Rusia Jamin Piala Dunia 2018 Aman

Satria Sakti Utama
11/7/2016 09:19
Rusia Jamin Piala Dunia 2018 Aman
(AP/Petr David Josek)

KARENA nila setitik, rusak susu sebela­nga. Lantaran ulah suporter mereka yang brutal pada perhelatan Piala Eropa 2016 di Prancis, Rusia kini jadi sorotan. Kemampuan ‘Negeri Beruang Merah’ untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 pun diragukan.

Piala Eropa yang digelar di Prancis sejatinya menjadi modal promosi gratisan bagi Rusia yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia pada dua tahun mendatang.

Sayangnya, fan tim nasional mereka berulah dan bentrok dengan suporter Inggris pada laga pembuka penyihan grup Piala Eropa di Marseille. Dalam insiden itu, sejumlah suporter yang kebanyakan dari Inggris terluka, begitu pun aparat kepolisian.

Holiganisme yang pada awalnya selalu menjadi embel-embel pendukung Inggris kini juga mulai disematkan kepada suporter Rusia.

Bahkan, otoritas sepak bola Eropa (UEFA) sempat mengancam mencoret Rusia dari Piala Eropa 2016.

Sederet kejadian itu tentu menjadi catatan merah Rusia menjelang persiapan Piala Dunia 2018.

Banyak pihak mengkhawa­tirkan kemampuan pemerintah Rusia mengamankan penyelenggaraan pesta sepak bola sejagat tersebut.

"Kami akan melakukan apa pun agar semua dapat dipastikan bahwa tim dan suporter merasakan kenyamanan dan aman," ujar Menteri Olahraga Rusia Vitaly Mutko, mencoba mengembalikan kepercayaan publik.

Pemerintah Rusia memang tidak main-main untuk mengatasi hambatan itu. Hari ini, Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan menandatangani undang-undang yang memperketat kontrol saat pertandingan dan akan mem-blacklist suporter yang berulah.

Putin juga memusatkan ope­rasi keamanan saat Piala Dunia nanti di bawah kontrol Agensi Keamanan FSB.

FIFA pun hingga saat ini terus mendukung dan akan mengawal perjalanan Rusia hingga pergelaran Piala Dunia 2018 berakhir nantinya.

"Piala Dunia 2018 akan menjadi sebuah penyambutan yang luar biasa bagi setiap pengunjung yang datang ke Rusia," tutur Sekretaris Jenderal FIFA Fatma Samoura.

Respons terlambat
Meskipun demikian, res­pons yang dilakukan pemerintah Rusia dinilai terlambat. Pascabentrokan antara pendukung Rusia dan Inggris itu, pemerintah Prancis menangkap dan memenjarakan tiga warga Rusia.

Mereka juga mendeportasi lebih dari 20 pendukung tim ‘Beruang Merah’. Sebaliknya, pemerintah Rusia bersikap pasif dan justru menyalahkan ketidaksigapan kepolisian Prancis dan fan Inggris ketimbang menindak suporter mereka yang brutal itu.

Dalam pernyataan tak lama setelah kerusuhan di Marseille itu, Presiden Rusia Vladimir Putin terkesan malah membela suporter negaranya. Putin mengaku tak mengerti bagaimana 200 pendukung timnas Rusia dapat melawan ribuan suporter Inggris.

Namun, kini pemerintah Rusia baru menyadari aksi brutal suporter itu ternyata memiliki efek buruk terkait dengan citra mereka selaku tuan rumah Piala Dunia 2018.

Pihak kepolisian Rusia pun menegaskan tidak akan memberikan kesempatan bagi pembuat onar. ‘Orang yang ingin mengganggu akan berpikir dua kali untuk datang ke negara yang dapat mengakhiri perang di Siberia itu’, tulis media lokal Rusia, Sovetsky Sport. (AFP/I-1)

sakti@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya