Lelaki Belanda dan Perempuan Latvia Tertinggi di Dunia

MI
30/7/2016 10:59
Lelaki Belanda dan Perempuan Latvia Tertinggi di Dunia
(MI/Duta)

PADA 1914-an, laki-laki dan perempuan dari Swedia tercatat sebagai manusia tertinggi di muka bumi. Namun, 100 tahun kemudian, tepatnya pada 2014, laki-laki asal Belanda dan perempuan asal Latvia memiliki rerata tinggi yang ­menempatkan mereka sebagai manusia tertinggi saat ini.

Tim peneliti dari Imperial College London melacak rerata tinggi untuk laki-laki dan perempuan berusia muda di sebagian besar negara di dunia antara 1914 dan 2014. Laki-laki Belanda yang pada awalnya memiliki rerata tinggi 182 cm telah lebih tinggi 10 mm daripada laki-laki Swedia saat ini. Perempuan Latvia yang dulunya memiliki rerata tinggi 122 cm juga telah lebih tinggi ketimbang perempuan Swedia saat ini.

Penelitian yang dipublikasikan pada jurnal eLife itu juga menemukan pria Timor Leste merupakan yang termungil di dunia dengan rerata tinggi 13,2cm. Sementara itu, perempuan asal Guatemala merupakan yang termungil dengan rerata tinggi 10,4 cm.

Dari sisi pertumbuhan, pria Iran dan perempuan Korea Selatan mengalami peningkatan rerata tinggi terbesar selama 100 tahun ini. Rerata tinggi laki-laki Iran meningkat 16,5 cm dari awal pencatatan hingga saat ini. Perempuan Korea Selatan malah lebih pesat dengan peningkatan rerata tinggi 20,2 cm hingga saat ini. Di negara lain, seperti AS, laki-laki dan perempuan hanya mengalami peningkatan masing-masing sebesar 6 cm dan 5 cm, sedangkan pria dan wanita Tiongkok mengalami peningkatan masing-masing 11 cm dan 10 cm.

Selisih rerata antara negara ter­tinggi dan negara terpendek pada 2014 ialah 23 cm (9 inci) untuk pria dan 20 cm (kurang dari 8 inci) untuk perempuan. Sementara itu, selisih rerata tinggi pria dan perempuan ialah sebesar 12 cm, naik 1 senti jika dibandingkan dengan 1 abad yang lalu. Peneliti menyatakan beberapa negara sudah berhenti mengalami pertumbuhan dalam 30 sampai 40 tahun terakhir. Bahkan, beberapa negara di Afrika mengalami penurunan dalam pertumbuhan rerata tinggi manusia tersebut.

Perbedaan tinggi di tiap-tiap negara sangat dipengaruhi nutrisi dan lingkungan serta faktor genetik sang individu yang juga mungkin berpengaruh. Nutrisi dan lingkungan berpengaruh positif terhadap tinggi individu. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai adanya perbedaan antara manusia terpendek dan tertinggi yang ditemukan pada negara-negara tersebut.

Beberapa penelitian juga menunjukkan orang yang lebih tinggi cenderung hidup lebih lama. Namun, beberapa penelitian juga mengemukakan risiko dari hal tersebut, seperti risiko terkena kanker ovarium dan prostat yang lebih besar.

Penelitian tersebut melibatkan 800 ilmuwan dan bekerja sama dengan WHO, dengan menggunakan data dari berbagai sumber. (Dailymail.co.uk/Hnf/L-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya