Saat LTE untuk Keamanan

Thalatie K Yani
30/7/2016 05:00
Saat LTE untuk Keamanan
(Sumber: Nokia, Grafis--MI/Novin)

SELAMA ini penggunaan 4G long term evolution (LTE) baru sebatas musik, video, gim, atau internet on things (IoT).

Namun, penggunaan 4G LTE bisa lebih dari itu.

Kini itu bisa merambah ke keamanan, seperti yang dimiliki Nokia Public Safety LTE (PS LTE).

LTE di Indonesia bisa dimanfaatkan untuk fasilitas publik yang bersifar krusial, seperti ancaman bencana gempa bumi, tsunami, dan penyelamatan oleh pemadam kebakaran, kepolisian, dan Basarnas.

"Pemanfaatkan LTE untuk public safety salah satunya dapat digunakan untuk fasilitas publik yang bersifat krusial, seperti pemadam kebakaran dan penyelamatan bencana oleh Basarnas," ungkap Head of MBB Nokia Indonesia Leo Darmawan, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (27/7).

Semua itu sangat memungkinkan, apalagi saat ini penggunaan 4G LTE di Indonesia masih terbagi 50:50 antara private network dan commercial network.

Tidak hanya itu, sejumlah negara pun sudah menerapkannya, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Korea.

Di 'Negeri Ginseng', kata Head of Marketing Nokia Korea Steve Park sudah memasuki tahap uji coba tahun kedua sejak diimplementasikan pada 2015.

Tidak tanggung-tanggung, dana sebesar 1,3 miliar euro atau sekitar Rp19,5 triliun.

Tahap pertama itu pun dikerjakan Korea Telecom (KT) dan SK Telecom (SKT) bekerja sama dengan Nokia.

"Pemerintah sendiri telah menginvestasikan 1,3 miliar euro untuk PS LTE. Implementasi pertama kalinya dilakukan di Provinsi Gangwon yang akan menjadi tuan rumah olimpiade," ungkap Steve.

Meski sudah berjalan, Steve mengaku masih menemukan beberapa kendala.

Namun, itu masih bisa dijalankan selama tidak terus-menerus.

Bila terjadi menerus, perlu investasi tambahan untuk melakukan peningkatan.

Di samping itu, perlu perubahan cara berpikir dan dukungan politik.

"Komunikasi antara polisi, pemadam, dan TNI perlu peningkatan karena mereka sering terpisah. Selain itu, perlu dukungan politik," ujarnya.

Bagaimana di Indonesia?

Leo sangat berharap Indonesia pun bisa menerapkannya.

Apalagi infrastruktur dinilai cukup mendukung implementasi PS LTE.

Namun, itu tidak bisa langsung dijalankan karena masih terbentur pada regulasi.

"Secara infrastruktur Indonesia sudah siap. Yang paling krusial saat ini hanya masalah regulasi. Kami juga akan pertimbangkan frekuensi mana yang akan dipakai di Indonesia nantinya. Kalau di Korea memakai 700 MHz," pungkas Leo.


Kota pintar

Di Korea, penggunaan PS LTE diterapkan untuk lima aplikasi. Yakni smart parking, traffic/toll management, water management metering, push to talk, dan brought to life.

Melalui aplikasi push to talk, bila terjadi kondisi darurat, seperti responden pertama biasa melaporkan kondisi menggunakan audio maupun video untuk berkomunikasi dengan pusat komando sehingga pusat komando bisa melakukan tindakan dengan mengirimkan tim ke lokasi darurat dengan informasi yang lebih rinci.

Ke depannya, bila kecepatan LTE semakin meningkat, pusat komando bisa mengirimkan drone yang dilengkapi kamera untuk memindai lokasi sehingga bisa dipantau secara langsung oleh pusat komando.

Untuk smart parking, pusat komando bisa memonitor jumlah mobil yang terparkir dan berapa banyak lagi yang bisa ditampung tempat itu tanpa harus ke lokasi.

Aplikasi traffic/toll management digunakan untuk memantau jumlah mobil yang masuk ke jalur bebas hambatan sehingga tidak terjadi penumpukan mobil yang menyebabkan kemacetan.

Ada juga water management metering.

Pemerintah Korea Selatan bisa mengendalikan gangguan air tanpa harus meninjau langsung ke lapangan.

Terakhir ialah brought to life berupa kerja sama Nokia dengan lembaga pelayanan publik seperti transportasi.

Kita bisa melacak seberapa jauh kendaraan itu berjalan, jalur yang dipilih, dan berapa banyak bahan bakar yang dihabiskan.

Bila semua aplikasi itu terkoneksi, rencana kota pintar bukan masalah lagi. (*/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya