CELOTEH: Lalu Lintas Cerdas

17/6/2016 10:00
CELOTEH: Lalu Lintas Cerdas
(MI/Permana)

ADA satu kegiatan yang saya lakukan di Ramadan kali ini, yaitu lebih sering menggunakan motor, bukan ojek maksudnya, tapi mengendarai milik sendiri.

Awalnya saya hanya memakainya untuk jalan-jalan dengan anak di sekitar rumah sambil menunggu waktu berbuka tiba, tapi akhirnya sekarang saya pakai hampir setiap hari untuk pergi ke tempat kerja. Saya menyebutnya ngabubuRIDE (ngabuburit sambil ride hehe).

Sebetulnya mengendarai motor itu menyenangkan, cepat, dan murah, tapi selama ini saya jarang melakukannya, kenapa?
Karena saya malas untuk berurusan dengan para pengemudi motor yang tidak taat aturan.

Namun, itulah yang saya rasakan di jalanan. Seperti kemarin, saya ngabuburide, dari arah depan ada seorang bapak mengendarai motor melawan arah dan ada di jalur saya.

Saya sengaja menghalanginya dan bertanya kenapa melakukan itu. Dia menjawab, "Habis jalur saya macet, udah minggir lu jangan sok taat peraturan!"

Waduh taat peraturan kok dibilang sok, memang bukannya harus begitu?
Begitu pun soal berhenti di lampu lalu lintas, saya tidak pernah habis pikir apa susahnya untuk berhenti di belakang garis putih sih? Satu demi satu maju akhirnya menutupi jalur orang lain. Kalaupun berhenti di belakang garis pasti diklaksonin dan diteriaki untuk maju.

Saya sih cuek aja, dan biasanya setelah maju mereka melihat saya dengan tatapan muka kesal.

Meski terkadang mereka malu sendiri saat sadar ternyata saya si mas yang suka tampil di TV hehe.

Saya kira ada tiga tipe pelanggar lalu lintas, yaitu orang bodoh, pura-pura bodoh, dan masa bodoh.

Orang bodoh, saya kira meskipun sudah jarang, ia masih ada. Seperti di pangkalan ojek depan gedung radio saya, ada seorang penarik ojek yang hobinya melanggar lalu lintas. Saya sampai kapok naiknya. Akhirnya saya tahu si bapak ini buta huruf. Yang model seperti ini saya bisa memahami dan memakluminya. Ya mau bagaimana lagi, emang kurang pendidikan.

Berikutnya, si pura-pura bodoh. Saya kira mereka berpendidikan cukup untuk mengetahui aturan lalu lintas, tapi sering kali mengakali peraturan terutama jika tidak ada yang mengawasi. Kalau tertangkap polisi, biasanya mereka mengaku salah dan berlindung di balik akting bodoh.

Yang terakhir si masa bodoh. Bagi mereka tidak ada peraturan yang bisa mengatur mereka. Karena merasa memiliki kekuatan, mereka inilah yang selalu bilang peraturan dibuat untuk dilanggar.

Namun, saya memang selalu menganggap serius masalah peraturan lalu lintas ini karena akibatnya bukan dirasakan si pelanggarnya saja, melainkan juga bisa oleh pengguna jalan lainnya.

Kita sudah taat aturan, tapi dirugikan yang tidak taat. Kita sudah berhati-hati, tapi tetap celaka karena ulah yang tidak hati-hati. Kan kesel? Kenapa saya tidak mau melanggar aturan lalu lintas?

Karena saya percaya pelanggaran awal dari kecelakaan. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah