Tangan Dingin Simeone Versus Karisma Zidane

MI
28/5/2016 07:30
Tangan Dingin Simeone Versus Karisma Zidane
(AP)

SAAT diperkenalkan sebagai arsitek anyar Atletico Madrid pada akhir 2011 lalu, Diego Simeone tiba dengan penuh keterbatasan.

Dana minimalis dan pemain kelas dua menjadi modal awal pelatih asal Argentina itu untuk berkiprah di ibu kota Spanyol.

Meski demikian, sumber daya terbatas tidak menghentikan mantan bek Lazio itu untuk berprestasi pada musim perdananya.

Dengan mengandalkan talenta besar Radamel Falcao, ia berhasil mempersembahkan titel Liga Europa 2011-12 seusai mengalahkan wakil Spanyol lain, Athletic Bilbao, dengan skor mencolok 3-0.

Ketika rival sekota, Real Madrid, tidak ragu mengeluarkan dana triliunan rupiah untuk satu nama, Atletico memilih menciptakan pemain bintang sendiri, kemudian menjualnya.

Pemain andalan silih berganti meninggalkan Vicente Calderon, tapi kesuksesan tak hentinya hinggap di pundak Los Rojiblancos.

Simeone juga mendobrak perkembangan sepak bola modern dengan cara bermain konvensional.

Mengandalkan formasi 4-4-2 yang kukuh di belakang dan mengandalkan serangan balik cepat merupakan senjata rahasia Los Cholchoneros bertahan di tengah derasnya arus sepak bola menyerang.

"Kami telah melatih gaya kami bermain selama 4,5 tahun terakhir dengan penekanan pada latihan khusus. Bahkan, dengan perubahan skuat yang terjadi, kami terus berada pada level permainan yang sama," ujar Simeone.

"Ketika pemain baru datang, mereka memahami cara bermain yang kami lakukan dan hal yang mereka butuhkan untuk bermain bersama Atletico," imbuhnya.

Ketika juru taktik asal Argentina itu sudah malang melintang bersama Atletico, Zidane justru bak baru mencicipi masa-masa indah sebagai pelatih.

Real Madrid merupakan tim profesional pertama yang ditanganinya.

Meski belum genap lima bulan menjalani debut sebagai pelatih di level tertinggi, Zizou sudah mencuri perhatian dengan kepiawaiannya mengangkat penampilan Los Blancos.

Walau sempat terseok-seok di bawah arahan Rafael Benitez, el Real kemudian meroket dengan membukukan 21 kemenangan dari 26 laga bersama Zidane.

Perubahan drastis Karim Benzema dan kolega disebut berkat usaha pelatih 43 tahun itu dalam merangkul seluruh pemain dan kembali merakit mereka menjadi satu kesatuan yang utuh.

Karisma menjadi modal yang akan dibawa Zidane ke final Liga Champions bersama skuatnya.

"Kami punya hubungan yang baik dengan Zizou, (keakraban) ini sesuatu yang hilang dari Benitez," tutur kapten tim, Sergio Ramos.

Karisma seorang pemimpin memang sudah mengalir dalam darah Zidane semenjak masih berstatus sebagai pemain.

Eks kapten timnas Prancis itu tahu betul masalah yang dihadapi rekan-rekannya.

Zidane juga terbukti mampu meminimalkan ego para pemain bintang Real Madrid dan sekaligus memberikan porsi lebih besar kepada pemain muda untuk berkembang.

Salah satu yang cukup menarik perhatian ialah keputusannya menyingkirkan nama tenar Isco atau James Rodriguez untuk memberikan tempat kepada Casemiro. (Berbagai sumber/Sat/R-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya