Perintah Puasa Bentuk Cinta-Nya kepada Manusia

Putri Rosmalia Octaviyani
13/6/2016 07:20
Perintah Puasa Bentuk Cinta-Nya kepada Manusia
(MI/Arya Manggala)

SEJATINYA, pengetahuan manusia amatlah sedikit. Ada banyak hal yang tidak dipahami manusia. Namun, Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Ia selalu membimbing manusia agar tetap berada di jalan kebaikan melalui petunjuk dalam Alquran, hadis, serta sunah Nabi Muhammad SAW.

“Allah SWT senantiasa memberikan arahan-arahan untuk kebaikan manusia. Baik yang berkaitan dengan jasmani maupun rohani,” ujar KH Ahsin Sakho saat memberi tausiah di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta, pekan lalu.

Sebagai contoh, Allah memerintahkan manusia untuk menjaga kesehatan jasmani melalui makan dan minum yang tidak berlebihan. Allah memerintahkan untuk memakan makanan yang halal, bergizi, dan bersih, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

“Itu semua merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT. Manakala kita mengikuti arahan-arahan dari Allah dan nabi-Nya, insya Allah kita akan sehat dan sejahtera di dunia maupun di akhirat,” ucap Ahsin.
Untuk hal-hal yang berkaitan dengan psikologi dan kesehatan jiwa manusia, Allah juga memberikan berbagai macam arahan, di antaranya kita harus beribadah dalam berbagai bentuk peribadatan.

“Sesungguhnya, ketika Allah menciptakan jin dan manusia, tujuan utamanya ialah agar mereka beribadah kepada-Nya.”

Peribadatan kepada Allah adakalanya berupa peribadatan yang murni bersifat spiritualitas, seperti salat, haji, dan puasa. Hal tersebut sepenuhnya dalam rangka menciptakan manusia yang bertakwa kepada Allah.

“Khusus untuk ibadah puasa, Allah memberikan penjelasan secara gamblang, yakni puasa ditujukan agar kita kembali menjadi orang yang benar-benar bertakwa kepada Allah,” tambahnya.

Mengendalikan diri
Meski tujuan puasa sudah dinyatakan secara jelas, yakni agar manusia bertakwa, tapi mungkin masih saja ada yang bertanya-tanya mengapa harus repot-repot puasa. Hal tersebut ibarat seorang anak kecil yang sakit. Sang ibu akan memerintahkan si anak melakukan sejumlah hal agar si anak sembuh.

“Begitu juga dengan manusia. Ketika diminta Allah SWT untuk puasa, sesungguhnya itu dalam rangka untuk kebaikan mereka sendiri. Namun, kadang kala manusia tidak mengerti. Sama seperti seorang ibu yang berjuang mengobati anaknya ketika sakit, sesungguhnya Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang selalu ingin manusia kembali pada ketakwaan untuk mendapatkan surga-Nya,” papar Ahsin.

Allah menjadikan Ramadan sebagai bulan untuk menempa keimanan kita dengan ibadah puasa. Melalui ibadah puasa, kita dilatih untuk menahan diri dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa.

“Ujungnya nanti, kita diharapkan bisa mengendalikan hawa nafsu. Bukan saja di bulan Ramadan, tapi juga di bulan-bulan lainnya.”

Oleh karena itu, lanjutnya, kewajiban berpuasa Ramadan tidak hanya satu dua hari, tetapi sebulan penuh. Agar pada akhirnya kita benar-benar menjadi orang yang bertakwa.

Ahsin menambahkan, puasa merupakan ibadah yang istimewa karena sifatnya sangat pribadi. “Kita mungkin bisa saja bilang kepada orang lain bahwa kita sedang berpuasa. Namun, yang tahu persis apakah kita berpuasa atau tidak hanya diri kita sendiri dan Allah SWT,” ujarnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah