Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
INI malam, kita merayakan hari ulang tahun ke-101 penyair Chairil Anwar. Sebuah hari istimewa sebab namanya telah dikumandangkan sebagai tokoh besar dalam perpuisian Indonesia. Sosok Chairil selalu dikenang harum, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Warisan puisi-puisinya laik tersimpan abadi bersama air, tanah, dan awan hingga 1000 tahun lagi.
Untuk merayakan hari jadi Chairil yang juga diperingati sebagai Hari Puisi Indonesia, berikut lima puisi lawasnya. Dia tulis pada bulan Juli 1943 ketika berusia 21 tahun. Puisi-puisi Chairil disari dari berbagai sumber. Salah satunya kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalan yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta (2016).
Jangan kita di sini berhenti
tuaknya tua, sedikit pula
sedang kita mau berkendi-kendi
terus, terus dulu…!!
Ke ruang di mana botol tuak banyak berbaris
pelayannya kini dilayani gadis-gadis
o, bibir merah, selokan mati pertama
o, hidup, kau masih ketawa??
24 Juli 1943
Kita guyah lemah
sekali tetak tentu rebah
segala erang dan jeritan
kita pendam dalam keseharian
Mari tegak merentak
diri-sekeliling kita bentak
ini malam purnama akan menembus awan.
22 Juli 1943
Warisan puisi-puisi Chairil selaiknya tersimpan abadi bersama air, tanah, dan awan hingga 1000 tahun lagi!
Aku mau bebas dari segala
merdeka
juga dari Ida
Pernah
aku percaya pada sumpah dan cinta
menjadi sumsum dan darah
seharian kukunyah-kumamah
Sedang meradang
segala kurenggut
ikut bayang
Tapi kini
hidupku terlalu tenang
selama tidak antara badai
kalah menang
Ah! Jiwa yang menggapai-gapai
mengapa kalau beranjak dari sini
kucoba dalam mati.
14 Juli 1943
Mulutmu mencubit di mulutku
menggelegak benci sejenak itu
mengapa merihmu tak kucekik pula
ketika halus-perih kau meluka??
12 Juli 1943
Aku berkaca
bukan buat ke pesta
Ini muka penuh luka
siapa punya?
Kudengar seru-menderu
— dalam hatiku? —
apa hanya angin lalu?
Lagu lain pula
menggelepar tengah malam buta
Ah...!!!
segala menebal, segala mengental
segala tak kukenal....
Selamat tinggal...!!!
12 Juli 1943
Baca juga: Puisi-puisi Agniya Barto
Baca juga: Brodsky dan Cinta Tak Sampai
Baca juga: Chairil Anwar dan Jas Milik Sjahrir
Chairil Anwar, penyair Indonesia, lahir di Medan, 26 Juli 1922 dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Berpendidikan MULO (tidak tamat). Pernah menjadi redaktur Gelanggang (Ruang Kebudayaan Siasat, 1948-49) dan redaktur Gema Suasana (1949). Kumpulan puisinya: Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (bersama Rivai Apin dan Asrul Sani, 1950). Selain menulis puisi, Chairil juga menerjemahkan sejumlah puisi penyair dunia. Di antara terjemahannya: Pulanglah Dia si Anak Hilang (karya Andre Gide, 1948) dan Kena Gempur (karya John Steinbeck, 1951). Puisi-puisi Chairil banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia, termasuk Bahasa Rusia oleh Vilen Sikorsky. Ilustrasi header: Ahmad Dumyati. (SK-1)
"Bisa disimpulkan kalau market peminat puisi dan sastra ini sebenarnya banyak, tetapi belum ada yang mengakomodir, belum ada rumahnya. Inisiatif saya membuat rumah itu, komunitas,"
Joko Pinurbo meninggal dunia pada Sabtu, 27 April 2024. Jokpin, panggilan Joko Pinurbo, sempat mengalami sakit sejak beberapa hari sebelum menghembuskan napas terakhir.
Perpaduan antara humor dan ironi dikemas Joko Pinurbo dalam karya apik yang jenaka dan menyentil kenyataan sosial kita.
Barangkali saat bocah-bocah ingusan baku hantam, mereka sedang lupa tentang tonggak lahirnya sumpah sejarah bangsa.
Jika kebenaran lebih baik; itu bukan niat jahat seseorang, melainkan keinginannya.
Pada dua pasang binar mata kanak, kutitipkan doa di setiap kantukmu.
Berikut 20 puisi dari penyair Chairil Anwar yang populer hingga kini.
Peluncuran itu sekaligus merayakan Hari Puisi Nasional 28 April yang juga merupakan tanggal berpulangnya hairil Anwar.
Hari Puisi Nasional ditetapkan sesuai dengan tanggal kepergian penyair terkemuka di Indonesia, Chairil Anwar.
Komunitas Salihara menggelar pameran dalam rangka mengenang 100 tahun Chairil Anwar bertajuk Aku Berkisar Antara Mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved