Mengembalikan Kejayaan Les Bleus

Satria Sakti Utama
10/7/2016 07:43
Mengembalikan Kejayaan Les Bleus
()

STADION Stade de France, Saint-Denis, menjadi saksi kehebatan Prancis kala membekuk raksasa Brasil 3-0 di final Piala Dunia 1998.

Kini, 18 tahun berselang, di tempa­t yang sama dini hari nanti, mereka menghadapi tim yang juga bergaya Latin, Portugal. Panggungnya sama, tetapi yang membedakan kali ini ajangnya ialah final Piala Eropa. Mampukah Prancis mengembalikan kejayaan seperti beberapa tahun silam?

Sejak menjuarai Piala Dunia 1998 hingga memasuki era milenium, tim Prancis yang dijuluki Les Bleus itu cukup disegani. Seusai merengkuh trofi World Cup, dua tahun kemudi­an Zinedine Zidane dan kawan-kawan mengukuhkan negara mereka sebagai raksasa Eropa.

Namun, setelah itu taji tim ‘Ayam Jantan’ tak lagi tajam. Pada Piala Dunia 2002, mereka bahkan dikalah­kan Senegal di laga pembuka dan tak lolos penyisihan grup. Pada gelaran Piala Dunia 2006, mereka memang mampu ke final, tapi gagal juara setelah dikalahkan Italia.

Empat tahun kemudian saat Piala Dunia dihelat di Afrika Selatan, prestasi Prancis lebih buruk lagi, kandas di penyisihan grup. Kala itu, konflik antara Raymond Domenech, sang arsitek, dan para pemain dituding sebagai penyebab.

Kini, di bawah asuhan Didier Deschamps, Prancis solid dan berhasi­l menggapai final. Karena kini Les Bleus menjadi tuan rumah, inilah kesempatan mereka mengembalikan kejayaan seperti saat menjadi yang terbaik di Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 1984. Dalam kedua ajang itu, Prancis menuai sukses ganda sebagai penyelenggara sekaligus juara.

Di laga pamungkas dini hari nanti, ujian terakhir bagi Prancis datang dari Portugal, tim yang sempat terseok di fase penyi­sihan. Sebaliknya, Prancis tangguh sejak awal. Dari enam laga sejak penyisihan, mereka hanya sekali imbang lawan Swiss dan selebihnya menang, termasuk saat mendepak Jerman 2-0 di semifinal.

Berdasarkan data pertandingan, Prancis yang memasukkan 13 gol dan kema­sukan 4, terbukti cukup tangguh. Mereka memang tak cukup kuat di lini tengah seperti halnya tim ‘Matador’ Spanyol atau Jerman, tetapi solid dalam bertahan. Terbukti gempuran para pemain tim ‘Panser’ tak mampu meruntuhkan benteng pertahanan Paul Pogba dan kawan-kawan.

Deschamps seperti menemukan ramuan yang pas saat ini dengan skema 4-2-3-1 yang memberikan ruang bebas bagi Antoine Griezmann untuk menebar ancaman. Sejauh ini, striker Atletico Madrid itu amat produktif dengan mencetak enam gol. "Saya selalu percaya dengan pemain saya. Siapa pun yang saya pilih untuk tampil membayarnya dengan sangat sempurna."

Dendam Portugal
Seperti halnya tuan rumah, Portugal juga mengusung motivasi lebih dalam partai pamungkas ini. Saat jadi tuan rumah Piala Eropa 2004, Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan gagal juara karena kalah di final dari Yunani.

Motivasi lainnya mereka juga tak pernah menang lawan Prancis dalam 10 pertemuan terakhir, termasuk di semifinal Piala Eropa 1984 dan 2000, serta Piala Dunia 2006. "Prancis akan sedikit lebih difavo­ritkan ketimbang kami, tapi saya rasa Portugal akan memenanginya," ujar Ronaldo optimistis.

"Pertandingan final ini sangat berarti dan selalu saya impikan sejak lama. Saya sudah pernah merasakan gelar juara di berbagai kompetisi bersama klub dan di level individual. Juara bersama Portugal akan menjadi pencapaian luar biasa," imbuhnya. (AFP/Dio/X-4)

satria@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya