Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
PADA 1941 Jerman mengkhianati Pakta Molotov-Ribbentrop dengan menyerang Uni Soviet.
Lewat operasi militer yang diberi sandi 'Barbossa', Hitler berambisi menguasai sumber daya alam Soviet dan sekaligus membuat lebensraum (ruang hidup) baru di wilayah negara emperium tersebut yang membentang luas.
Dengan dukungan sekitar 3 juta tentara dan 3.500 tank dari para sekutu, sang fuhrer begitu jemawa dapat menaklukkan 'Negara Beruang Merah' yang dianggap lemah.
Ia sama sekali tidak belajar dari kesalahan mantan penguasa Prancis, Napoleon Bonaparte, yang berakhir tragis saat mencoba menguasai Rusia pada 1812.
Dengan mengandalkan taktik blitzkrieg-nya, Jerman pada awalnya memang seperti berhasil menyapu bersih 'tentara merah' Soviet yang tidak siap dan kalah persenjataan.
Namun, dengan sistem pertahanan semesta, penguasaan medan, dan bantuan alam, serta sedikit keberuntungan, Soviet berhasil menjungkirbalikkan keadaan.
Mereka bukan saja melumpuhkan tentara Jerman dan sekutunya, melainkan juga mengubah konstelasi Perang Dunia II.
Lalu apa korelasinya perang Jerman vs Uni Soviet dengan pertandingan di Euro 2016?
Ada, tapi tidak secara langsung memang.
Namun, jika kita bicara sepak bola, hal itu sebenarnya sama seperti perang.
Ada pihak yang menyerang dan ada pihak yang bertahan atau setidaknya dipaksa bertahan.
Bedanya, jika dalam perang kita membenci para agresor, sebaliknya kita justru memuja tim-tim yang bermain menyerang dalam sepak bola.
Kita bahkan berharap semua tim bermain menyerang.
Masalahnya, belakangan pola permainan bertahan seperti dapat panggung lagi.
Hasilnya pun terbukti sukses.
Di Inggris, Leicester City sukses menguasai panggung Liga Primer dengan menyisihkan tim-tim elite, seperti Arsenal, Tottenham Hotspur, ataupun Manchester City.
Kemudian di Spanyol, Atletico Madrid sukses mematahkan dominasi dua kekuatan tradisional, Real Madrid dan Barcelona.
Tidak berlebihan jika arsitek kenamaan asal Italia, Carlo Ancelotti, memprediksi tim-tim yang pandai mengelola pertahananlah yang berpeluang menjuarai Euro 2016.
Menurut dia, kesuksesan Leicester dan Atletico bukan tidak mungkin akan menginspirasi sebagian tim peserta Euro 2016.
"Jika kita melihat hasil kompetisi di negara-negara besar, saya percaya Euro 2016 akan menjadi ajang yang cocok untuk pola permainan serangan balik," ujar arsitek Bayern Muenchen itu.
Bukan tanpa alasan tentu Ancelotti mengutarakan prediksinya atau mungkin lebih tepat kecemasannya.
Tampilnya negara-negara yang tidak punya tradisi kuat dalam sepak bola, seperti Albania, Islandia, Irlandia Utara, dan Wales, serta absennya negara yang kesohor dengan total football-nya yakni Belanda, seperti menjadi pertanda superball is dead (matinya sepak bola menyerang).
Apalagi, sejarah mencatat betapa tim-tim yang mengusung permainan bertahan pernah sukses menjadi penguasa 'Benua Biru'. Sebut saja Yunani yang menjadi kampiun Euro 2004.
Memang terlalu naif jika kita percaya begitu saja kecemasan Don Carlo--sapaan Ancelotti--atau 'Don-Don' yang lain.
Apalagi turnamen baru melaju satu putaran. Namun, jika kita melihat beberapa pertandingan yang sudah berjalan, prediksi Ancelotti itu memang tidak terlalu meleset.
Tidak kurang bintang Portugal, Cristiano Ronaldo, sampai mencak-mencak seusai timnya ditahan tim debutan Islandia 1-1 di Grup F (Rabu, 15/6).
Betapa tidak?
Mereka menguasai pertandingan sebanyak 72%. Begitu pula Spanyol yang dipecundangi Kroasia 1-2.
Mereka menguasai bola sebesar 62%.
Namun, itulah sepak bola. Seperti kata pelatih Islandia, Lars Lagerback, taktik dalam permainan sepak bola ialah pilihan.
Jadi, sebagai penonton ya kita nikmati saja pertandingan di Euro 2016 sambil berharap semoga Prancis tidak menjadi kuburan bagi superball.
Semoga yang juara nanti bukan tim yang bermain bertahan dan semoga para teroris tidak mengganggu jalannya Euro 2016. Amin. (R-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved