjingan gim. Pulang sekolah langsung main. Saya hardcore banget, bisa sampai 20 jam main gim sehari," kata Arief.

Sosok yang lahir pada 4 april 1987 itu memang sudah sangat akrab bahkan tumbuh bersama gim.

Ia akan sangat menantikan gim pemberian orangtuanya saat rangkingnya tinggi.

Itu dibuktikan ketika masih SD, ia tak pernah lepas dari rangking 1, 2, ataupun 3.

"Ketika SMP dan SMA, persaingan untuk dapat rangking semakin susah. Makanya saya selalu ikutan Olimpiade matematika atau fisika agar dapat gim dari orangtua," sambungnya.

Di bangku perkuliahan, kegilaannya terhadap gim makin menjadi.

Apalagi ia bertemu dengan 17 teman dengan hobi yang sama.

"Kita sama-sama suka gim dan punya keahlian di bidang ini. Jadi kita mutusin untuk buat developer gim sendiri. Kita ingin hidup di sini dan kita percaya kita bisa," ungkap Arief yang sadar bahwa sebuah perusahaan tidak akan menerima ke-18 orang di saat bersamaan.

Tak disangka, untuk fokus di kegiatan barunya itu, ia rela dropout dari Institut Teknologi Bandung. Padahal, sidangnya sudah di depan mata.

Mendunia berkat gim

Istimewanya, pada awal memasarkan gim, Agate Studio justru punya strategi lebih dulu merambah pasar internasional.

Hingga sampai tujuh tahun berkarya, ratusan gim telah keluar dan favorit banyak orang di berbagai negara.

Beberapa di antaranya Football Saga, Upin Ipin demi Metromillenium, dan Djarum Super Smash.

Agate Studio bukan tipe yang mengejar gim dengan tren seperti Pokemon Go yang memakai virtual reality.

Saat ini mereka hanya bermain inovasi di bidang produksi.

"Teknologi itu bisa saja terjadi, tapi kita masih belum ke level itu. Kita hanya terus berinovasi dalam hal produksi, menciptakan gim yang kreatif," kata Arief.

Hal itu terlihat dari gim teranyar mereka yang dirilis beberapa bulan belakangan bernama Next Door Land yang bekerja sama dengan Kedutaan Australia.

Agate dipercaya membuat gim edukasi kreatif untuk mengenalkan Indonesia dengan Australia dari sisi budaya seperti permainan, makanan, tempat, dan adat.

Tak mengherankan jika prestasi yang didulang pun kian banyak.

Arief menjadi deretan 30 entrepreneur berpengaruh di Asia di bawah usia 30 tahun dalam majalah Forbes pada 2016, Best High Impact Entrepreneurship by Endeavor International pada 2014, hingga CEO of The Year Award by Daily Social pada 2011.

Arief yakin dengan gim ia akan membuat semua orang lebih bahagia.

Ya, ia tahu persis seseorang akan lebih senang main gim daripada terjun langsung untuk melakukan hal tersebut.

Sebagai contoh, Indonesia merupakan negara agraris, tapi sebagian orang malah akan memilih pergi ke kota untuk bekerja.

Meski bukan petani, mereka masih senang untuk bermain gim bertema pertanian.

Tentu hal itu pun jadi acuannya.

"Dengan gim kita ingin membantu dunia lebih bahagia," pungkasnya. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya