Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
INAS Zulfah tak pernah melupakan hari ketika tangisnya tak terbendung dengan frustrasi. Mahasiswi tingkat akhir di jurusan psikologi salah satu perguruan tinggi swasta itu telah bekerja keras menyelesaikan skripsinya. Suatu malam ketika dia sedang mengetik berbagai teori yang dirujuknya dalam penelitian, dari buku ke komputer, dia ketiduran. Baterai laptopnya mati sebelum sempat menyimpan data terakhirnya. Ketika bangun, dia hanya bisa merutuki nasib malangnya. Datanya hilang, dia harus memulai segalanya dari awal. Padahal, jadwal sidang yang sudah diagendakan tidaklah berselang lama. Satu hal disadarinya karena hanya sibuk menyalin dari buku, ketika harus mengulangi hal yang sama, Inas nyaris lupa sepenuhnya apa yang sebelumnya dia tulis. Makanya, sulit baginya mengulangi hal yang sama. Hal sama juga melanda Septiana, seorang pekerja kantoran yang terbiasa mencatat berbagai hal dalam ponsel pintarnya. Ponselnya yang setia terus menyala sepanjang hari, kadang tiba-tiba ngehang saat dia sedang mengetik. Riwayat catatan yang hilang karena belum tersimpan membuatnya kesulitan mengingat kembali.
Tergantung teknoogi
Kebanyakan dari kita memang sangat bergantung pada teknologi, khususnya ponsel pintar. Dalam perangkat digital itu, kita percayakan data-data penting. Nah ketika gawai hilang, kejadian itu seumpama akhir dari dunia. Kapersky Lab telah meneliti hal tersebut sejak 2015, fenomena itu disebut sebagai amnesia digital (digital amnesia). Hasil penelitian Kapersky Lab menunjukkan 44% pekerja kantoran mengakui mereka membuat catatan secara digital pada saat rapat. Sebagai akibatnya, mereka sering kali tidak memahami apa yang sebenarnya dimaksudkan pembicara yang tergambarkan secara kontekstual, emosional, ataupun perilaku terkait dengan apa yang dikatakannya. Mereka sering gagal untuk benar-benar memahami makna sebenarnya dari apa yang diungkapkan, padahal sangatlah penting untuk mengingat hal tersebut. Di sisi lain, 13% orang yang disurvei juga mengakui jika kehilangan catatan digital mereka, mereka akan mengalami kebingungan. Jadi nyatanya kalau ada orang yang bergantung pada teknologi digital dan mengaku dirinya seorang multitasker alias bisa melakukan banyak hal sekaligus dengan sama baiknya, jangan langsung percaya. Michael Canavan selaku Head of System Engineering Kaspersky Lab North America berpendapat para 'multitasker' yang mengandalkan teknologi sebenarnya sangat rentan.
Selain perkara teknis kehilangan data digital, belakangan ini banyak pelaku kejahatan siber yang menyasar catatan yang terkait dengan kegiatan profesional. Mereka tak hanya menyadap, tetapi juga kerap merusak, mencuri, dan mengubah catatan-catatan korban.
"Kita hidup di zaman berteknologi maju dan tidak boleh hanya mengandalkan ingatan kita, tapi pada saat yang sama kita juga tidak seharusnya mengeksklusifkan diri kita kepada teknologi saja dan sebisa mungkin menemukan keseimbangan di antara keduanya," usulnya sebagaimana dikutip dari rilis resmi Kapersky, Senin (4/4).
Paham dulu, baru pindahkan
Dosen Psikologi Bisnis di University College, London, Dr Gorkan Ahmetoglu menerangkan, "Memori manusia itu terbatas, kerugian dari hanya mendengarkan serta mengandalkan memori ialah mentransfer sesuatu dari 'working memory' jangka pendek ke memori jangka panjang itu sulit dan keberhasilannya bergantung pada seberapa baik kita memahami topik yang sedang dibahas." Makanya, penting memiliki pemahaman mengenai peran kunci untuk mempertahankan ingatan dengan lebih baik. "Jika informasi tersebut kurang familier atau bahkan kita tidak benar-benar memahaminya dan kita mencatat sebanyak mungkin pada perangkat digital, tidak berarti catatan tersebut dapat kita gunakan untuk meninjau kembali serta membangun pemahaman kita akan informasi tersebut," lanjutnya soal kesia-siaan mencatat informasi ke bentuk digital tanpa pemahaman. Lantas bagaimana solusinya? Sekadar mencatat informasi jelas tidak berguna bila tidak disertai pemahaman.
Makanya penting untuk menyimak ketika seseorang berbicara guna memahami konteks pembicaraannya. Di sisi lain, pencatatan bisa difungsikan sebagai alat untuk 'recall' memori. Ketika Anda sudah memahami konteks, membaca sedikit saja catatan akan membantu mengingatkan pada pemahaman tersebut. Selanjutnya, proteksi data digital. Sistem penyimpanan cloud bisa amat membantu. Jika merasa data riskan hilang, pastikan atur ponsel dengan penyimpanan otomatis ke cloud, bukan secara manual.
Jadi setiap perubahan dalam catatan akan diperbarui secara 'real time'. Sekalipun ponsel hilang, Anda masih bisa mengambil data digital lewat komputer atau perangkat lain. Sync Notes layak dijajal, berbeda dengan note yang biasa, penyimpannya ke cloud. Setiap orang punya karakter berbeda, ada yang memorinya bisa dipancing dengan sekadar kata-kata, tetapi ada pula yang perlu bantuan suara atau malah visual. Jika Anda tipe visual, ada baiknya menginstal kamera yang penyimpanannya berbasis cloud semisal Google Photos. Jadi asalkan gawai selalu terhubung dengan internet, setiap foto atau video yang tertangkap kamera akan tersimpan dalam bentuk cloud yang bisa dibuka di gawai mana pun. Sementara itu, kalau membutuhkan bantuan audio, cobalah Live Scribe yang bisa menggabungkan catatan yang dibuat dengan audio. Aplikasi yang terhubung dengan Smartfren ini berguna kalau Anda perlu membagikan hasil rapat dengan rekan-rekan yang tidak dapat hadir dalam rapat tersebut. Nah, dukungan digital apa yang paling sesuai untuk Anda? (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved