Tafsir Al Mishbah: Peringatan dan Pertanggungjawaban

Quraish Shihab
12/6/2016 07:02
Tafsir Al Mishbah: Peringatan dan Pertanggungjawaban
(Quraish Shihab -- Grafis/Tiyok)

TAFSIR Al-Mishbah kali ini menjelaskan makna Surat Asy-Syu’ara ayat 202-212. Secara garis besar ayat-ayat ini menjelaskan tentang turunnya Alquran melalui Malaikat Jibril, bukan setan, kepada Nabi Muhammad SAW.

Dikisahkan, masyarakat di zaman Nabi Muhammad terkagum-kagum pada keindahan bahasa Alquran, tapi mereka enggan percaya. Mereka enggan beriman kepada Allah hingga kematian mereka tiba. Begitu nyawa mereka tercerabut dari tubuh, mereka pun melihat hakikat kebenaran itu.

Ayat 202 berbunyi, “Azab (kematian) itu akan datang kepada mereka secara tiba-tiba, tetapi mereka tidak menyadarinya.” Maknanya, kematian tidak dilihat dari seberapa tua usia seseorang. Kematian bisa datang kepada siapa pun dan kapan pun.

Lalu ayat 203 menjelaskan permohonan kaum tersebut agar diberikan penangguhan waktu ketika mereka melihat kematian. “Ya Allah, kembalikanlah kami ke dunia agar kami bisa beramal saleh.” Namun, Allah telah menentukan waktu kematian dari setiap orang. Tidak seorang pun bisa mengelak dari ketetapan itu.

Di ayat 205-208, Allah berfirman, “Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun. Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka. Niscaya tidak berguna bagi mereka kenikmatan yang selama ini mereka rasakan, dan kami tidak membinasakan suatu penduduk negeri kecuali telah ada peringatan sebelumnya.”

Jadi, kita semua sudah diberi tahu melalui agama yang menjelaskan bahwa kelak akan ada pertanggungjawaban kepada Allah. Karena itu, berbuat baiklah dan hindarilah yang dilarang.
Adapun orang yang tidak tahu, tidak akan dituntut tanggung jawabnya karena Allah tidak akan berlaku aniaya. Seperti yang ditegaskan-Nya dalam ayat 209, “Dan Kami tidak berlaku zalim (pada mereka yang belum diberi peringatan).”

Selanjutnya, pada ayat 210-2012 Allah berfirman, “Sesungguhnya Alquran tidaklah dibawa turun oleh setan-setan, dan tidaklah patut mereka (setan) membawa turun Alquran itu, dan mereka pun tidak akan kuasa. Sesungguhnya mereka (setan) benar-benar dijauhkan daripada mendengar Alquran itu.”
Jadi, kala itu masyarakat Arab beranggapan Alquran itu istimewa dan tidak mungkin diturun-kan oleh orang biasa, pasti orang genius. Karena itu, Nabi Muhammad dianggap sebagai orang genius karena dibantu oleh jin atau setan.

Melalui ayat itu Allah menegaskan bahwa Alquran sangat suci, kata-katanya indah, tuntunannya pun begitu baik.

“Ada orang berkata, seandainya apa yang diajarkan Alquran bukan agama yang bersumber dari Tuhan, maka ini adalah tuntunan moral yang sangat luar biasa.” (*/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah