Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Solskjaer Ingin Lepas dari Kutukan Semifinal

Basuki Eka Purnama
29/4/2021 08:59
Solskjaer Ingin Lepas dari Kutukan Semifinal
Pelatih Manchester United Ole Gunnar Solskjaer(AFP/PETER POWELL)

SETELAH mengantarkan timnya ke empat laga semifinal, Ole Gunnar Solskjaer belum pernah melewati empat besar dalam kompetisi piala mana pun sepanjang menjadi pelatih Manchester United. Tapi, dia mendapatkan kesempatan lagi untuk mengakhiri kutukan itu saat melawan AS Roma di semifinal Liga Europa.

Kemajuan dalam liga domestik sudah dicapai setelah United kuat mencengkeram posisi kedua klasemen Liga Primer Inggris musim ini setelah dua musim lalu terseok-seok pada urutan keenam dan ketiga. Masalahnya, lemari piala Setan Merah tetap saja kosong.

Yang lebih didambakan pendukung MU, saat ini, adalah klubnya meraih trofi pertama sejak juara Liga Europa 2017 di bawah kepemimpinan Jose Mourinho. Dan sudah empat kali hal itu hanya bisa nyaris didapatkan.

Baca juga: AS Roma Sudah Kantongi Resep Kalahkan MU

Entah itu dua kekalahan dalam semifinal Piala Liga melawan Manchester City, sekali kalah melawan Chelsea dalam Piala FA tahun lalu, atau kalah
dalam empat besar Liga Europa melawan Sevilla tidak lama kemudian, United selalu tersandung saat dikomandani Solskjaer.

Kemenangan atas Granada dalam delapan besar musim ini telah memberi Solskjaer kesempatan kelima untuk melaju ke final dan AS Roma bisa saja
memperpanjang penderitaan pelatih asal Norwegia itu.

Tapi, pertarungan melawan Roma menimbulkan kenangan indah di Eropa bagi Solskjaer, karena tim Italia itu pula yang menjadi lawan terakhirnya di kancah Eropa saat membela United.

Setelah kalah 1-2 pada laga leg pertama perempat final Liga Champions 2006-2007 di Roma, United balik mengalahkan tim Italia itu 7-1 pada laga leg kedua. Ketika itu, Solskjaer masuk sebagai pemain pengganti pada babak kedua.

"Saya menjadi starter pada laga leg pertama itu, tetapi tidak ingat apakah saya menuntaskannya karena kami bermain dengan 10 pemain dan memperoleh hasil bagus," kata Solskjaer dalam jumpa pers.

"Dia (manajer Sir Alex Ferguson) yakin kami bisa lolos tetapi malam itu di Old Trafford ajaib. Kami bersemangat dan menunjukkan apa yang bisa dilakukan United," lanjutnya.

Solskjaer gantung sepatu pada akhir musim itu dan memulai karier pelatih di akademi United, setahun kemudian.

Kini, ketika musim ketiganya sebagai pelatih United hampir berakhir, masa transisi telah berakhir dan paceklik trofi berkepanjangan tidak bisa lagi ditoleransi.

Roma sempat nyaman masuk empat besar Serie A pada pergantian tahun, tetapi hanya sekali menang dalam tujuh pertandingan liga terakhir membuat mereka melorot ke urutan ketujuh sehingga tekanan kepada pelatih Paulo Fonseca pun meningkat.

Tersingkir dari Liga Europa sudah pasti mempercepat kepergian Fonseca. Media massa Italia pun sudah menyebut mantan manajer Napoli, Chelsea, dan Juventus, Maurizio Sarri, menjadi calon penggantinya.

"Kami pasti berpeluang besar lolos, kami memang punya tim yang lebih baik," kata mantan bek United, Wes Brown, yang juga turut bermain saat menang 7-1 itu.

"Kami tersingkir dalam semifinal beberapa tahun terakhir, saya hanya berharap para pemain belajar dari itu."

"Mencapai final adalah rintangan yang sungguh harus mereka lewati. Para pemain bermain bagus dan dengan pengalaman yang mereka punya
sebelumnya, mereka bisa terus maju. Ini bakal bagus untuk Ole juga," imbuhnya.

United tengah dalam kondisi bagus belakangan ini dengan hanya sekali kalah dalam 21 pertandingan terakhir mereka pada semua kompetisi. (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya