Penumpukan CO2 Dapat Menghijaukan Bumi

Zico Rizki
30/4/2016 00:34
Penumpukan CO2 Dapat Menghijaukan Bumi
(Grafis Caksono)

PENUMPUKAN karbon dioksida di atmosfer bumi yang masif selama berpuluh-puluh tahun terakhir diketahui memiliki dampak yang negatif terhadap perubahan iklim bumi yang ekstrem. Peristiwa yang selama ini kita kenal dengan efek gas rumah kaca yang telah mengakibatkan meningkatnya suhu bumi merupakan contoh primer akibat menumpuknya CO2 (mengakibatkan meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer). Menumpuknya CO2 di atmosfer setelah dilepaskan dari segala aktivitas manusia, seperti aktivitas industri, pembakaran, dan lainnya membuat hampir seluruh pemerhati lingkungan dan iklim yang skeptis terhadap peristiwa tersebut mengatakan tidak ada dampak positif yang dibawa oleh pelepasan CO2. Studi baru bernama Greening of the Earth and Its Drivers seakan mematahkan ketidakpercayaan beberapa peneliti yang skeptis perihal segala dampak negatif yang diakibatkan penumpukkan CO2 di atmosfer. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Climate Change itu telah menemukan terdapat peningkatan besar dalam pertumbuhan pepohononan dan tanaman karena didorong peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer. Peningkatan pertumbuhan pepohonan dan tanaman dalam penelitian ini disebut sebagai greening. Greening merepresentasikan pertumbuhan dari dedaunan hijau pada lahan bervegetasi di bumi. Dalam studi menggunakan data dari sensor satelit NASA-MODIS dan NOAA-AVHRR yang dilakukan 32 peneliti dan 24 institusi menemukan, selama lebih 33 tahun terakhir terdapat greening yang signifikan pada lahan bervegetasi di bumi sekitar seperempat hingga setengah persen.

Dr Zaichun Zhu, pemimpin penulisan studi dan peneliti dari Peking University, mengatakan peningkatan yang dramatis terhadap konsentrasi CO2 di atmosfer dari sekitar 220 bagian per juta (bpj) pada awal revolusi industri hingga 403 bpj telah menyetarakan greening untuk menyelimuti dua kali daratan Amerika Serikat atau setara dengan ukuran 18 juta kilometer persegi. Meskipun data hasil penelitian menunjukkan peningkatan rata-rata greening pada vegetasi di dunia berdasarkan efek CO2, tidak cukup sepenuhnya menjelaskan pengamatan greening di wilayah-wilayah lain di dunia. Para peneliti menambahkan, adanya hubungan peningkatan CO2 di atmosfer dan peningkatan greening bukan hanya hubungan korelasi yang sederhana, melainkan juga sebuah hal yang kompleks. Lebih lanjut, temuan dalam studi yang dilakukan konsisten dengan penelitian terdahulu menunjukkan bagaimana peningkatan karbon dioksida dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Selama ini para peneliti menduga ada peran dari pertumbuhan konsentrasi CO2 di atmosfer terhadap kesuburan dedaunan di seluruh dunia pada pengamatan sejak awal 1980-an. Ide dari dugaan para peneliti berawal dari penelitian yang dilakukan peneliti Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO), Canberra, Australia, yang diterbitkan pada jurnal Geophysical Research Letters tiga tahun silam (2013), yang secara garis besar memaparkan adanya konsep fertilisasi dari CO2 yang dapat memunculkan greening di beberapa wilayah yang gersang di dunia.

Pandangan menentang
Berdasarkan hasil studi, para peneliti tidak menafikan penelitian ini dapat dimanfaatkan beberapa peneliti atau aktivis iklim dan lingkungan yang menentang kebijakan-kebijakan pemerintah global dalam menanggapi peranan CO2 yang dianggap tidak memiliki dampak positif bagi perubahan iklim yang ekstrem dan pemanasan global. Lebih lanjut, aspek menguntungkan dari ide fertilisasi CO2 dalam menaikkan greening tanaman dan pepohonan yang kini terverifikasi oleh hasil studi ini mungkin dapat memantapkan argumentasi para penentang pemotongan emisi karbon untuk mitigasi perubahan iklim (seperti yang disepakati pada COP 21 Paris).
Sumber: Iflscience/dailymail/phys.org



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya