Membaca Alquran dengan Langgam Jawa

Tosiani
17/6/2016 09:50
Membaca Alquran dengan Langgam Jawa
(ANTARA/Jojon)

ALUNAN ayat suci Alquran dilagukan dalam langgam Jawa di Pendopo Pangayoman Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (15/6) sore. Nada yang tak biasa itu membuat semua yang hadir terdiam, takjub.

Rubiyanto, anggota GP Anshor Temanggung, ialah yang membawakan langgam Jawa itu. Surah yang dibacanya ialah Annisa ayat 36. Surah itu dilagukan dengan nada Dandang Gula, salah satu tembang macapat dalam budaya Jawa. Bacaan tersebut mengawali buka puasa bersama sekitar 300 orang pemulung dengan istri Presiden ke-4 RI Abdurrachman Wahid (Gus Dur), Sinta Nuriyah.

"Untuk membaca Alquran bisa dengan banyak cara. Ada cara Turki, Arab, dan Mesir. Kita punya langgam Jawa sehingga kita coba membaca­nya dengan langgam Dandang Gula," ujar Rubiyanto saat ditemui di sela acara buka bersama itu.

Bacaan ayat suci dengan lagu Dandang Gula itu juga membuat Sinta Nuriyah terkesan. Secara khusus ia mengapresiasi bacaan Alquran dengan langgam Jawa. Menurutnya, hal itu bisa dimaknai sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya dan bahasa yang ada di Indonesia.

"Saya mengapresiasi bacaan Alquran dengan langgam Jawa, yang penting tidak mengubah tajwid, memperhatikan panjang pendeknya bacaan, dan tidak mengubah makna," ujar Sinta.

Ia menegaskan, orang Jawa memiliki budaya, bahasa, dan kesenian sendiri. Dengan demikian, bukan hal yang salah jika kita menggunakan nada lagu Jawa untuk membaca Alquran. Orang Indonesia, katanya, mesti beragama dengan dasar budaya Indonesia. Bagaimanapun Indonesia berbeda dari Arab, tak perlu mengikuti tata cara, adat, dan budaya Arab.

"Seperti pernah dikatakan Gus Dur bahwa kita adalah orang Indonesia yang beragama Islam, bukan orang Islam yang tinggal di Indonesia. Jadi segala sesuatu, adat istiadat, budaya, dan bahasa beda dari Arab," ujar Sinta.

Sinta lalu menceritakan sejarah penyebaran agama Islam oleh Wali Sanga yang juga menggunakan kearifan lokal. Contohnya, kala itu orang Jawa lebih suka gendingan. Karena itu, penyebaran Islam oleh Sunan Kali Jaga, salah satu sunan dalam Wali Sanga, juga menggunakan media gending Jawa dan wayang.

"Sama halnya dengan membaca Alquran, juga bisa dilakukan menggunakan langgam Jawa yang merupaka kesenian orang-orang di Jawa," imbuhnya.

Lintas agama
Kegiatan buka puasa bersama itu juga dihadiri para tokoh lintas agama. Bahkan panitia penyelenggara kegiatan tersebut juga banyak yang berasal dari komunitas gereja. Mereka tergabung dalam wadah Komunitas Gusdurian.

Kegiatan itu mengambil tema Dengan berpuasa kita tingkatkan kearifan dan keteguhan iman.

Sinta Nuriyah berharap, melalui kegiatan itu, akan terjaga kerukunan lintas agama dan anak bangsa di Indonesia. Dengan demikian, akan terjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketua Panitia Buka bersama, Pendeta Darmanto, mengatakan kegiatan itu terselenggara dengan donasi masyarakat lintas agama yang tergabung dalam Gusdurian. Selain untuk buka bersama, dana dari para donatur juga digunakan untuk memberikan santunan bagi para pemulung yang ikut berbuka puasa.

"Selama ini penghasilan pemulung amat kecil, tiap pemulung paling mendapat penghasilan rata-rata Rp20 ribu per hari. Paling banyak hanya sampai Rp25 ribu per hari. Dengan ini, kami berupaya mengumpulkan dana dan memberikan santunan," ujarnya. (H-3)

tosiani@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah