10 Hari untuk Saling Mengasihi

MI
28/6/2016 09:30
10 Hari untuk Saling Mengasihi
(Ilustrasi/Antara)

SISA 10 hari terakhir di bulan Ramadan hendaknya dimanfaatkan umat Islam untuk mengejar momen-momen yang positif, mengubah rasa kebencian dalam hati menjadi rasa kasih sayang dan saling memiliki, serta menghormati.

Harapan tersebut dikemukan Bupati Bojonegoro Suyoto saat menyampaikan ceramahnya di Masjid Istiqlal, Jakarta, dengan tema Lailatul qadar dan makna cinta dan kebahagiaan, pada akhir pekan lalu.

Dalam kesempatan tersebut, bupati yang akrab dipanggil Kang Yoto itu mengajak seluruh jemaah salat isya dan tarawih di Masjid Istiqlal agar senantiasa mengikuti jalan yang lurus serta mengikuti petunjuk yang diberikan Allah SWT. Alasannya, siapa pun yang mengikuti jalan Allah, orang tersebut tidak akan susah hidupnya dan tidak akan ada rasa takut setiap melakukan aktivitas, seperti yang tercantum di dalam surat Al Baqarah ayat 38.

Disebutkan pula di dalam surat Al Jumu'ah ayat 2, Allah melukiskan jiwa-jiwa yang mengubah dirinya melalui tiga tahapan penting. Pertama ialah tilawah dengan cara membaca Alquran, tahapan kedua ialah membersihkan diri (tazkiyah), tahapan ketiga ialah ta'khudul hikmah (mengambil hikmah).

"Adapun jiwa yang masih susah dan yang masih gundah gulana digambarkan fii dholalin mubin apabila keadaan hati kita masih seperti ini maka tidak akan mendapatkan hikmah dari perbuatan kita," ujarnya.

Dalam Pancasila, tepatnya sila keempat, "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan." Bukan kerakyatan yang dipimpin kebencian dan kemarahan, melainkan dipimpin hikmat kebijaksanaan itu berarti dia harus bisa bermusyawarah. Maka, apabila orang yg berkerumun hanya untuk berdebat, orang tersebut tidak bisa membuka hati dan membuka pikiran dalam menyelesaikan permasalahan yang dia hadapi.

"Maka suatu problem atau permasalahan. Apabila diselesaikan dengan hikmat kebijaksanaan dan ditambah musyawarah, yakinlah permasalah tersebut akan terselesaikan dengan mudah," pungkas Kang Yoto.

Ditambahkan, syarat masyarakat dapat tumbuh dengan cepat maka harus memiliki tiga niat, yakni untuk menghadirkan masa depan yang lebih baik. Kedua, adanya niat memahami kompleksitas dan tidak menempuh jalan pintas. Berikutnya ialah adanya niat untuk berdialog satu dengan yang lain.

"Apabila tiga niat tersebut bisa dilakukan, maka masyarakat bisa tumbuh dan tercerahkan." Mengapa seperti itu? imbuh Kang Yoto, karena semangat yang diperoleh bukan hanya menyadarkan, melainkan juga semangat saling menghormati.(Ant/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah