Singa-Singa Gigih kembali Bermimpi

Satria Sakti Utama
30/1/2017 02:15
Singa-Singa Gigih kembali Bermimpi
(AFP/KHALED DESOUKI)

DI era 1980-an hingga awal 2000-an, Kamerun tak diragukan merupakan salah satu tim raksasa di Afrika.

Skuat yang akrab dengan seragam kebesaran berwarna hijau-merah itu telah empat kali menjadi juara Piala Afrika (1984, 1988, 2000, 2002) dan tidak jarang menjadi peserta langganan Piala Dunia.

Sayangnya, auman the Indomitables Lions sudah lama tidak terdengar. Sejak terakhir mengangkat trofi Piala Afrika, tim berjuluk 'Singa-Singa Gigih' itu seperti kehilangan arah.

Sekadar masuk semifinal turnamen dua tahunan itu saja bukan lagi pekerjaan mudah.

Dari tujuh episode terakhir, hanya sekali Kamerun mampu menembus empat besar dan menuju partai puncak, yakni pada 2008.

Namun, kali itu mereka harus menyerah dari Mesir dengan skor tipis 0-1.

Tahun ini, tim asuhan Hugo Broos itu akhirnya mampu mematahkan kutukan dalam hampir satu dekade tersebut.

Kemarin, Kamerun mengandaskan perlawanan pimpinan Grup B, Senegal, lewat pertarungan panjang sampai babak adu penalti yang berakhir 5-4.
Dengan keberhasilan ini,

Kamerun berhak melaju ke semifinal untuk menghadapi pemenang partai perempat final lain antara RD Kongo versus Ghana yang baru bermain dini hari tadi.

Kiper Kamerun, Fabrice Ondoa, menjadi bintang dalam laga itu karena sukses menangkis sepakan titik putih bintang Liverpool, Sadio Mane, pada kesempatan terakhir.

Benjamin Moukandjo dkk pun mengakhiri pertandingan berkat eksekusi penalti Vincent Aboubakar sebagai penendang pamungkas.

"Keberhasilan ini bukan hanya faktor keberuntungan dalam satu hari atau satu jam, melainkan kami telah mempelajari cara bermain Senegal sejak lama," tukas Ondoa.

Pelatih Senegal, Aliou Cisse, pun telah mendapatkan prasangka buruk ketika masuk babak penalti.

"Senegal bermain sangat baik, tapi Kamerun telah menunjukkan mereka bangsa yang besar di sepak bola saat ini," tuturnya.

Naik pamor

Pamor tim nasional Burkina Faso meninggi dalam ajang Piala Afrika 2017 kali ini.

Negara yang dulunya bernama Upper Volta itu menembus babak empat besar setelah mengalahkan Tunisia 2-0 di Libreville, kemarin.

Keberhasilan itu sekaligus kian mendekati pencapaian terbaik mereka di Piala Afrika empat tahun lalu sebagai runner-up.

Pelatih Burkina Faso, Paulo Duerte, yang murung dalam hampir sepanjang pertandingan akhirnya tersenyum lebar setelah pemain pengganti, Aristide Bance, berhasil memecah kebuntuan pada menit ke-81.

Tiga menit kemudian, tim berjuluk the Stallions itu semakin jemawa karena keunggulan mereka berlipat.

Gol kedua tim asal Afrika Barat itu ditorehkan penyerang andalan Prejuce Nakoulma.

Seusai laga, Duerte pun mengaku bahagia atas pencapaian yang diraih timnya.

Apalagi, Tunisia dinilai lebih superior jika dibandingkan dengan timnya dalam beberapa aspek, khususnya fisik pemain.

"Mereka punya fisik yang besar dan atletis. Kami tidak memiliki itu. Jadi, kemenangan ini sungguh mengesankan dan tidak mudah," ujar pelatih asal Portugal tersebut. (Supersport/Goal/R-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya