Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
SAAT Louis van Gaal tengah berada di pusaran ancaman pemecatan, nasibnya bak ditentukan oleh rival abadinya, Guus Hiddink. Bukan kepentingan tim saja yang diusung pelatih yang sebelumnya membesut der Oranje itu, melainkan juga urusan personal terkait dengan pertemuan panjang keduanya di sepak bola.
Misi balas dendam yang dicanangkan pelatih Manchester United itu kepada Hiddink saat mereka bertemu pada 28 Desember 2015 lalu gagal tercapai. Saat itu, Hiddink yang baru mulai menangani Chelsea mampu menahan MU dengan skor kacamata.
Namun, kesempatan kedua bagi Van Gaal menumbangkan kompatriotnya itu kembali hadir saat the Blues dan the Red Devils kembali bertemu, besok malam (7/2).
Masih jelas dalam ingatan Van Gaal saat ia gagal membawa AZ Alkmaar merebut gelar Eredivisie dan Piala KNVB pada musim 2005-2006. Salah satu ganjalan terbesarnya kala itu ialah sosok Hiddink yang menangani PSV Eindhoven mampu menaklukkan AZ Alkmaar tiga kali berturut-turut.
Terlebih mantan pelatih Bayern Muenchen itu tidak pernah lagi menang atas juru taktik Chelsea tersebut dalam lima pertandingan belakangan. Terakhir, si Tulip Besi memenangi pertarungan atas eks pelatih timnas Rusia itu pada 14 Februari 1999 saat Barcelona yang diarsitekinya mempermalukan skuat Hiddink, Real Madrid, 3-0.
Akibat kekalahan tersebut, Hiddink terlempar dari kursi kepelatihan el Real. Kini, juru taktik berusia 69 tahun itu tidak sabar untuk bertemu lagi dengan rival lamanya di Stamford Bridge dan beradu strategi untuk membawa tim konsisten di jalur kemenangan.
“Kami akan bertemu kembali, berjabat tangan, dan akan memiliki pertandingan yang bagus. Ini akan menjadi laga yang luar biasa. Pertemuan dua raksasa yang akan mengharapkan performa apik,” jelas Hiddink.
Jabatan tangan memang terlihat sepele dan terkesan formalitas dalam dunia kulit bundar. Namun, bagi kedua juru taktik senior itu, jabat tangan merupakan hal yang sempat langka menyusul perseteruan sengit mereka di dalam dan luar lapangan.
Pada perjumpaan pertama mereka saat el Clasico, September 1998 silam, tidak ada jabat tangan, tidak ada tegur sapa, bahkan keduanya saling membuang muka selama pertandingan. Akibat tindakan keduanya itu, media nasional Belanda menjuluki mereka ‘Dumb and Dumber’ (si Bodoh dan si Lebih Bodoh). (Berbagai sumber/Sat/R-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved