Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
DINI hari di selajur jalanan nan sepi di Istanbul, Turki, tiba-tiba meriah saat kelompok penabuh drum milik Ali Buldu beraksi. Sekitar 2.000 pria berkostum khas Ottoman berkeliling ke arah berbeda dan membangunkan warga untuk makan sahur. Ali Buldu, 55, telah menghabiskan setengah dari umurnya menjadi penabuh drum khusus di kala Ramadan tiba.
Ali mulai menggeluti pekerjaan ini sejak pamannya meninggal dunia. Karena melihat pentingnya tradisi itu, Ali berniat menurunkan aktivitas ini kepada generasi di bawahnya. “Penabuh drum (saat Ramadan) sudah ada sejak zaman Ottoman,” kata Buldu saat keponakannya, Emrah, 23, menaruh gula pada secangkir teh sebelum berbaris layaknya tentara ke arah yang berbeda.
Di luar Ramadan, Ali mencari nafkah dengan bermain musik di resepsi pernikahan atau perayaan lain. Namun, saat Ramadan Ali mengandalkan kebaikan penduduk setempat untuk bertahan hidup. “Saat Ramadan kami tidak punya pekerjaan karena tidak ada yang menyelenggarakan pernikahan. Semoga Tuhan memberkahi warga. Kami dapat uang dari mereka yang (ingin) memberi.” imbuh Ali.
Rata-rata penabuh drum di Istanbul telah berkepala empat hingga lima. Kebanyakan anak muda tidak tertarik dengan pekerjaan ini. Sempat sejumlah penabuh drum terdahulu khawatir tradisi itu akan menghilang dan tabuh drum tergantikan alarm jam. Namun, kekhawatiran itu sirna. Salah satunya terwakili oleh Ali. Ia mengatakan menjadi anggota penabuh drum mempunyai kebanggaan tersendiri. Sejak lima tahun lalu, untuk menjadi anggota penabuh drum, partisipan harus memiliki kartu keanggotaan resmi.
Tradisi kuno itu juga dilengkapi dengan kostum Ottoman. Hal itu membantu memperluas jaringan penabuh drum di kota metropolis sekelas Istanbul.
Selami Aykut, administrator permukiman di distrik kelas menengah Bahcelievler, mengatakan jumlah penabuh drum juga bertambah dari 900 menjadi 2.000 orang sejak tiga tahun lalu. Sebelum itu, hanya ada satu pemain drum di satu permukiman. “Kami ingin mempertahankan tradisi tua ini. Hal ini penting karena orang tahu bahwa Ramadan telah datang dari bunyi drum itu. Orang akan komplain bila mereka tidak bisa mendengar suara drum lagi,” terang Aykut.
Bunyi-bunyian drum itu diterima dengan hangat oleh warga, terkecuali warga lanjut usia, orang sakit, atau perempuan yang memiliki bayi karena terganggu oleh suara drum. Tidak banyak uang yang didapat Ali dan kawan-kawan dari kegiatan ini. Dengan dua kali keliling dalam satu Ramadan, satu kelompok hanya mendapat uang kurang dari US$20. Namun, bagi keponakan Ali, Emrah, penghargaan yang terbaik bukanlah uang, melainkan mempertahankan tradisi ini. “Ini membuat orang bergembira. Itu juga membuat kami bahagia memainkan drum selama Ramadan,” ujar Emrah Buldu.
Tahun ini, Ramadan berlangsung meriah di Turki. Sebelum dan sesudah waktu berbuka, penampilan musik Sufi dan tari tradisional akan berlangsung di sejumlah tempat. Tahun ini, toko-toko roti di bawah pemerintah kota akan menjual ‘ramazan pidesi’ atau roti lembut khas Turki yang terbuat dari tepung terigu dengan ragi dipenuhi taburan wijen di atasnya. Sekitar 2.000 pidesi diprediksi akan diproduksi tiap hari.
Untuk mengamalkan semangat berbagi, sekelompok orang berkumpul untuk berbuka bersama di tenda-tenda yang dipasangkan seluruh kota. Di Sakarya, Bolu and Karabuk, berbuka dilakukan di tempat utama atau di jalan-jalan. Di Sakarya, pada minggu kedua bulan Ramadan, kegiatan buka puasa bersama terbuka disiapkan untuk 2.000 orang. Paket berbuka dibagikan kepada pencari suaka dan orang-orang yang membutuhkan. Atmosfer kemeriahan berlanjut di kota bersejarah Safranbolu, sebuah warisan dunia UNESCO di provinsi Karabuk. Selain tenda-tenda untuk berbuka di pusat kota, tradisi era Ottoman juga memeriahkan keriaan malam hari di bulan Ramadan. (AP/Daily Sabah/H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved