Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Iklan Rokok Disebut Jadi Faktor Penyebab Tragedi Kanjuruhan, Begini Faktanya

Mesakh Ananta Dachi
11/10/2022 11:22
Iklan Rokok Disebut Jadi Faktor Penyebab Tragedi Kanjuruhan, Begini Faktanya
Tiga pelajar mengenakan topeng domba saat menggelar aksi #TolakJadiTarget iklan rokok di kawasan Silang Monas, Jakarta.(ANTARA/Puspa Perwitasari)

TIM Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) mengungkapkan adanya indikasi pelaksanaan pertandingan antara Arema FC dan Persebaya dilakukan pada malam hari untuk dapat mengakomodasi penayangan iklan rokok. Hal ini disampaikan langsung oleh anggota TGIPF Rhenald Kasali di kantor Kemenko Polhukam, Senin (10/10).

Merespon pernyataan ini, penerima penghargaan WHO Tobacco Free World Award 1999 for Outstanding Contribution to Public Health, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengungkapkan peningkatan tayangan iklan rokok di tengah masyarakat berpengaruh pada penggunaan rokok.

“Peran iklan jelas amat besar dalam hubungan dengan konsumsi rokok yang membahayakan kesehatan ini. Data GATS yang dipresentasikan Kementerian Kesehatan kita menunjukkan peningkatan paparan pada iklan rokok di papan reklame dari 39,6% pada 2011 menjadi 43,6% pada 2021. Sementara peningkatan paparan iklan di internet jauh lebih tinggi lagi, dari 1,9% pada 2011 menjadi 21,4% pada 2021,” ujar Tjandra dalam keterangan tertulisnya yang diterima Media Indonesia, Selasa (11/10).

Baca juga: TGIPF Curiga Ada yang Paksakan Pertandingan Malam Hari

Lebih lanjut, Tjandra juga menuturkan adanya peningkatan tren perokok di Indonesia, di tengah penurunan jumlah perokok dunia.

“Di dunia, prevalensi perokok menurun dari 22,7% pada 2007 menjadi 17,5% pada 2019. Tetapi Indonesia sebaliknya. Data “Indonesia Global Adult Tobacco Survey”, yang dipresentasikan Kementerian Kesehatan menunjukkan di negara kita justru ada peningkatan jumlah perokok, dari 61,4 juta pada 2011 menjadi 70,2 juta pada 2021,” tuturnya.

Tjandra juga menambahkan iklan rokok yang ditayangkan di malam hari dan pada saat pertandingan bola juga berisiko pada peningkatan jumlah perokok anak di bawah umur. Mengingat penonton pertandingan sepak bola yang juga mengikutsertakan anak anak.

Hingga kini, KPPPA mencatat bahwa terdapat 35 korban jiwa anak anak akibat Tragedi Kanjuruhan.

“Data Kementerian Kesehatan berdasar beberapa survei nasional (GYTS, Riskesdas, Siskernas) menunjukkan kenaikan perokok anak di negara kita, dari 7,2% pada 2013, naik jadi 8,8% pada 2016, terus naik jadi 9,1% di 2018, naik lagi jadi 10,7% pada 2019. Kalau dibiarkan begini terus maka angka perokok anak akan dapat mencapai 16% pada 2030,” tegas Tjandra.

Tjandra mengingatkan bahwa peningkatan konsumsi rokok di tengah masyarakat, juga beresiko meningkatkan perokok pasif di sekitar. 

"Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi tembakau ini membunuh lebih dari 8 juta orang setahunnya di dunia, dengan 1,2 juta orang di antaranya adalah para perokok pasif yaitu mereka yang tidak merokok tetapi terpaksa jadi jatuh sakit akibat asap rokok orang di sekitar mereka,” pungkas Tjandra. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya