Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
HARUM rempah tercium sesaat sebelum memasuki ruang pungkuran dalem arum di Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat.
Di ruang seluas 400 meter itu terlihat puluhan perempuan berbaju putih dan berkerudung duduk berhadapan membentuk lingkaran.
Kedua tangan mereka dengan cekatan memilin kapas putih hingga bentuknya memanjang yang biasa disebut delepak.
Kapas-kapas yang sudah dirapikan itu lalu disandingkan dengan sejumlah botol kaca berisi minyak kelapa dan lilin dalam sebuah tandu.
Selain benda-benda tersebut, terlihat ukup atau wewangian alami yang terbuat dari sejumlah tanaman yang ditempatkan pada guci-guci kecil.
Ukup merupakan wewangin campuran dari kayu cendana, dewandaru, akar wangi, rumput teki yang dicacah lalu disangrai menggunakan gula.
Semuanya itu merupakan bagian dari saji maleman yang akan digunakan untuk prosesi menyambut malam lailatulkadar.
Selain dalam tandu, sebagian saji maleman ditempatkan pada kotak besar berwarna hitam.
"Nanti ini (saji maleman) dibawa ke makam Sunan Gunung Jati," kata Raden Ayu Isye Natadingrat yang memimpin langsung pembuatan saji maleman tersebut.
Sunan Gunung Jati dan keturunannya dimakamkan di Astana Gunung Sembung. Khusus di makam Sunan Gunung Jati yang berada di tingkat paling atas, saji maleman yang ditempatkan di sana ialah saji maleman yang diwadahi kotak hitam.
Saji itu dibawa ke makam dengan cara digendong menggunakan selendang.
Saji maleman lainnya dibawa dengan menggunakan tandu yang ditutup kain kuning.
Saji maleman memang dibuat keluarga Keraton Kasepuhan, khususnya perempuan.
"Namun, syaratnya mereka harus dalam keadaan suci," kata Isye, Kamis (15/6).
Selanjutnya, dari Keraton Kasepuhan saji maleman dibawa ke Astana Gunung Sembung dengan berjalan kaki oleh lima orang kemit atau penjaga astana.
Tradisi saji maleman merupakan bentuk sukacita menyambut malam lailatulkadar. Botol berisi minyak kelapa diberi sumbu dari delepak sehingga menjadi lampu-lampu kecil.
Lampu minyak dan lilin selanjutnya akan dinyalakan setiap malam ganjil Ramadan hingga bulan suci berakhir.
Lampu minyak dan lilin menjadi alat penerang bagi setiap orang yang beriktikaf dan berdoa pada malam lailatulkadar di astana.
Wewangian dalam saji maleman, menurut Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadingrat, ditebarkan guna menyambut datangnya malaikat yang turun ke bumi untuk memberikan rahmat bagi orang-orang terpilih.
Arief berharap pada malam-malam menjelang berakhirnya bulan Ramadan, setiap umat Islam memperbanyak ibadah.
"Tujuanya agar kita mendapatkan lailatulkadar, malam yang lebih baik dari 1.000 bulan," kata Arief.
Perbanyak ibadah
Ribuan orang memenuhi halaman dan akses menuju Pesantren Salafiyah Kebonsari, Kota Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (15/6)malam.
Selama sekitar 30 menit mereka bermunajat kepada Allah SWT, memohon keberkahan di malam ke-21 Ramadan.
Mereka meyakini malam ke-21 sebagai salah satu malam turunnya lailatulkadar.
Sebelum bermunajat, mereka membaca surah-surah Alquran, zikir, dan melantunkan puja-puji kepada Allah SWT dan Rasul.
"Umat Islam harus yakin dan beriman bahwa malam lailatulkadar itu memang ada dan pasti turun di bulan Ramadan. Oleh karenanya, untuk mendapatkan lailatulkadar harus memperbanyak ibadah," kata KH Idris Hamid, pengasuh Pesantren Salafiyah Kebonsari.
(AB/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved