Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
DEMAM gim augmented reality (AR) memang tidak terbendung lagi.
Setelah ramai dengan gim Pokemon Go, kini anda ditantang untuk mencoba gim dengan konsep first person shooting di Father.io.
Gim yang saat ini masih tersedia dalam format beta itu mengajak Anda untuk memilih satu dari dua fraksi yang tersedia, Envolved atau Human.
Setelah memilih, Anda akan bertempur dengan fraksi yang berbeda dan memperebutkan wilayah-wilayah di dunia nyata seperti rumah sakit, sekolah, dan pertokoan.
Selain menunjukkan keunggulan fraksi yang Anda pilih, tempat-tempat tersebut dapat menguntungkan fraksi Anda seperti rumah sakit akan mempercepat pemulihan bar nyawa dan sekolah/universitas untuk melakukan pembaruan.
Kamera akan aktif otomatis saat mulai berperang, dan jangan lupa memasang Inceptor yang bisa terhubung dengan bluetooth. Jarak tembakan pun hanya 50 meter.
Anda pun bisa berkomunikasi dan mengatur strategi dengan teman satu fraksi.
Gim ini pun membutuhkan kemampuan fisik karena Anda harus betul-betul berjalan.
Selain menunjukkan kawan dan lawan, layar ponsel pintar juga akan menampilkan senjata, total peluru, serta health Anda saat berperang.
Selain itu, pada layar juga terdapat tiga buah tombol yang berfungsi untuk menembak, re-load, dan menggunakan scope untuk membidik lawan.
Saat ini inceptor dijual dengan berbagai pilihan paket dari yang termurah US$50 (sekitar Rp655.500) hingga US$300 (atau setara Rp3.933.000) yang dapat dibeli di www.indiegogo.com.
Di Indonesia, gim Pokemon memang sedang booming. Lydia Okva kini tidak melepas ponsel pintarnya sejak mengunduh aplikasi Pokemon Go pada 11 Juli 2016.
Kemacetan Jakarta pun tidak masalah lagi karena menjadi upaya menemukan monster yang diburunya.
"Pas aku lagi di jalan, kena macet, eh tahunya dapat pokemon baru, itu puas banget," katanya semangat kepada Media Indonesia (19/7).
Tak hanya berburu monster dalam perjalanan pulang-pergi kantor, akhir pekan Lydia pun kini sering dihabiskan dengan berburu pokemon.
"Aku sampai bela-belain main ke Monas sama Kota Tua," ungkap perempuan yang kini menginjak level 14 permainan tersebut.
Dia merasa gim tersebut secara tidak langsung mengajak kaum urban untuk berolahraga karena jadi lebih banyak berjalan.
Di sepanjang jalan menuju tempat kerja dari tempat tinggalnya, terdapat banyak Pokestop, yakni tempat mengambil Pokeball yang gunanya untuk menangkap dan menampung pokemon.
Perkembangan
Fenomena ini menunjukkan tren baru dalam dunia gim yang dulu selalu identik dengan orang-orang yang kuat berlama-lama duduk di depan komputer tanpa beranjak.
Kini permainan kian interaktif karena menggunakan teknologi augmented reality dengan basis lokasi.
Peter Shearer, Managing Director di Augmented Reality & Co, menjelaskan pada intinya AR itu membawa dunia virtual ke dunia nyata.
"Dunia kita yang nyata menjadi taman bermain untuk berinteraksi dengan tokoh-tokoh virtual," jelasnya (20/7).
AR dan gim yang menggunakan teknologi itu sebenarnya bukan barang baru.
Beberapa tahun lalu, ada iButterfly yang mengajak penggunanya menangkap kupu-kupu virtual di sekelilingnya untuk mendapatkan hadiah kupon.
Bahkan sebelum ada AR diterapkan di perangkat ponsel, ada pula gim AR yang dimainkan dengan laptop dan komputer berbekal webcam.
Wajar karena kurang praktis, gim demikian tidak popular, sekalipun sama-sama menggunakan teknologi AR.
Di sisi lain, ada satu aspek yang menurut Peter membuat popularitas Pokemon Go meroket, yakni basis penggemar pokemon memang sudah besar.
Dia sendiri mengaku senang karena popularitas Pokemon Go juga turut membuat masyarakat makin mengenal dan bisa menerima teknologi AR.
"Saya yakin ruang kesempatan untuk AR jadi makin besar karena developer mulai bisa melihat peluang besarnya," cetusnya.
Ke depan, Peter yakin gim AR akan makin riil dan interaktif dan mendorong penggunanya aktif bergerak.
Teknologinya pun sebenarnya sudah ada, contohnya berupa kacamata AR supaya pengguna tidak perlu terus-terusan mengangkat ponsel pintarnya.
Termasuk yang masih menjadi kendala mengapa kacamata AR masih disempurnakan ialah adanya kekhawatiran pelanggaran privasi.
Bayangkan bila seseorang menggunakan kacamata AR, lensanya akan selalu terhubung dengan kamera.
Hal itu lantas menghubungkan dunia nyata dengan dunia virtual.
Bahayanya ketika pengguna kacamata AR masuk ke ruang-ruang privat semisal kamar mandi.
Kacamata itu pun akan terus merekam.
Wah makin aktif sih, tapi repot juga ya kalau segala hal terekam dan datanya dikumpulkan dalam server! (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved