Pemutihan Atas Nama Rekonsiliasi

(Sat/R-4)
26/1/2017 02:10
Pemutihan Atas Nama Rekonsiliasi
(ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

PSSI di bawah kepemimpinan Letnan Jenderal (Letjen) TNI Edy Rahmayadi memutuskan memutihkan kasus sepak bola gajah yang sempat mencoreng nama Indonesia di dunia internasional. Keputusan itu terpampang dalam surat keputusan 009/Kep/PK-PSSI/I/2017 tertanggal 10 Januari 2017 lalu. Terkait dengan alasan pengampunan itu, anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Bidang Hukum, Gusti Randa, menyebut pengampunan tersebut sepenuhnya karena alasan rekonsiliasi. PSSI memang sedang gencar mengampuni para pesakitan termasuk tujuh klub dan orang-orang yang dihukum PSSI, semisal mantan Ketum PSSI Djohar Arifin. "Alasannya karena keinginan kami untuk rekonsiliasi," ucap Gusti.

Istilah 'sepak bola gajah' merupakan perumpamaan untuk pertandingan antara PSS Sleman dan PSIS Semarang dalam laga pamungkas Grup N babak delapan besar Divisi Utama 2014 lalu. Kala itu, keduanya bergantian membobol gawang sendiri yang akhirnya menghasilkan lima gol, yakni tiga untuk PSS dan sisanya menjadi milik tim kebanggaan publik Semarang itu. Usut punya usut, mereka ingin menghindari lawan di babak selanjutnya, yakni Pusamania Borneo FC. Akibat skandal tersebut, PSSI yang kala itu dipimpin La Nyalla Mattalitti memberikan sanksi tegas kepada pelaku. Belasan pemain dan staf dari kedua tim pun dihukum beragam, termasuk yang terberat dilarang berkecimpung di sepak bola seumur hidup.

Dengan pemutihan, beberapa pihak dianggap bebas, termasuk yang dihukum seumur hidup tadi. Namun, PSSI tidak mengampuni seluruh pelaku karena manajer tim dan yang mencetak gol bunuh diri secara sengaja masih terhukum. "Pertimbangannya itu soal derajat kesalahan. Dalam perjalanan, ada surat-surat minta pengampunan, seperti (pelatih PSS Sleman) Herry Kiswanto," imbuhnya. Sementara itu, PSS Sleman memastikan diri tidak akan menggunakan jasa pemain yang sebelumnya terlibat dalam sepak bola gajah. Direktur Operasional PSS Sleman Antonius Rumady menyebut adanya aturan pembatasan umur di Divisi Utama juga menjadi kendala. Sebelumnya, PSSI hanya memperbolehkan tim Divisi Utama mengontrak pemain di bawah usia 25 tahun untuk musim ini. "Tidak ada pemain yang bergabung lagi dengan tim karena kan juga ada kebijakan pembatasan pemain di bawah usia 25 tahun itu, tetapi kasus itu menjadi pelajaran bagi kita agar tidak terulang lagi," ujar Antonius.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya