1.001 Ngabuburit

Sumaryanto Bronto
12/6/2016 02:30
1.001 Ngabuburit
(MI/Ramdani)

DARI pagar jembatan biru di Rawa Pening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tali-temali tampak menjulur ke bawah. Dengan tali itulah, sekelompok anak muda menempatkan tempat tidur gantung mereka.

Dalam menunggu waktu berbuka, mereka akan berkumpul sembari berayun-ayun di sana. Bernaung jembatan dan hanya berjarak sekitar 1 meter di atas rimbun eceng gondok, itulah surga mereka di penghujung sore. Lain lagi pemandangan di belakang Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Sejumlah pemuda beraksi dengan sepeda mereka. Melompat tinggi, melewati gundukan-gundukan tanah yang sengaja dibuat. Ambisi mengadu nyali itu sekaligus memberi hiburan tersendiri bagi warga sekitar.

Inilah sebagian dari seribu rona menjelang waktu berbuka di Tanah Air. Sore hari Ramadan memang seperti waktu 'hidupnya' kembali aktivitas warga. Bahkan di kalangan masyarakat Sunda terdapat istilah ngabuburit. Istilah yang kemudian terkenal seantero negeri itu kurang lebih berarti menghabiskan waktu menunggu berbuka. Ngabuburit kemudian kerap diidentikkan dengan jalanjalan keluar rumah, baik untuk membeli penganan berbuka maupun sekadar melihat-lihat suasana.

Di Jakarta, salah satu tempat yang langganan ramai untuk ngabuburit ialah kawasan Monumen Nasional (Monas). Ada yang menjadikan kawasan Monas sebagai tempat persinggahan, seperti yang dilakukan beberapa karyawan swasta yang berangkat dan pulang kantor dengan berkendaraan sepeda motor.

Ada pula yang memang sengaja datang ke Monas bersama pasangan atau keluarganya. Heru, misalnya, datang ke kawasan Monas dua hingga tiga kali dalam sepekan bersama istri dan dua anaknya. Bagi dia, kawasan Monas menyediakan ruang untuk bersantai sambil mengajak bermain anak-anaknya. Memang, ngabuburit juga tidak selalu dengan kegiatan duniawi.

Banyak pula warga yang menggunakan waktu sore untuk memperbanyak kegiatan ibadah. Semangat beribadah itu pula yang ditunjukkan sejumlah penyandang tunanetra di Medan, Sumatra Utara. Tidak hanya di sore hari, sedapat mungkin mereka memanfaatkan waktu membaca Quran dengan huruf braille tersebut. Kegigihan mereka pula yang mengingatkan bahwa Ramadan di Tanah Air juga mengisahkan kekuatan iman. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah