Menanti Datangnya La Nina

21/5/2016 02:45
Menanti Datangnya La Nina
(AFP)

SETELAH dilanda fenomena El Nino yang membuat suhu sangat panas beberapa bulan terakhir, dunia kembali diuji lagi.

Kali ini La Nina akan datang pada pertengahan 2016.

Berdasarkan pengamatan National Oceanic and Atmospheric Administration AS (NOAA), satu dari El Nino yang terkuat sepanjang sejarah mulai menciut.

Itu menandakan siklusnya mulai menciut.

Data terbaru menunjukkan ada kemungkinan 75% pola iklim berubah menjadi La Nina jika dilihat dari suhu permukaan laut yang merosot lebih dari 0,5 derajat celsius di bawah rata-rata di Samudra Pasifik yang dekat khatulistiwa.

Hasil pengamatan selama tiga periode lima hari di Maret, April, dan Mei 2016 yang dipresentasikan melalui animasi 3D menunjukkan terdapat jalur dari gelombang air dingin dalam yang menuju arah timur.

Hanya dalam beberapa minggu terakhir, gumpalan (blob) dingin mulai menembus permukaan laut Samudra Pasifik di timur Amerika Selatan, yang menandakan La Nina berupaya muncul kembali.

Sebagai tambahan, para peneliti mengatakan transisi dari El Nino menuju La Nina akan berlangsung dengan cepat.

Hingga saat ini terdapat 14 peristiwa La Nina yang tercatat sepanjang sejarah sejak 1950.

La Nina dikenal sebagai gejala penyimpangan atau anomali penurunan suhu permukaan Samudra Pasifik yang terjadi secara alami.

Fenomena yang namanya diambil dari bahasa Spanyol yang berarti 'gadis kecil' merupakan bagian dari pengklasifikasian pola iklim El Nino Southern Oscillation (ENSO), lawan dari El Nino atau dikenal juga bernama ENSO negatif.

La Nina ditandai dengan suhu laut yang luar biasa dingin di wilayah Samudra Pasifik sekitar ekuator (Equatorial Pacific).

Ketika pertukaran udara dari timur ke barat melintasi pasifik berembus dengan kuat, perairan di ekuatorial menjadi dingin.

Itu menunjukkan kedatangan La Nina.

Fenomena ini cenderung terjadi tak terprediksi setiap 2 sampai 7 tahun.

Seperti halnya El Nino, La Nina memengaruhi cuaca di seluruh dunia, angin, tekanan udara, dan hujan, bahkan mengubah alur arus udara berkecepatan tinggi (jet streams).

Selain dapat membuat lebih aktif musim badai di Atlantik dan kurang aktivitas di Pasifik, fenomena ini juga sering dikaitkan dengan beberapa kejadian yang parah tentang banjir dan kekeringan.

Bagi negara-negara di Asia Tenggara, La Nina kerap menghasilkan curah hujan yang tinggi.

Keberadaan La Nina berkaitan erat dengan keberadaan El Nino.

La Nina tidak selalu setelah El Nino.

Namun, berdasarkan catatan sejarah dan kondisi alami, El Nino yang kuat dapat membangkitkan La Nina.

Hubungan kedua fenomena ini didasari aktivitas membangkitkan gelombang berskala besar. El Nino membangkitkan set gelombang berskala besar, dikenal dengan gelombang Kelvin.

Sebaliknya, La Nina membangkitkan set gelombang yang disebut gelombang Rossby.

Selama El Nino yang sangat kuat, gelombang Rossby yang kuat juga akan diciptakan.

Itu yang akan memicu peristiwa La Nina.


Dampak La Nina

Bagi nelayan, La Nina bisa menjadi sumber rezeki, pasalnya fenomena alam ini dianggap bisa menggiring banyak ikan tuna ke perairan Indonesia.

"Kita harus bersiap soalnya saat La Nina tahun ini kita bakal ketumpahan tuna. Mereka akan bergerak dari region Pasifik Barat masuk ke perairan Indonesia," ujar peneliti dari Center for Policy Analysis and Reform, Suhana, dalam diskusi bertajuk Refleksi 2015 dan Proyeksi 2016 Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Senin (11/1).

Saat La Nina, Kata Suhana, warm pool atau arus hangat dari lautan Pasifik sebelah barat akan berpindah ke perairan Indonesia.

Menurut dia, arus itu sekaligus menggiring tuna, yang menyukai arus hangat, ke perairan Indonesia.

"Sedangkan, La Nina banyak terjadi di Samudra Hindia. Kawasan Asia timur akan disuplai besar," paparnya.

Sementara itu, fenomena La Nina akan menambah intensitas curah hujan.

Banjir dan tanah longsor akan menjadi ancaman serius sejumlah daerah.

Curah hujan yang tinggi juga akan memengaruhi pola tanam.

Komoditas yang cukup sensitif dengan kelebihan curah hujan akan terkena dampak, seperti kedelai, yang saat akan panen seharusnya curah hujan berkurang.

Tembakau, apabila kelebihan air, akan membusuk.

Produksi garam menurun bila curah hujan berlebihan.

Ada baiknya semua ini selalu diantisipasi pemerintah. (NOAA/NASA/Dailymail/Ant/L-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya