Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
PUJIAN demi pujian pantas mengalir untuk tim nasional Brasil seusai kembali tampil memukau dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Conmebol, Jumat (24/3). Tim 'Samba' yang berstatus sebagai tamu justru berpesta gol 4-1 di Estadio Centenario, markas Uruguay. Bagi tuan rumah, kekalahan itu menjadi yang terburuk di depan publik sendiri dalam delapan tahun terakhir. Sebaliknya, bagi pelatih Brasil Tite, hasil positif itu melanjutkan rekor 100% kemenangannya sejak menangani Neymar dkk pada September 2016 lalu, tepatnya delapan kemenangan beruntun dengan hanya dua kali kebobolan.
Gelandang Seleccao, Paulinho, berperan sebagai aktor utama dalam laga itu dengan mencatatkan hattrick. Pemain yang kini memperkuat klub Tiongkok Guangzhou Evergrande itu menyamakan gol penalti Edinson Cavani (9') lewat tendangan kerasnya di menit ke-18. Tujuh menit memasuki paruh kedua, Paulinho membuat juara dunia lima kali itu berbalik unggul. Neymar kemudian menambah jarak di papan skor pada menit 74, sebelum eks punggawa Tottenham Hotspur tersebut menutup pesta pada masa perpanjangan waktu.
Poin penuh membuat Brasil hanya perlu setidaknya dua kemenangan lagi dalam empat laga sisa untuk mengamankan satu tiket langsung menuju Rusia. Bagi Paulinho, torehan tiga gol dalam satu pertandingan itu menjadi kali pertama sejak ia membela timnas pada 2011. "Saya tidak pernah bermimpi akan membantu tim untuk meraih poin penting dengan hattrick. Kami tahu ini akan menjadi pertandingan sulit, tapi kami selalu konsentrasi dan tenang saat memegang bola," tukas gelandang 28 tahun itu.
Di lain pihak, pelatih Uruguay Oscar Tabarez menyebut kekalahan itu sangat menyakitkan. Bukan kali ini saja La Celeste--julukan Uruguay-- dipermalukan Brasil di kandang sendiri dengan skor besar. Pada 2009, Diego Godin dan kolega juga takluk di Estadio Centenario dengan kedudukan 0-4. "Terkadang memang harus ada tamparan agar kami terus berusaha menampilkan yang terbaik," ujar pelatih yang sudah berusia tujuh dekade itu.
Tetap meragukan
Di pertandingan lain, Argentina berhasil membalaskan dendam kepada Cile di final Copa America Centenario tahun lalu dengan kemenangan tipis 1-0 di kandang sendiri, Jumat (24/3). Namun, kemenangan itu tidak mengusik anggapan bahwa performa tim 'Tango' masih meragukan. Satu-satunya gol tercipta dari titik putih yang dieksekusi Lionel Messi di menit ke-16.
Pelatih Cile Juan Antonio Pizzi melabeli hasil negatif itu sebagai kekalahan yang benar-benar tidak adil. Alexis Sanchez dkk yang bertindak sebagai tim tamu nyatanya lebih dominan dengan penguasaan bola 60%. Cile juga punya beberapa kesempatan menyamakan kedudukan, misalnya tendangan bebas Sanchez yang hanya membentur tiang.
"Saya pikir hasil akhir ini tidak adil, tapi nyatanya kami kalah. Kami lebih dominan di semua lini, pantas mendapatkan gol, tapi tidak beruntung," jelas Pizzi. Pelatih Argentina Edgardo Bauza menolak anggapan timnya masih bermain buruk dan terlalu mengandalkan skill individu Messi. Kemenangan itu hanyalah merupakan yang kedua bagi tim 'Biru Langit' dalam enam laga kualifikasi terakhir. "Kami bermain luar biasa dan unggul keseluruhan ketimbang Cile," kilah Bauza.
(AFP/Goal/R-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved