Mou Hadirkan Final Perdana di Eropa

Satria Sakti Utama
13/5/2017 01:00
Mou Hadirkan Final Perdana di Eropa
((AP Photo/Dave Thompson))

SETELAH tiga kali berganti pelatih selepas era keemasan Sir Alex Ferguson, Manchester United akhirnya mencicipi lagi kenikmatan partai final kompetisi Eropa. Tangan dingin Jose Mourinho menjadi kartu as keberhasilan 'Setan Merah' dalam melenggang ke babak puncak Liga Europa musim ini. Meski mereka bermain imbang 1-1 di kandang sendiri, kemarin, hasil itu sudah cukup untuk menyingkirkan sang kompetitor, Celta Vigo, dari turnamen kelas dua di Eropa.

Skor agregat 2-1 untuk Paul Pogba dan kolega menjadi hasil akhir karena pada leg pertama Manchester United mampu menang tipis 1-0 dari Balaidos. Gelandang Marouane Fellaini membuat tuan rumah unggul terlebih dahulu dengan sundulan kepala pada menit ke-17. Harapan tim tamu kembali hidup pada 5 menit akhir paruh kedua seusai bek Facundo Roncaglia menjebol gawang Sergio Romero.

Namun, malangnya, hanya 3 menit berselang, pemain asal Argentina itu harus berseteru dengan bek MU, Eric Bailly, sehingga keduanya diganjar dengan kartu merah. Bagi Mourinho, kemenangan ini menjadi momen terpenting sepanjang waktu kebersamaannya dengan the Red Devils. Keberhasilan itu bukan hanya soal melaju ke laga final di Stockholm, Swedia 25 Mei mendatang dan mengangkat trofi.

Penyebabnya, kemenangan di laga pemungkas menjadi tiket agar mereka dapat tampil di Liga Champions Eropa musim depan. "Saya rasa ini keuntungan di akhir musim dengan cara yang sempurna," jelas arsitek asal Portugal itu.
"Mungkin ini bukanlah pertandingan terpenting dalam sejarah klub dan saya sendiri, tapi pada akhirnya ini penting bagi kami, bahwa mereka (Celta Vigo) punya hasrat yang sama," imbuhnya.

Di sisi lain, bos Celta Vigo Eduardo Berizzo masih belum sepenuhnya ikhlas akan kekalahan ini. Los Celestes julukan Celta memang tampil lebih superior. Celta menunjukkan determinasi lebih baik daripada tim tuan rumah. Iago Aspas dkk menguasai 62% penguasaan bola dan menciptakan lima kali peluang emas. "Kami bermain sangat baik dan membatasi mereka dengan hanya memiliki satu peluang. Kami lebih dominan dan bermain sesuai keinginan. Dengan usaha tersebut, memalukan untuk tidak mencapai final," tukas Berrizzo.

Jajal raksasa Belanda
Lawan Manchester United di final ialah raksasa Belanda, Ajax Amsterdam. De Amsterdammers julukan Ajax melaju ke final setelah unggul agregat 5-4 atas Olympique Lyon, Jumat (12/5). Lyon sebagai tuan rumah dalam pertemuan kedua itu gagal mereduksi defisit tiga gol pada leg pertama yang berkesudahan 1-4. Nabil Fekir dkk hanya mampu menang 3-1 di Parc Olympique Lyonnais.

Kemenangan Les Gones julukan Lyon disumbangkan melalui dua gol penyerang Alexandre Lacazette yang tercipta dalam kurun 2 menit saja jelang turun minum. Satu gol lagi menjadi milik Rachid Ghezzal pada menit ke-81. Kubu tim tamu sempat membuat kejutan kala mencetak gol pembuka pada menit ke-27 dari kaki penyerang Kasper Dolberg.
Bagi Ajax, ini final perdana mereka di ajang Eropa sejak 1996 silam atau lebih dari dua dekade lalu.

"Ini perasaan yang super. Sekarang kita tunggu akankah kami membuat sebuah sejarah. Bermain di final sesuatu yang menyenangkan, tapi dengan syarat menjadi pemenangnya," kata pelatih Ajax, Peter Bosz, dengan suka ria. (AFP/Goal/Espn/R-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya