Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
MAHASISWA Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB), Malang, berhasil menciptakan purwarupa pohon elektrik atau electronic trees. Perangkat itu berbasis tenaga surya untuk menyerap polusi udara menggunakan bahan silica aerogel. Tim pembuat pohon elektrik itu tergabung dalam naungan Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) yang didanai Ditjen Dikti Kemenristek. Mereka ialah Muhammad Fatahillah (teknik elektro), Hasan (teknik elektro), Rosihan Arby Harahap (teknik elektro), Lutfiyatul Maftukhah (teknik industri), dan Hafiz Tandiyanto Putra (teknik kimia). "Penemuan pohon elektrik ini berawal dari keprihatinan kami terhadap polusi udara yang disebabkan kebakaran hutan di sejumlah daerah di Tanah Air. Karena kondisi serupa terus terulang, kami terinspirasi membuat pohon elektrik ini," kata ketua tim peneliti pohon elektrik Muhammad Fatahilah.
"Terlebih dengan melimpahnya kendaraan bermotor seperti sekarang ini, bisa dipastikan polusi udara semakin meningkat," kata anggota tim Lutfiyatul. Menurut tim peneliti, prinsip kerja alat yang dinamai Electrees itu terdiri dari dua sistem. Sistem pertama ialah fotosintesis untuk menghasilkan energi listrik secara mandiri. Sistem fotosintesis terdiri dari panel surya yang berfungsi mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Energi itulah yang digunakan sebagai sumber tenaga pohon elektrik.
Daya keluaran yang dihasilkan sekitar 30 watt. Pohon itu juga dilengkapi dengan lampu yang bisa dimanfaatkan sebagai penerang saat malam hari. Kedua ialah sistem respirasi untuk mengisap polusi udara berupa karbon dioksida (CO2) ataupun karbon monoksida (CO). Sistem tersebut terdiri dari silica aerogel berbentuk granul sebagai media penyerap. Fungsinya untuk menyerap dan mengendapkan CO2 ataupun polusi udara lainnya dan membiarkan udara bebas keluar melewatinya. Silica aerogel mempunyai kapasitas penyerapan 1,2 gCO2/gadsorbent. Dibanding zat lain yang berfungsi serupa, seperti karbon aktif dan zeolit, silica aerogel berdaya serap lebih besar. Prototipe Electrees sendiri memiliki 500 gr silica aerogel.
Lebih lanjut, peneliti mengatakan kelebihan lainnya dari silica aerogel ialah mampu menyerap CO2 sampai titik jenuh. Pengguna hanya perlu memanaskannya kembali dan perangkat siap dipergunakan kembali. Saat ini tim peneliti sedang bekerja untuk mengembangkan sistem pelacak (tracking system) perangkat agar energi yang ditangkap dari sinar matahari lebih efektif. "Ketika pagi hari sistem pelacak akan menghadap timur, lalu mengikuti matahari sampai sore hari. Ketika sore hari, akan lurus menghadap ke atas. Ketika posisi tegak lurus, lampu akan menyala selama satu malam," kata anggota peneliti Hasan. Untuk pengembangan purwarupa tersebut, dana yang dihabiskan sekitar Rp4 juta.
Untuk aplikasi di lapangan, menurut peneliti, mungkin dibutuhkan ukuran yang lebih besar lagi. Peneliti berharap bisa bekerja sama dengan pemerintah untuk pengembangan dan pengaplikasian Electrees di jalan raya atau pusat industri untuk mengurangi kadar polusi udara dan penerangan jalan raya. "Terlebih dengan melimpahnya kendaraan bermotor. Saat ini bisa dipastikan polusi udara di kota-kota besar khususnya, semakin meningkat," kata Lutfiyatul. Mungkin tenaga matahari sebagai pembangkit listrik bukan lagi hal yang baru. Meski keberadaannya masih tergolong langka di Indonesia, sedikit demi sedikit mulai bermunculan inovasi yang menarik terkait dengan teknologi ramah lingkungan ini. Salah satunya pohon elektrik ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved