Oksigen Tertua di Alam Semesta Ditemukan

Gurit Ady Suryo
25/6/2016 05:30
Oksigen Tertua di Alam Semesta Ditemukan
(NAOJ)

KEBERADAAN oksigen pertama terdeteksi di galaksi yang terletak sangat jauh dari bumi, tepatnya 13,1 miliar tahun cahaya. Galaksi ini menunjukkan tanda-tanda oksigen tertua yang pernah ditemukan para ilmuwan. Dengan menggunakan teleskop radio ALMA di Cile, ilmuwan National Astronimical Observatory of Japan dan beberapa astronomer dari universitas-universitas di Jepang berhasil menemukan galaksi SXDF-NB1006-2 empat tahun lalu. Berdasarkan hasil penelitian lanjutan, tahun ini mereka menemukan jejak pertama oksigen di galaksi tersebut. Big Bang

Setelah adanya ledakan Big Bang, elemen paling ringan helium, litium, dan hidrogen hadir. Unsur yang lebih berat, seperti karbon dan oksigen, diperlukan untuk pembentukan kehidupan. Namun, unsur-unsur itu tidak terbentuk sampai bintang-bintang pertama berusia cukup untuk menghasilkannya dengan cara fusi. Penelitian baru terhadap galaksi SXDF-NB1006-2, yang diterbitkan dalam jurnal Science, membantu mendekatkan kita ke penentuan asal usul molekul yang memberi kehidupan ini. Setelah Big Bang, semuanya terasa panas. Namun, setelah beberapa ratus ribu tahun, kemudian menjadi dingin dan tenang.

Gas telah menahan partikel dengan muatan listrik menjadi hidrogen netral. Memasuki zaman kegelapan, alam semesta perlahan-lahan membawa gas hidrogen netral berkumpul ke dalam rumpun gravitasi. Ketika ditemukan pada 2012, SXDF-NB1006-2 ialah galaksi tertua dan paling jauh yang pernah diamati. Galaksi itu pertama kali ditemukan Subaru Telescope karena cahaya hidrogen terionisasi yang dilepaskan bintang-bintang muda. Bintang tadi mengeluarkan pancaran sinar ultraviolet (UV) yang kemudian digunakan untuk mengionisasi atom oksigen.

Pancaran sinar UV itu terdeteksi dengan mudah karena kurangnya debu galaksi yang menghalangi datangnya sinar UV. Galaksi tersebut terdeteksi tidak mengandung banyak oksigen, hanya sekitar 10% dari oksigen yang ditemukan di bawah matahari kita. Namun, kecilnya jumlah oksigen itu justru menjadi bukti bila oksigen tersebut sangat tua. "Jumlah kecil ini diperkirakan karena alam semesta masih muda dan memiliki sejarah singkat pembentukan bintang pada waktu itu," kata penulis studi Naoki Yoshida dari Universitas Tokyo. "Bahkan, simulasi kami memprediksi jumlahnya 10 kali lebih kecil daripada matahari. Akan tetapi, kami memiliki hal lain yang tak terduga. Jumlah yang sangat kecil dari debu."

Kandungan oksigen SXDF-NB1006-2 itu hanya bisa didukung keberadaan beberapa bintang yang belasan kali lebih besar daripada matahari. "SXDF-NB1006-2 akan menjadi prototipe dari sumber cahaya yang bertanggung jawab atas reionization kosmik," kata penulis studi Akio Inoue dari Osaka Sangyo University.

Tidak bisa dihirup
Oksigen pertama di alam semesta yang terdapat di galaksi SXDF-NB1006-2 tidak bisa dihirup manusia. Pasalnya oksigen itu tergolong kumpulan atom oksigen, bukannya molekul oksigen yang ada di Bumi, sehingga bisa dikatakan bila oksigen di galaksi SXDF-NB1006-2 lebih sederhana daripada oksigen di Bumi. Meski tidak bisa dihirup, oksigen galaksi SXDF-NB1006-2 membantu ilmuwan dalam menjawab di mana dan kapan oksigen pertama muncul di alam semesta. "Atom oksigen yang kami temukan ialah oksigen pertama yang terbentuk di alam semesta karena oksigen tidak ada saat Big Bang," lanjut Naoki. (Sciencemag.org/sci-news.com/L-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya